✦↫Spring Confession↬✦


Ding...dong...

Natsuya sudah beberapa kali menekan bel kamar apartemen milik kekasihnya, Tsukiyama Yami. Namun, entah mengapa pintu apartemen tak kunjung dibukakan oleh kekasinya itu.

Lalu, Natsuya pun memutuskan untuk mengetuk pintu.

"Sayang! Kau ada di dalam? Ini aku, Natsuya!" panggil Natsuya. Namun tetap saja, tidak ada jawaban apapun dari dalam kamar.

Ckrek!

Ternyata, pintu kamar apartemen tidak terkunci. Karena khawatir dengan keadaan kekasihnya, dengan cepat, Natsuya langsung masuk kedalam apartemen.

"Sayang! Kau ada dimana? Sayang!" panggil Natsuya sambil berjalan mengelilingi apartemen Tsukiyama.

Tiba-tiba langkahnya terhenti begitu ia melihat kekasihnya ternyata sedang tertidur di sofa. Dalam sekejap ia merasa tenang karena ternyata kekasihnya baik-baik saja.

Diatas meja berserakan beberapa buah buku tebal dan sebuah laptop yang batere-nya terlihat habis.

Ya, Tsukiyama Yami adalah seorang mahasiswa tingkat akhir yang sedang hectic dengan skripsinya.

Natsuya melihat wajah Tsukiyama yang kelelahan sambil tertidur. Hal tersebut membuat Natsuya tidak tega melihatnya.

Lalu Natsuya duduk di sisi sofa dan membungkukkan tubuhnya agar wajahnya dapat melihat kekasihnya dari dekat. Ia juga mengelus-elus kepala Tsukiyama dengan sangat lembut.

"Kau pasti kelelahan, ya, sayang..." ucap Natsuya sedikit berbisik sambil tersenyum.

Cup!

Tiba-tiba, ia mengecup sebelah pipi Tsukiyama. Hal tersebut membuat Tsukiyama terbangun dari tidurnya.

"Mmmhh..." ucap Tsukiyama sambil meregangkan tubuhnya. Lalu ia membuka matanya perlahan. Ia bisa melihat wajah tampan kekasihnya dari dekat.

"Oh...maaf, sayang. Aku membangunkanmu, ya?" ucap Natsuya sedikit panik.

"Natsuya..."

Begitu sadar ternyata kekasihnya lah yang membuatnya terbangun, Tsukiyama langsung beranjak dari tidurnya dan segera merapikan penampilannya yang terlihat kusut dan berantakan.

"N-Natsuya! Kenapa kau tidak mengetuk pintu terlebih dahulu!" seru Tsukiyama panik.

Melihat tingkah lucu Tsukiyama membuat Natsuya tertawa geli.

"Aku sudah melakukannya. Aku khawatir kukira kau pergi kemana karena pintu apartemenmu tidak terkunci"

"E-eh? Benarkah? Ya ampun! Aku ini teledor sekali!" keluh Tsukiyama sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Tsukiyama melirik kearah Natsuya. Ternyata kekasihnya itu sedang asyik memandangi wajahnya sambil tersenyum manis. Hal tersebut membuat Tsukiyama menjadi salah tingkah.

"K-kenapa kau tersenyum? B-berhentilah melihatku seperti itu, Natsuya" ucap Tsukiyama sambil melirik kearah lain karena menahan rasa malunya.

"Ternyata pacarku ini manis sekali, ya. Aku sampai tidak bisa berhenti memandangimu terus"

"K-kau ini bicara apa sih? P-padahal kan penampilanku sedang kusut seperti ini" ujar Tsukiyama.

"Mau bagaimanapun juga kau selalu terlihat cantik, kok"

Wajah Tsukiyama semakin memerah setelah mendengar perkataan Natsuya tersebut.

"Aa! Mou! Aku mau mencuci mukaku dulu!" seru Tsukiyama sambil beranjak dari duduknya dan segera pergi ke washtafle.

Natsuya hanya tertawa kecil melihat tingkah laku lucu kekasihnya itu.

Walaupun hubungan mereka sudah mencapai hampir dua tahun, Tsukiyama masih merasa malu-malu bila Natsuya menggoda dirinya.

Setelah selesai membasuh wajahnya, Tsukiyama kembali duduk di sofa sambil membereskan buku-bukunya yang berserakan diatas meja.

"Pantas saja kau jarang sekali menghubungiku belakangan ini" celetuk Natsuya.

"Maafkan aku. Aku benar-benar sibuk belakangan ini. Aku ingin cepat-cepat lulus jadi aku benar-benar bekerja keras untuk ini" balas Tsukiyama.

