[08] Khawatir

09:35
.
.
(Name) kini berdiri di jalan masuk utama gedung U.A. Tenang, ia sudah masuk ke dalam gerbang. Ia memakai Hakama, berwarna abu-abu dengan atasan putih. Ia menolak memakai seragam U.A karena ia tidak mau disamakan dengan murid lain. Aizawa yang mengantarkan pakaian itu pukul 5 pagi dibuat stress oleh sikap anak itu.

"Aku tidak mau pakai ini!!!" teriaknya pagi-pagi buta sambil memegang seragam U.A dengan ujung kuku jempol dan telunjuknya seakan seragam U.A adalah popok bayi bekas.

"Kau tidak punya baju ganti. Lalu kau mau pakai apa?" balas Aizawa datar.

"Antar aku ke apartemenku di atas Verdent Cafe, aku mau mengambil semua bajuku. Katamu kan mulai hari ini aku tinggal di asrama U.A," rengek (name) sambil menggoyang-goyangkan badan Aizawa. Diam-diam Aizawa bersyukur (name) tidak tertarik di kelas hero yang artinya populasi anak menyusahkan di kelasnya tidak akan bertambah.

"Kita bisa mengurus kepindahanmu setelah pertemuanmu dengan Kepala Sekolah. Kau harus pakai seragammu dulu. Kalau kau tidak mau aku tidak akan membawamu ke sekolah!" Ancam Aizawa telak dengan nada datarnya.

(Name) memanyunkan bibirnya. Ia baru sembuh dan sudah berhasil membuat Aizawa darah tinggi pagi-pagi.

"Aku sih tidak masalah tidak ke U.A Verdent Cafe masih menerimaku dengan hangat. Sudah ya, aku akan ke Cafe sendiri. Sebaiknya kau pikirkan alibi yang akan kau sampaikan pada tikus putih, bye." (Name) berjalan santai menuju pintu ruangan sebelum tangannya digenggam erat oleh sesuatu. Sebuah perban versi lebih kuat. Jelas sekali bukan perban sembarangan.

"Ck, aku tidak suka diceramahi atasan, aku akan menurutimu kali ini saja." Aizawa melepaskan perban itu dan mengikuti kemauan (name).

Dan di sinilah (name) sekarang. Di depan pintu masuk gedung utama U.A, pukul sembilan lewat tiga puluh lima. Tangan kanannya memegang tas kecil berisi dua buku dan satu pena, pisau dapur, ponsel dan pouch make up.

Ia terkagum-kagum dengan kemegahan gedung di hadapannya. "Aku ga pantas sekolah di sini! Tolong bawa aku pulang!!!"

Detik itu (name) merasa miskin.

Ia melangkahkan kakinya masuk. Ruang kepala sekolah! Ruang kepala sekolah! Ia mengulang kalimat itu di kepalanya. Ia memutar-mutar kepalanya mencari petunjuk dimana ruang kepala sekolah. Tapi di tempat kini ia berdiri adalah sebuah aula selamat datang. Tidak ada siapapun di sana dan semua pajangan di dinding yang penuh sertifikat dan piala tidak membantu sama sekali.

Seorang murid dengan pakaian olahraga U.A muncul dari balik pintu. Pintu nomor dua dari kanan dari sekian banyak pintu yang ada di ruangan itu. Murid itu memakai masker seperti ninja dan tangannya ada tiga menyatu bersama seperti sebuah sayap kelelawar.

(Name) menghampiri anak itu mencoba untuk bertanya. Setelah 5 menit berdiri tidak jelas ada juga orang yang bisa ditanyai.

"Anoo...permisi. Bolehkah aku tahu di mana letak ruang kepala sekolah?" tanya (name) sopan.

Salah satu lengannya memunculkan sebuah bola mata dan bola mata itu tampak mengerut keheranan lalu kembali normal. Mungkin sedikit heran dengan sosok di depannya yang memakai hakama dan balutan kasa di kepalanya. Selanjutnya orang itu memunculkan mulut di salah satu lengannya, mulut itu berbicara. "Ada di lantai paling atas, di sebelah ruang guru, kau bisa naik lift yang ada di sana."

Lengannya yang lain memunculkan jari-jari, setelah terbentuk telapak tangan yang sempurna tangan itu menunjuk ke arah di mana lift berada.

"Kebetulan aku akan ke ruang guru, apa kau mau ikut? Tapi aku harus ke kelasku terlebih dahulu mengambil buku untuk diserahkan," sambung anak itu lagi.

