Being Closer with You

"Biar aku saja yang cuci piring," kata Wonwoo sambil berusaha merebut sikat cuci piring dari tangan Areum.

"Aku bisa melakukannya sendiri," balas Areum kekeuh.

"Kau kan sedari tadi sudah mengurus Jeonghan hyung. Kau pasti lelah. Istirahatlah," kata Wonwoo lagi.

Akhirnya Areum mengalah. Gadis itu melepas sarung tangan khusus mencuci dan menyerahkannya kepada Wonwoo. Ia kemudian kembali duduk di hadapan meja makan sembari mengamati punggung lebar milik pria yang kini bergantian mencuci piring dengannya.

Selesai makan tadi, Seungkwan langsung bersiap-siap pergi. Sedari awal, pria asal Jeju itu memang memiliki jadwal syuting sebuah acara televisi. Ia berperan sebagai salah seorang panelis.

Wonwoo hanya dapat merutuki dongsaeng-nya itu dalam hati. Seungkwan makan dan sengaja langsung beralasan pergi bekerja agar tidak disuruh mencuci piring. Tentu saja, Areum dengan berbaik hati mengambil alih pekerjaan itu dan langsung membereskan sisa makanan di atas meja. Tidak mau gadis itu kelelahan, Wonwoo akhirnya turun tangan.

"Sudah malam, kau tidak bekerja?" tanya Wonwoo memecah keheningan. Tangannya tetap sibuk menyelesaikan pekerjaannya.

"Aku sudah izin bekerja pada Hyunbin oppa," ucapan Areum terhenti sesaat. "Dia pemilik cafe tempatku bekerja sekaligus teman dekat Jeonghan oppa saat SMA. Jadi ia maklum dengan kondisiku sekarang."

"Ya, aku sudah pernah berkenalan dengannya," kata Wonwoo. Entah mengapa ia merasa jengah tiap kali Hyesung mengucapkan nama pria itu.

"Benar juga, oppa sudah pernah bertemu dengannya saat berkunjung ke cafe," Areum hanya meringis polos. Ia lupa bahwa Wonwoo adalah satu-satunya member Seventeen yang mengetahui dirinya bekerja di cafe, selain, tentu saja, kakak sepupunya.

"Hubungan kalian berdua benar-benar dekat ya?" tanya Wonwoo lagi.

Karena tak kunjung mendapat jawaban, Wonwoo membalikkan badannya. Ia mendapati Areum sedang salah tingkah menutupi wajah dengan kedua belah telapak tangan. Tanpa perlu kenal lebih jauh pun, Wonwoo sudah tahu. Gadis itu sebenarnyadiam-diam memendam rasa pada seseorang yang selalu ia anggap sebagai atasan atau senior di kampus.

Dengan malas, Wonwoo meletakkan piring terakhir yang dicucinya ke rak. Pria itu melepaskan sarung tangan dan mencuci tangannya dengan berisik.

Sadar belum menjawab pertanyaan Wonwoo, Areum tersentak. Gadis itu berdeham kecil sebelum angkat bicara.

"Tentu saja dekat, apalagi Hyunbin oppa berteman dengan Jeonghan oppa."

Wonwoo berjalan menuju arah Areum tanpa banyak bicara. Kening gadis itu berkerut saat ia menyadari bahwa langkah kaki Wonwoo tidak berhenti untuk duduk di hadapannya. Wonwoo terus melanjutkan langkahnya hingga melewati meja makan yang panjang dan berhenti tepat di samping Areum yang masih diam dalam posisi duduk.

"Kenapa? Wonwoo oppa?" tanya Areum. Ia memundurkan kepalanya ketika wajah Wonwoo bergerak makin dekat menuju ke arah dirinya. "Ad... ada apa?"

Wonwoo memiringkan kepalanya sambil mengamati wajah Areum dari dekat. Gadis itu jengah dan berusaha memalingkan wajahnya dari terkaman pandangan mata elang pria itu. Sadar dengan reaksi Areum, Wonwoo kembali menegakkan tubuhnya dan berjalan menuju kursi di hadapan Areum. Ia duduk dan menenggak habis isi gelasnya tanpa perasaan bersalah.

"Kenapa wajahmu memerah seperti itu? Grogi karena memikirkan Hyunbin hyung atau gugup karena perbuatanku barusan?"

Areum mengangkat pandangannya hingga bertemu dengan kedua manik mata gelap milik Wonwoo. Ia menemukan pria itu sedang tersenyum jahil padanya. Blush! Areum sadar bahwa dirinya sedang dikerjai. Mungkin ini satu alasan mengapa kakak sepupunya tidak pernah mengenalkan dirinya dengan member Seventeen.

"Ya! Kau sedang bermain-main ya?!" seru Areum tak terima.

Wonwoo hanya tertawa keras. Ia puas sudah melihat raut wajah lucu gadis itu. Tawanya berhenti saat wajah tampannya terkena lemparan tatapan mematikan dari Areum.

"Ah, kesal sekali. Kupikir Wonwoo oppa lebih baik dari dugaanku," ucap Areum sambil mendesah kesal.