Tiba-tiba, Natsuya menggenggam sebelah tangan Tsukiyama yang sedang membereskan meja. Hal tersebut membuat Tsukiyama sedikit terkejut.

"Eh? Ada apa, Natsuya?" tanya Tsukiyama sambil menoleh kearah kekasihnya tersebut.

"Kau sudah terlalu kelelahan. Jangan memaksakan dirimu seperti itu" ucap Natsuya sambil mengelus sebelah wajah Tsukiyama.

"Um. Mungkin kau benar"

"Jya, bagaimana kalau kita pergi kencan saja? Sudah lama juga 'kan kita tidak pergi kencan" tawar Natsuya.

"Eh? Memangnya kita mau pergi kemana?"

"Hmm... Kemana, ya? Apakah ada tempat yang ingin kau kunjungi?"

"Bagaimana kalau Taman Hiburan? Memang terdengar agak kekanak-kanakan tapi, aku ingin pergi kesana"

"Kenapa tidak? Ayo kita pergi sekarang" ucap Natsuya sambil beranjak dari sofa dan berjalan menuju pintu apartemen.

"Eh! Tunggu, Natsuya! Aku harus mengganti pakaianku dulu!"

***

Mereka pun akhirnya sampai di sebuah taman hiburan outdoor yang ramai dikunjungi oleh para pengunjung. Langit malam yang dipenuhi bintang berkilau menambah keramaian taman hiburan ini.

Terpancar wajah berseri dari wajah cantik Tsukiyama. Melihat hal tersebut membuat Natsuya merasa senang melihatnya. Lalu matanya tertuju pada sebuah stan penjual cotton candy.

"Sayang, kau suka makanan manis, bukan? Bagaimana kalau kita membeli cotton candy untukmu?"

Dengan cepat, Tsukiyama langsung menganggukkan kepalanya. Ia terlihat sangat senang.

"Uhm. Ikou, Natsuya!" seru Tsukiyama sambil tersenyum manis.

***

"Mmm.... Oishiii!" seru Tsukiyama sambil melahap cotton candy pink miliknya.

"Kau ini suka sekali dengan makanan manis, ya"

"Tentu saja. Tidak ada yang sesuatu pun yang bisa mengalahkan makanan manis!"

"Hee... Jadi maksudmu kekasihmu ini kalah dengan cotton candy ini?"

"Hahaha... bagaimana bisa kau cemburu dengan makanan, Natsuya. Kau ini lucu sekali!" seru Tsukiyama sambil tertawa.

Melihat tingkah Tsukiyama yang manis membuat Natsuya pun ikut tertawa.

***

Setelah makan, mereka memutuskan untuk menaiki Bianglala.

Natsuya dan Tsukiyama duduk bersebelahan di dalam bianglala tersebut.

Biangalala naik perlahan keatas puncak. Membuat mereka berdua bisa melihat keindahan kota di malam hari dengan sangat jelas.

"Wahh! Kirei!!!" seru Tsukiyama sambil melihat kearah jendela bianglala.

"Indah sekali, ya" ucap Natsuya.

"Um"

Suasana pun hening sejenak.

Tiba-tiba,

Natsuya memeluk tubuh mungil Tsukiyama dari belakang sambil menenggelamkan kepalanya tepat di sebelah bahu kekasihnya tersebut.

"Eh? Natsuya?"

"Aku merindukkan pelukanmu"

Lalu Tsukiyama pun tersenyum kearah Natsuya.

"Gomen ne. Belakangan ini aku terlalu sibuk sampai tidak memiliki waktu denganmu, Natsuya..."

"Tidak apa-apa, sayang. Yang penting sekarang aku bisa berduaan denganmu seperti ini" bisik Natsuya.

"Nee, Natsuya..."

"Hmm?"

"Apa kau ingat saat kau menyatakan perasaanmu padaku saat musim semi dua tahun lalu?"

Lalu Natsuya mengangkat wajahnya.

"Tentu saja, sayang. Aku tidak akan pernah melupakkan hari itu. Memangnya ada apa?"

"Aku hanya tidak menyangka kita akan bertahan sejauh ini. Sejujurnya, saat itu aku sedikit meragukanmu. Apakah aku bisa bahagia denganmu? Apakah kau adalah lelaki yang tepat untukku? Ternyata aku mendapatkan semua jawaban itu sekarang. Hontouni arigatou, Natsuya"

Lalu Natsuya melepaskan pelukannya dan tiba-tiba menarik wajah Tsukiyama kearah wajahnya agar dapat saling bertatapan dengannya.