(Name) awalnya tidak ingin merepotkan. Tapi ia takut tersesat di sekolah yang luas ini jadi ia mengangguk setuju. "Ngomong-ngomong siapa namamu?" tanya (name) pada orang itu saat sudah di dalam lift.

"Mezo Shoji, kau? Apa kau murid baru?" Shoji balik bertanya.

"Eh iya, namaku (surename)(name). Panggil aku (name), jangan panggil aku dengan nama keluargaku atau kita akan musuhan sampai mati. Iya aku murid baru." Baru kenal udah ngancem anak orang. Memang memantap.

"Baiklah terserahmu saja. Kenapa kau tidak pakai seragam (name)?" tanya anak itu lagi. Sebenarnya Shoji ingin menanyai soal perban di kepalanya. Tapi menurut Shoji itu bukan urusannya. Jadi ia memilih menanyakan hal lain.

"Aku terbiasa memakai hakama," jawab (name) sekenanya. "Kau harus membiasakan diri loh," kata Shoji lagi.

Menurut (name), walaupun Shoji ini kelihatan datar ia cukup enak di ajak bicara. Terlebih lagi ia sangat sopan terhadap perempuan dan tidak melakukan hal-hal brengsek seperti ekhem...tak perlu disebutkan.

"Sedang jam pelajaran ya? Lorong-lorong tampak sepi." Sekarang mereka sudah di koridor menuju kelas Shoji.

"Iya, tetapi setengah jam lagi istirahat. Dan kelasku sedang diadakan di luar jadi lorong ini sepi," jelas Shoji.

"Maksudmu, kalau ada kelasmu lorong ini akan berisik?" (Name) menatap Shoji dengan menautkan kedua alisnya.

"Ya, sangat berisik."

"Kasihan sekali ketua kelas kalian."

"Iya dia sangat menderita, dan sekarang kelas lebih tidak terkontrol karena dia sedang dirawat di rumah sakit. Untungnya aku tidak perlu melihat kebodohan teman sekelasku lebih lama karena aku sedang ditugaskan mengantar buku ke ruang guru."

Tunggu dulu...

Ketua kelas...
Di rawat di rumah sakit. Jangan-jangan...

"Itu kelasku." Shoji menunjuk sebuah pintu. Mata (name) dengan cepat menangkap plang nama di atasnya. Tertulis, "Hero 1-A". Saat itulah kaki (name) berubah menjadi jeli.

Hahaha...kebetulan ini lucu sekali.

(Name) mengintip ke dalam kelas. Di dalam sana hanya ada Shoji seorang, tidak ada siapapun. Selanjutnya Shoji keluar dengan tumpukan buku yang banyak. (Name) langsung mengambil sepertiga tumpukan buku yang Shoji bawa.

"(Name), aku bisa membawa semuanya sendiri," sergah Shoji.

"Mezo-kun, anggap saja rasa terima kasihku karena kau mau mengantarku." (Name) tersenyum manis. Shoji mengalihkan wajahnya kemudian berjalan lurus ke depan. Tak apa sih, dibantu anak baru ini sedikit.

"Kau masuk kelas apa? Kelas berapa?" tanya Shoji mengusir keheningan koridor.

"Aku sih seangkatan denganmu. Kalau jurusan belum tahu," jawab (name). Shoji terkejut. "Bagaimana kau bisa masuk U.A tanpa tahu jurusanmu?"

(Name) cuma nyengir. "Hehe...ceritanya lebih panjang daripada koridor ini, sumpah!" ucapnya dramatis.

"Sepertinya kau mengalami sesuatu yang berat."

"Begitulah..."

Mereka tengah mengantre lift kali ini. Entah siapa yang memakai lift di jam segini. Bahkan dua lift yang ada di sana, semuanya terpakai. Akhirnya ada lift yang berhenti di lantai yang mereka pijak.

Saat pintu lift terbuka muncul beberapa anak U.A. Sekitar tujuh orang keluar dari lift itu dengan beriringan. Ada Bakugou di dalam sana, pangeran setengah-setengah, dan rambut sayur. Duanya lagi cewek bertubuh pink, dan cewek poni miring dengan telinga yang terdapat kabel. (Name) kenal tiga di antara segerombolan orang itu. Belum (name) bereaksi dua paling berisik di antara mereka sudah lebih dulu buka mulut.

"(Name) apa yang kau lakukan di sini?" tanya Denki dan Kirishima hampir bersamaan.

(Name) tersenyum. "Aku bingung menjelaskannya yang penting sebuah urusan," jawab (name). "Oh, Eijiro kepalamu sudah ok?" tanya (name) lagi.