Wonwoo menyingkirkan senyuman jahil dari wajahnya. Tawanya sudah berubah menjadi sebuah kekehan kecil. Ia menyandarkan tubuhnya dengan santai pada sandaran kursi.

"Aku mendengarmu," kata Wonwoo setelah berhasil menghentikan tawanya. "Kau hanya belum tahu betapa anehnya member Seventeen yang lain. Aku ini paling normal diantara mereka."

Areum memutar bola matanya dengan kesal. "Ya ya ya, aku percaya," katanya dengan malas.

Wonwoo senang dengan reaksi gadis itu. Akhirnya atmosfer canggung diantara mereka sudah pecah. Areum terlihat lebih santai dan tidak menutup dirinya di hadapan Wonwoo. Lihat saja, betapa imutnya reaksi gadis itu saat ini karena tidak terima telah dikerjai Wonwoo barusan. Tunggu, imut? Wonwoo segera membuang pikiran itu jauh-jauh. Ini bukan saat yang tepat, terlebih lagi Seventeen belum lama ini dilanda skandal tentang hubungan Lee Jihoon dan seorang gadis.

"Aku senang akhirnya kau bisa lebih santai di dekatku," lanjut Wonwoo. Senyuman manis terkembang di wajahnya. Jarang-jarang ia bisa senyum selebar sekarang jika sedang berhadapan dengan seorang gadis.

Areum tampak berpikir sejenak. Ia terlihat masih memproses kata-kata yang barusan keluar dari mulut pria di hadapannya. 

"Benar juga," kata Areum sambil tersenyum. "Walaupun begitu jangan terlalu sering berbuat hal jahil seperti tadi."

"Tergantung situasi," kata Wonwoo cuek.

"Ya! Jeon Wonwoo-ssi." Tawa Wonwoo kembali pecah melihat Areum yang kesal lagi.

---

"Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Hyunbin dengan khawatir.

"Sudah lebih baik, sekarang sudah bisa tidur," jawab Jaerim enteng.

Pandangan mata Hyunbin beralih ke arah Areum. "Kalau begitu biar aku antar kalian pulang."

Kelopak mata Areum melebar. Dengan gugup ia menggelengkan kepalanya keras. Ia merasa tidak enak karena sudah banyak merepotkan sunbae-nya itu. Awalnya, bahkan ia tidak menyangka bahwa Hyunbin akan datang ke dorm Seventeen saat ia izin bekerja dan menyebutkan alasannya. Seniornya di kampus itu terlihat sangat sibuk akhir-akhir ini karena sedang melebarkan sayap di bidang bisnis kuliner. Areum jadi merasa bersalah karena telah  membuat teman kakaknya itu khawatir.

"Kami masih bisa mengejar bus terakhir untuk sampai ke rumah," tolak Areum secara halus. Seperti biasa, senyuman manis selalu terpasang di wajah.

Wonwoo melirik sekilas ke arah tiga orang yang sedang sibuk berdiskusi di ruang tamu. Pria itu sendiri kini sedang duduk santai seorang diri di sofa ruang televisi sambil memeluk bantal. TV plasma berukuran 55 inch itu sedang menampilkan sebuah acara variety show favoritnya, namun entah mengapa saat ini ia tidak terlalu menikmati tontonannya itu. Fokusnya terpecah ke arah Hyunbin yang belum lama ini datang.

Sebenarnya ini bukan kali pertama Hyunbin datang kesana. Pria itu terkadang datang saat mengantar Jeonghan pulang dari bepergian bersama saat libur. Hyunbin juga cukup kenal dengan seluruh member Seventeen, walaupun tidak terlalu akrab karena jarang bertemu. Manajer Seventeen bahkan sudah tampak santai jika pria itu datang ke asrama Seventeen atau backstage saat boygroup itu punya jadwal manggung. Keluarganya merupakan tokoh terpandang yang memiliki banyak bisnis di berbagai bidang. Salah satunya, ayah Hyunbin menanamkan sahamnya di agensi yang menaungi group Seventeen. Tentu saja, Wonwoo jadi tidak bisa macam-macam jika tidak terlalu suka dengan kehadiran pria itu.

Tidak ada alasan khusus untuk bisa membencinya. Hyunbin termasuk orang yang ramah dan gampang bergaul. Ia juga baik hati, sopan, dan sangat menghormati orang lain. Bahkan dengan kesempurnaannya, member Seventeen, kecuali Jeonghan, segan bila harus berhadapan dengannya walaupun selisih umur mereka notabene tidak terlalu jauh. Wonwoo hanya kesal mengapa Areum terlihat sangat nyaman berada di dekatnya.

Wonwoo tertegun. Sebenarnya dia sendiri juga tidak punya hak untuk cemburu. Toh, Areum sudah kenal lebih lama dengan Hyunbin jika dibandingkan dengan Wonwoo. Wonwoo bahkan merasa aneh mengapa dirinya bisa sangat tertarik dengan sosok gadis bernama Areum yang belum lama ia kenal. Padahal ia tidak pernah setertarik ini untuk mengenal seseorang.

Wonwoo menggeleng keras. Ia berusaha menghilangkan pikiran-pikiran kacau dari kepalanya. Aku tidak mungkin suka dengan Areum, kan? pikirnya bertanya-tanya pada diri sendiri.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top