Tsukiyama bisa melihat wajah Natsuya dari jarak yang sangat dekat.

"Seharusnya aku yang harus berterima.kasih kepadamu" ucap Natsuya pelan.

Tsukiyama pun tersenyum.

"Senyuman itu. Aku ingin selalu melihatnya. Aku ingin kau menunjukkannya hanya kepadaku"

"Tentu saja. Kepada siapa lagi aku akan menunjukkan senyuman ini selain kepadamu, Natsuya"

"Kalau begitu, mulai sekarang, bila kau sedang berada dalam kesulitan, segera beritahu aku. Aku ingin kau selalu mengandalkanku, Yami"

"Natsuya..."

Lalu Natsuya memejamkan matanya dan mendekatkan bibirnya kearah bibir Tsukiyama.

Melihat hal itu, Tsukiyama pun ikut memejamkan matanya dan menunggu Natsuya menempelkan bibirnya kearah bibir Tsukiyami.

Bibir mereka semakin dekat satu sama lain.

Dan akhirnya...

Para penumpang bianglala yang masih berada didalam dimohon untuk segera keluar...

Tanpa mereka sadari, ternyata bianglala tersebut sudah kembali ke tanah.

Karena hal itu, Natsuya gagal merebut ciuman dari bibir Tsukiyama.

Mata mereka saling menatap satu sama lain. Terlihat semburat merah memenuhi kedua pipi Tsukiyama.

"N-Natsuya?"

Lalu Natsuya beranjak dari duduknya dan mengulurkan tangannya kepada Tsukiyama.

"Ayo, sudah larut malam. Kita harus pulang sekarang" ajak Natsuya.

"Oh! Um" ujar Tsukiyama sambil membalas uluran tangan Natsuya tersebut.

***

Natsuya mengantarkan Tsukiyama pulang ke apartemennya.

"Terima kasih untuk hari ini, Natsuya"

"Kau tidak perlu berterima kasih, aku ini kekasihmu. Sore jya, aku pulang dulu, ya..." ucap Natsuya sambil membalikkan tubuhnya dan bermaksud untuk pulang.

Tiba-tiba, Tsukiyama menarik sebelah tangan Natsuya.

"Eh? Ada apa, sayang?"

"B-bisakah kau menginap saja untuk malam ini di apartemenku?"

"Eh?!"

"J-jangan berfikir yang macam-macam! A-aku hanya merasa kesepian. Aku ingin kau selalu berada di sisiku. Belakangan ini kita jarang sekali bertemu, bukan? Aku ingin memperbaiki hal itu..." ucap Tsukiyama sambil merasa malu.

Lalu Natsuya tertawa kecil.

"Apa yang kau katakan? Apapun yang kau pinta pasti akan langsung kukabulkan, tuan putriku" balas Natsuya sambil tertawa kecil.

"A-arigatou..."

***

Tsukiyama sedang menunggu Natsuya keluar dari kamar mandi di kamarnya.

Setelah beberapa saat, akhirnya Natsuya pun keluar dari kamar mandi.

"Ya ampun, Natsuya. Kau lama seka-" tiba-tiba Tsukiyama menghentikkan perkataannya. Ia merasa sangat shock karena melihat penampilan Natsuya yang seharusnya ia tidak lihat.

Ya, Natsuya saat ini hanya menggunakan handuk di pinggangnya, lebih tepatnya ia sedang bertelanjang dada. Natsuya berjalan mendekati Tsukiyama sambil mengeringkan kepalanya yang basah.

"Ada apa?"

Tsukiyama bisa melihat tubuh six-pack Natsuya yang indah dengan sangat jelas. Spontan, wajahnya pun memerah dan ia pun menjadi salah tingkah.

"C-cepat kenakan bajumu!" seru Tsukiyama sambil menutupi pandangannya dengan kedua tangannya.

Namun, bukannya segera mengenakan bajunya, Natsuya malah berjalan mendekati Tsukiyama dan mendorongnya keatas kasur. Agar tidak bisa pergi kemana-mana, Natsuya menggenggam erat kedua pergelangan tangan Tsukiyama.

"N-Natsuya, apa yang mau kau laku-"

Tiba-tiba Natsuya mencium bibir Tsukiyama.

Natsuya bisa merasakan kehangatan dan kelembutan bibir Tsukiyama yang menempel dengan bibirnya.

Tak lama kemudian, Natsuya melepaskan ciumannya tersebut.

Spontan, wajah Tsukiyama pun menjadi sangat memerah.