Yang ditanya mengacungkan jempolnya. "Kepalamu sendiri?"

"Oh ini? Fashion! Supaya kita couple," balas (name) asal sambil masuk ke dalam lift. Ia langsung saja ditatap dengan aneh oleh anak-anak di sana. Blak-blakan sekali!

Mata (name) menangkap seseorang dengan plester di pipi kanannya. "Oi Jabrik, kau baik-baik saja?" tentu saja ditujukan pada Bakugou.

"Namaku Bakugou Katsuki, berhenti memanggilku begitu atau kau akan kubunuh!" sungutnya.

"Oh, sepertinya aku tidak perlu mengkhawatirkanmu. Katsu-Bitch!" (Name) tersenyum jahil. Bakugou udah mau ledakin lift tapi berhasil di tahan dengan Kirishima dan Denki.

"SIALAN!!! KETEMU LAGI KUBUNUH KAU!!!" teriak Bakugou sembari lift itu menutup perlahan.

Sebelum sempurna tertutup (name) berteriak. "DENKI AKU JUGA MERINDUKANMU LOH!!!"

Denki langsung konslet. Apa-apaan itu?

"Dari kemarin, ia menanyaimu soalnya kau tidak datang karena remedial kan?" Kirishima memukul punggung Denki. "Ayo ganti baju." Kirishima merangkul kedua temannya.

Bakugou ngomel-ngomel gak jelas.

Midoriya yang mengekor mereka untuk tujuan yang sama bertanya, "kalian kenal anak itu?"

"Iya, Uraraka dan Yaoyorozu juga kenal...dia ikut terlibat dalam insiden kemarin. Aku terkejut dia sudah sehat dan tiba-tiba ada di sini. Padahal keadaan (name) kemarin mengkhawatirkan sekali," jelas Kirishima.

"Oh, namanya (name), menarik," komentar Todoroki. Semua yang di koridor terkejut menatap Todoroki. Komentar high class dari mulut Todoroki. Wow banget.

"Bukankah itu lucu, ia sering muncul di sekitar kita. Apa takdir itu sesuatu seperti ini?" gumamnya.

"Todoroki kau tidak perlu memikirkan hal seberat itu," kata Midoriya sambil tertawa renyah.

"Pulang sekolah jenguk Sero dan Iida yuk!" ajak Denki yang langsung disetujui lelaki di koridor. "Ajak yang lain juga," tambahnya.

°°°°°

"Kau seharusnya tak buat masalah dengan anjing galak 1-A loh," peringat Shoji. (Name) cuma nyengir lucu.

"Habisnya dia lucu kalau marah. Hehe..."

Shoji cuma membuang napas menyerah. Ia kira (name) itu waras ternyata masih satu spesies sama Kirishima and the gang cuma beda genus aja kayaknya. Pantes mudah kenalannya.

"(Name), kita sudah sampai. Kebetulan Nezu-sensei ada di ruang guru." Mereka berdua langsung masuk ke dalam. Semua pandangan guru langsung tertuju pada (name). Ha-ka-ma.

(Name) masih mengekor Shoji ke salah satu meja guru. Yang duduk di sana adalah All Might dengan versi mengenaskan. Tentu saja (name) tidak kenal. Padahal keadaan asli All Might sudah bocor. (Name) mabok kopi di dapur makanya ga tahu.

"Sensei ini tugas-tugas kami," kata Shoji sambil meletakkan buku-buku di tangannya. (Name) melakukan hal yang sama.

"Terima kasih Shoji-shonen dan..." All Might menatap perempuan di samping Shoji. Padahal ia tahu betul itu siapa.

"(Name)!" kata anak itu dengan senyum ceria. Hati All Might semakin sakit melihatnya. "Terima kasih (name)-shojo."

"Ayo (name) aku antar kau ke kepala sekolah, sensei permisi!" Shoji membungkuk kemudian menarik tangan (name).

Mereka berdua menghadap Nezu. "Nezu-sensei, (surename)(name) ingin menemuimu, kebetulan aku bertemu dengannya jadi aku mengantarnya," kata Shoji sopan. Setelahnya tanpa basa-basi ia keluar dari ruang guru.

Setelah Shoji keluar dari ruang guru barulah atmosfer di ruangan itu berubah menjadi sangat berat. Semua guru mengerubungi (name).

"Eh...ada apa ini?" tanyanya tak mengerti.

"Mana seragammu?" tanya seorang guru yang (name) tak tahu namanya. Jelas dengan nada menuntut.

"Eeeeeee..." Masa (name) jawab dengan ia malas menggunakannya? Bisa mampus dia dikeroyok pro-hero berjamaah. Langsung jadi mochi dia.

"Mungkin dia belum terbiasa. Biarkan dia berpakaian ini dulu, besok dia akan mengenakan seragamnya," jelas Nezu. Baru setelahnya guru-guru berubah santai.

"Jadi, kau sudah pikirkan jurusanmu?" tanya Aizawa. (Name) langsung tersenyum menyilaukan.

"Karena Nezu-sensei sudah memberiku banyak kelonggaran aku bersedia masuk jurusan apa saja. Aku akan melakukan yang terbaik," katanya mantap.

"Lidah wanita ini...aku masih ingat kemarin dia protes soal masuk kelas hero dan sekarang dia bersedia masuk mana saja?"

Duit merubah segalanya wahai Nezu-sensei. (Name) masihlah perempuan pemburu diskonan berjiwa sosialita, wajar saja uang masih menjadi tujuan hidupnya.

"Masuklah ke kelasku jurusan pahlawan, 1-B!" tawar Blood King, wali kelas Hero 1-B.

Semua guru menawari (name). Mereka menawarkan bukan karena tertarik sih, lebih karena...tidak keberatan saja kalau kelasnya nambah satu orang. Percayalah kelas mereka ambyar kalau sudah dimasuki murid satu ini.

Cuma Aizawa-sensei yang berbicara dengan nada datarnya, "jangan masuk ke kelasku, ujiannya berat."

PADAHAL SEMUA KELAS UJIANNYA SAMA AJA!

"Sudah...kita pakai undian sumpit aja..." All Might dengan percaya dirinya datang membawa sumpit sebanyak jumlah kelas 1 di U.A. Ia mencoba menengahi kejadian tidak jelas ini.

"Memangnya masa depan seseorang dapat ditentukan dengan sebilah sumpit!" protes Thirteen. All Might cuma nyengir.

(Name) malah menatap guru itu dengan berbinar-binar. "Ini dia permainan penentuan nasib! Ayo kita lakukan!" seru (name) semangat.

Dia tidak waras!

"Baiklah! Tunggu sebentar!" All Might menulis nama jurusan dan kelas di setiap sumpit. Lalu mengocok sumpit itu dengan acak. Ia menyodorkannya pada (name).

Tanpa ancang-ancang, basa-basi, atau doa keberuntungan (name) langsung comot. Ia melihat ujung sumpit dan hampir menangis.

Kelas Hero, 1-A.

"ULANG!" teriak Aizawa-sensei dan (name) bersamaan.

°°°°°

"Jadi begitulah, dia ini anak baru di kelas kita, perkenalkan namamu!" perintah Aizawa-sensei malas.

Satu kelas terkejut. (Name) juga. Bagaimana mungkin, 3 kali mengocok sumpit. Yang keluar kelas Hero 1-A berturut-turut.  Takdir memang selucu ini, kadang. Aizawa-sensei frustasi di sana. Kepala sekolah tidak memberikan reaksi apapun dan setuju-setuju saja. Sementa guru lain udah terpingkal-pingkal sampai sujud-sujud.

(Name) menatap 18 orang di hadapannya mendata terlebih dahulu sebelum berkenalan.

"Halo, namaku (surename)(name), tak usah sungkan panggil saja aku (name). Aku siswa undangan. Mulai hari ini kita sekelas. Semoga kita dapat berteman baik," ucapnya. Saat ia bilang 'berteman baik' (name) langsung melirik Bakugou dan di balas dengan geraman anak itu. (Name) membungkuk. "Mohon bantuannya!"

"Baiklah (name), kau bisa duduk di kursi yang kosong dulu. Aku akan kembali ke ruang guru, tunggu guru matematika kalian." Aizawa-sensei segera keluar dari kelas.

(Name) masih berdiri di depan.

"(Name)-chan sebaiknya kau duduk kero," ucap anak yang rambutnya hijau.

(Name) masih memicingkan matanya mencari tempat duduk paling nyaman. Walaupun yang kosong adalah bangku Iida dan Sero. (Name) tidak suka posisi kedua bangku itu. Menurutnya tidak strategis. Ia masih menjamah kelas, ah ia tahu harus duduk dimana sekarang! Ia kemudian menunjuk anak yang rambut sayur. "Namamu?"

"I-izuku Midoriya."

"Kok tahan duduk di belakang Katsubitch?"

BRAK!!!