"Tadi kita belum sempat berciuman, bukan?" bisik Natsuya.

"E-eh?"

Natsuya mengelus-elus sebelah wajah Tsukiyama dengan lembut.

"Sudah lama sekali aku tidak sedekat ini denganmu, sayang"

"A-aku juga... Sejujurnya aku juga sangat merindukanmu, Natsuya"

Natsuya oun tersenyum. Lalu ia kembali menempelkan bibirnya kepada bibir Tsukiyama dengan sangat lembut. Kali ini, Tsukiyama membalas ciuman kekasihnya tersebut.

Mereka berciuman lebih lama dari sebelumnya. Dan kali ini Tsukiyama ikut menikmati kehangatan bibir Natsuya.

Tak lama kemudian, mereka melepaskan ciuman mereka.

"Aishiteiru..." bisik Natsuya.

"Watashi mo..."

"Teruslah berada di sisiku, Tsukiyama"

***

Keesokan harinya, bertepatan dengan hari pertama di musim semi, Natsuya dan Tsukiyama memutuskan untuk pergi ke taman untuk melihat keindahan bunga sakura yang hanya akan bertahan dalam satu minggu kedepan.

"Wah!!! Indah sekali!" ucap Tsukiyama terkagum-kagum.

Angin yang bertiup membuat beberapa buah kelopak bunga sakura berjatuhan ke tanah. Membuat indah jalanan khas musim semi di Jepang.

"Bunga sakura selalu cantik dipandang mata, seperti dirimu..." celetuk Natsuya.

Tsukiyama pun tertawa.

"Kau ini. Selalu saja menggodaku"

Angin sepoi sepoi menerbangkan beberapa helai rambut Tsukiyama.

Tiba-tiba, ekspresi wajah Natsuya terlihat serius.

"Tsukiyama..."

Natsuya jarang sekali memanggil nama Tsukiyama. Bila ia melakukan itu, berarti ada sesuatu hal serius yang ingin ia katakan. Dan Tsukiyama sudah memahami hal tersebut.

Spontan, Tsukiyama pun menoleh kearah Natsuya.

"Eh? Ada apa, Natsuya?"

Tsukiyama memandangi wajah kekasihnya yang tidak biasanya terlihat sangat serius.

"Tsukiyama, kau ingat hari apa ini?"

"U-um. Tentu saja. Ini hari jadi kita yang ke dua tahun, bukan?"

"Ternyata kau mengingatnya"

"Tentu saja! M-makanya tadi malam aku ingin kau menginap di apartemenku. A-aku hanya terlalu malu untuk mengatakan selamat anniversary kepadamu"

Natsuya pun tertawa kecil.

"Seperti biasa, kau selalu malu-malu seperti biasanya"

"Jadi, apa yang ingin kau katakan?"

Tiba-tiba, Natsuya menekukkan sebelah kakinya tepat di hadapan Tsukiyama sambil menunjukkan sebuah cincin yang diletakan di sebuah kotak berwarna merah. Hal tersebut membuat Tsukiyama sangat terkejut.

"N-Natsuya, kau..."

"Um. Sudah dua tahun lamanya kita bersama. Memang dalam dua tahun ini hubungan kita tidak selalu mulus, namun, kita selalu bisa melewatinya bersama. Wajahmu, senyumanmu, aku ingin selalu melihatnya setiap aku bangun di pagi hari. Sebelum aku berangkat bekerja, aku ingin kau yang selalu memasangkan dasi untukku. Dan saat aku pulang bekerja, aku ingin melihatmu menyambutku dengan penuh kehangatan. Setiap makan malam, aku ingin berbincang denganmu tetang berbagai hal. Dan di beberapa tahun ke depan, aku ingin kau yang menjadi ibu dari anak-anakku kelak. Aku sudah memutuskannya, hanya dirimulah yang bisa mengisi posisi itu. Hanya kaulah yang bisa menjadi teman hidupku. Aku hanya menginginkan dirimu sebagai istriku. Aku berjanji, aku akan berkerja keras untuk memenuhi kebutuhan kita dan anak-anak kita kelak. Aku berjanji aku akan selalu berusaha untuk selalu membuatmu bahagia. Dakara, Tsukiyama. Setelah kau lulus kuliah nanti, maukah kau menikah denganku?"

Mata Tsukiyama terbelalak mendengar penawaran yang mengejutkan dari Natsuya tersebut.

Ia pun terdiam sejenak sambil menelan cairan di salivanya dan mulai menjawab pertanyaan Natsuya tersebut.