Yang disindir menggebrak mejanya dengan kaki. "Hoi...brengsek..."

Baru masuk udah bikin ribut!

Satu kelas sweet drop. (Name) kemudian tersenyum saat Bakugou sudah ada di hadapannya. Bakugou menatap (name) yang lebih pendek darinya penuh intimidasi.

(Name) malah berjalan dengan santai melewati Bakugou dan duduk.

Parahnya tempat yang ia duduki itu...

Bangku Bakugou!

"Kata sensei aku boleh duduk di tempat yang kosong. Untuk sementara aku duduk di sini," kata (name) dengan ekspresi tak berdosanya.

Sekelas udah kebakaran aja rasanya. Panas banget ngeliat Bakugou di depan ga gerak-gerak dari posisinya.

"BRENGSEK!!! KAU PIKIR KAU BILEH DUDUK DISINI SEENAKNYA HAH?!!!" teriak Bakugou. Ia memukul-mukul mejanya sendiri yang kini diisi oleh (name).

"(Name) kau bisa bertukar tempat duduk denganku, jangan buat Kacchan marah," tawar Midoriya. (Name) menolak.

"Aku suka di sini, tidak terlalu jauh atau dekat dari papan tulis dan mataku rabun. Kacamataku entah hilang kemana waktu insiden kemarin," kata (name). Saat itulah Bakugou berhenti gebrak-gebrak meja. Ia memilih duduk di tempat Sero yang kosong. Ia berdecih kesal.

(Name) kemudian membungkuk. "Maafkan aku, aku tidak bermaksud membuat kalian panik hehe. Habisnya kalian tegang banget waktu ngeliat aku," ucap (name) manis. Sekelas bernafas lega.

Bakugou masih diam di kursi Sero. (Name) memiringkan tubuhnya menghadap Bakugou. "Suki..." panggilnya pada Bakugou yang langsung saja membuat sekelas salah paham.

"Namaku Bakugou Katsuki, brengsek!"

"Kalau lagi baik aku panggil kau Suki-kun! Kalau kau lagi mode brengsek aku panggilnya Katsubitch. Hehe..." Bakugou memilih diam walau mukanya udah parah banget. Perkara ia masih belum pulih, dan cewek sialan itu baru keluar dari rumah sakit ia mengurung dulu niat bunuh-bunuhan ini.

"Sepertinya kita sudah menemukan kalung yang pas untuk anjing 1-A," kata Todoroki dari belakang.

"APA YANG KAU MAKSUD ANJING 1-A HAH? SETENGAH-SETENGAH SIALAN!!!" tiba-tiba Bakugou udah di belakang sambil narik-narik kerah Todoroki.

"Nee Suki-kun. Gimana kabarmu setelah pertarungan itu? Ochaco, Momo, kalian baik-baik saja?" (Name) bergantian melirik ketiga orang itu. Sekelas panik dan bertanya-tanya. Memang sih, soal kejadian semalam mereka belum begitu tahu kejadian lengkapnya.

"Hee...apa yang terjadi dengan kalian? Yaoyorozu kau tak apa? Kenapa kau tak cerita!" Anak kepala anggur yang duduk di depan Momo langsung panik dan menggoyang-goyang badan Momo.

"Kalau kau menggoyang-goyang tubuhku begini, aku tidak jadi baik-baik saja Mineta." Mineta langsung melepas Momo dan kembali ke tempat duduknya.

"Aku baik-baik saja kok (name) terima kasih sudah membantu pertarungan!" (Name) membalas perkataan Momo dengan ibu jarinya. Dari ujung yang berlawanan Uraraka juga bilang, "aku juga membaik. Terima kasih (name) sudah meringankan bebanku. Maaf membuatmu sampai melewati batas."

Bakugou kembali ke tempat duduknya. (Name) masih pada posisi serongnya. "Suki-kun, aku dari tadi bertanya. Apa kau baik-baik saja?" (Name) berbisik.

"KAU TIDAK BISA LIHAT AKU BAIK-BAIK SAJA HAH!" sambar Bakugou. (Name) cuma tersenyum kemudian menyentil kening Bakugou. "Bilang dari tadi dong, kau membuatku bertanya tiga kali. Aku benar-benar mengkhawatirkanmu loh!" katanya santai.

Sekali lagi membuat seisi kelas, salah paham.

•••••

Tbc.
|
|
Ini adalah chapter pertama untuk arc kedua. Semoga kalian menyukainya. Aku harap kalian berkenan meninggalkan jejak.

Lov ya,
Charriot—.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top