"Natsuya... Aku tidak menyangka kau akan melamarku secepat ini... Aku benar-benar terharu dengan keberanianmu ini. Namun sebenarnya, ada suatu hal yang ingin aku akui selama ini. Dan aku merasa sangat bersalah karena aku selalu menyembunyikan hal ini darimu. Maafkan aku"

Natsuya pun kembali berdiri dan menatap kedua bola mata Tsukiyama dalam-dalam.

"Apa itu, sayang? Katakan saja"

Dalam sekejap, ekspresi wajah Tsukiyama seketika berubah menjadi terlihat sedih dan murung.

"Sebenarnya..., sejak awal orang tuaku tidak merestui hubungan kita, Natsuya..."

"Eh?"

"Maka dari itu aku tidak pernah membawamu ke rumah orang tuaku. Aku juga tidak mengerti kenapa mereka bisa-bisanya tidak mau menerima pria sebaik dirimu. Aku sudah mencoba meyakinkan mereka namun gagal. Dan... yang mereka lakukan malah... akan menjodohkan aku dengan orang lain yang sama sekali tidak kucintai..."

"A-apa?!"

Natsuya benar-benar shock begitu mendengar penjelasan Tsukiyama tersebut.

Tiba-tiba, Tsukiyama.oun meneteskan air matanya.

"Maafkan aku. Seharusnya aku mengatakan hal ini lebih awal. Tapi, aku hanya tidak ingin kau menjauh dariku. Aku tidak ingin menikah dengan orang itu. Aku hanya ingin bersamamu. Hanya bersamamulah aku bisa merasa sangat nyaman. Maafkan aku, Natsuya. Aku benar-benar bingung harus melakukan apa!" ujar Tsukiyama sambil menangis.

Natsuya pun memeluk tubuh mungil Tsukiyama dengan erat.

"Maafkan aku. Aku tidak tahu kau sedang memikirkan hal bimbang seperti itu, Tsukiyama"

"Kau terlalu baik, Natsuya. Seharusnya akulah yang meminta maaf kepadamu. Tapi, aku hanya ingin bersamamu. Kumohon jangan tinggalkan aku"

"Ssttt... Tidak apa-apa. Aku tahu maksudmu menyembunyikan itu darimu. Kau hanya tidak mau aku pergi. Aku paham itu, sayang. Tenanglah, aku tidak akan pernah meninggalkanmu"

Natsuya pun melepaskan pelukannya. Tangannya meraih wajah Tsukiyama dan mengelap air matannya dengan sangat lembut.

"B-benarkah? Kau tidak marah kepadaku?"

"Tentu saja. Bagaimana aku bisa marah kepada bidadari secantik dan setulus dirimu. Kau tidak perlu meminta maaf lagi, kau mengerti?"

"Aku tidak tahu bagaimana harus berterima kasih. Tapi, sudah kuputuskan, hatiku memang hanya untukmu, Aku tidak peduli bila orang tuaku menentang hubungan kita. Aku tidak peduli dengan apa yang dikatakan orang tentang dirimu. Yang aku inginkan hanyalah menikah denganmu, Natsuya"

Natsuya benar-benar tersanjung mendengar perkataan Tsukiyama tersebut. Lalu ia pun tersenyum tulus kearahnya.

"Ternyata aku sudah memilih wanita yang tepat untuk menjadi istriku kelak. Aku akan meyakinkan sekali lagi, maukah kau menikah denganku, Tsukiyama Yami?"

Dengab cepat, Tsukiyama pun menganggukkan kepalanya.

"Iya. Tentu saja aku mau! Percayalah padaku"

Lalu Natsuya memakaikan cincin tadi ke jari manis Tsukiyama.

"Terima kasih sudah mau menerimaku sebagai suamimu, Tsukiyama"

.
.
.
.
.
.
.

↫🌊TAMAT 🌊↬

−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−

Uppuppuppu~

Akhirnyaa beres jugaa. Padahal cuman oneshoot wkwkw. Emang Yami ini mageran dah.

Maap kalo ceritanya gaje dan super duper pendek, soalnya Yami pengen cepet2 neglunasin semua utang Yami. Udah kebanyakan😭😭😭

Terus Yami pengen namatin book Yami yg ttg harem free, jd bener2 kek dikejar2 apaan dah ngerjain ni ff wkwkwk

Tapi setidaknya utang Yami berkurang lah yaa satuu wkwkwkw

Okedeh mungkin sekian dulu dari Yami.

Makasih yang udah berkunjung dan yang udh ninggalin jejak di book project ini.

Sampai jumpa di lain waktu, yaaa

Babayyyy

muachhhhh

uppuppuppu~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top