Someone to Trust

Squall sibuk memberikan berjuta alasan tentang kenapa dirinya tidak bisa hadir di konser perdana kekasih tercinta. Dia juga berulang kali mengatakan "maaf", atau "aku tidak bermaksud", dan kadang "aku menyesal tidak menonton".

"Kau tahu, Squall ...?" Rinoa terdengar lelah dengan semua ucapan maaf dari Squall. "Aku mengerti. Sungguh. Aku tidak marah padamu. Aku mengerti kenapa kamu tidak bisa datang, walau aku benar-benar ingin kau di sini. Aku juga tidak bertanya-tanya, kan? Aku mengerti kok."

"Tapi ... pasti penting buatmu. Aku tahu kau sudah lama menginginkan ini," kata Squall.

"Hei, kemarin kau sempat terdengar percaya diri, kenapa sekarang jadi penuh dengan maaf-maaf seperti dulu lagi? Aku tahu setelah telepon ini ditutup, aku tinggal memikirkan makan malam, mandi dan tidur. Sedangkan kamu masih ada banyak urusan yang harus kamu selesaikan, ayahku seorang jendral, aku mengerti situasimu. Oke?"

"Ya."

"Aku sayang kamu."

"Sama."

Telepon ditutup. Squall sungguh-sungguh menyesal karena dia ingin ada untuk pacarnya. Tapi tidak mungkin dia meninggalkan masalah ini demi urusan pribadi. Saat ini ada Seymour datang dan bermaksud buruk pada dunianya, planetnya, dan kalau bisa jangan terlalu banyak orang yang tahu kalau dia menyembunyikan Yuna di dalam kantornya.

"Kau tidak berubah, ya, Squall," Yuna duduk di sebelahnya. "Dulu kau menempel terus pada kakakmu. Aku masih ingat namanya, Elone, kan? Dia sayang sekali padamu dan kau selalu berusaha keras untuk membuatnya bangga. Sekarang aku melihat peran itu digantikan oleh pacarmu."

"Rinoa bukan Elone."

"Ya, aku tahu, maksudku, kurasa kau memang seperti itu sejak dulu. Kau selalu ingin agar orang yang kau cintai tidak kecewa padamu. Jauh di dalam hatimu, kau sangat peduli pada orang-orang yang kau cintai."

Squall menatap Yuna sedikit lama, antara ragu dan percaya. "Maaf, aku masih belum dapat percaya kalau kau ... wanita yang berasal dari dunia yang lain ... juga berbagi masa kecil bersama di Rumah Edea."

"Itu karena kamu tidak ingat. Aku masih ingat semuanya dengan jelas, walau aku tidak menceritakannya pada siapapun, mereka akan menganggap aku terkena racun Shin," kata Yuna.

"Tapi ... kau paling ingat dengan Seifer, ya?"

Wajah Yuna semakin terlihat gembira mendengar nama itu disebut. "Dia baik sekali, Squall, kau tidak ingat? Walau aku tidak kaget ketika kau bilang bahwa dia buronan dunia sekarang. Itu dia banget ... he he he ..."

Squall pun menyimpulkan bahwa Yuna suka dengan bad boys. Dia bilang kemarin bahwa mantan suaminya, Seymour datang ke dunia 8 untuk menguasainya dan menciptakan utopianya sendiri. Sekarang dia menganggap Seifer menjadi buronan itu sebagai sesuatu yang imut.

"Yah, dia memang menyebalkan sejak dulu."

"Dia memang mengundang  rasa antipati orang, selalu haus akan perhatian. Tapi ... aku percaya padanya. Sangat mempercayainya," kata Yuna dengan sungguh-sungguh. "Kau juga, Squall. Kau dan dia sangat dekat, seperti saudara kembar."

Zell datang mendekat membawa sebuah berita, "petugas patroli menangkap Sam Redcross di Timber. Sekarang dia ditahan di sana karena kita menginginkan dia. Sekarang setelah kita mendapatkan Seifer, apa kita melepasnya atau tetap menahannya?"

"Katakan pada mereka kalau kita tidak menginginkannya lagi."

Zell kembali berbicara pada seseorang di ponselnya, tak lama kemudian obrolan itu selesai dan dia kembali pada Squall, "mereka memindahkannya ke Delling, berhubung Sam meninju seorang prajurit Galbadia saat akan ditangkap. Kau tahu artinya memukul seorang petugas negara, kan? Dia dianggap meninju Galbadia."

Squall kenal orang itu, dan dia menyayangkan Sam harus ditahan. Tapi dia tidak boleh memberitahu siapapun mengenai apa yang dia rasakan tentang Sam, atau mereka akan tahu bahwa dia sering bertemu dengan Seifer di FH secara diam-diam.

Langit-langit kantor Squall terbuat dari kaca yang tebalnya mencapai 20 cm. Bila dia sedang tidak mengaktifkan mode atap, dia bisa melihat apa yang terjadi di langit. Kali ini, ada ragnarok biru yang terbang melintas kemudian mendarat di lapangan udara.

"Sepertinya Jason sudah kembali, aku permisi dulu," kata Zell terburu-buru.

"Zell..!!" panggil Squall. 

"Aku tidak melihat siapapun di kantormu, Squall!" ujar Zell sebelum menghilang.

Jason membawa Quistis, dan Quistis pasti sudah bisa menebak apa yang sedang terjadi setelah tidak ada aksi apapun di konser Rinoa tadi. Wanita itu tidak akan melepaskan Squall, sampai dia tahu apa yang terjadi. Zell tidak akan mau berada di tempat dimana ada wanita marah berada dan menginterogasi komandannya sendiri.

"Kurasa sebaiknya kau ..." 

"Oke, aku tahu," Yuna segera menyingkir dari sisi Squall dan bersembunyi dibalik sekat bergambar anime moe.

"Tok-tok ... permisi, Komandan," gadis cantik berambut pirang dengan kacamata menutupi sepasang mata biru yang indah itu tampak di ambang pintu kantor yang jebol. "Sepertinya baru saja terjadi sesuatu di kamarmu?"

"Ya, ... Zell."

"Menyelamatkanmu dari seorang penyusup?" 

"Masuklah," Squall mengambilkan minuman untuk Quistis yang memasuki ruang komandan bersama partnernya yang senantiasa merasa ganteng, Jason.

"Jangan bilang bahwa orang ini menjebakmu dengan mengatakan dia akan menculik kekasihmu, padahal dia mengincarmu," Quistis menaikkan salah satu kakinya di atas kakinya yang lain.

"Aku sudah tahu apa yang dia mau, maka dari itu aku sengaja mengosongkan tempat ini agar dia sampai di ruanganku. Dengan begitu Zell bisa menangkapnya," Squall menyerahkan segelas kopi untuk Quistis dan segelas lagi untuk Jason.

"Wah, komandan kau hebat sekali. Menjebak lawan dengan strateginya sendiri," Quistis memincingkan mata saat menyindirnya.

"Kenyataannya dia tertangkap juga, kan?" lalu dia berpaling pada Jason, "bagaimana denganmu? Sudah ada update mengenai Fenrir?"

Jason menghela nafas dalam-dalam, kemudian sambil mengembuskannya perlahan, dia menaikkan kedua alisnya. Setiap kali dia memainkan alisnya, dia merasa lebih ganteng dari situasi normalnya. Dia menyukainya. "Nyaris dapat. GF itu cukup cepat, tapi aku yakin dia sudah berada di dalam genggamanku bila tidak ada panggilan mendadak untuk menyambut kedatangan teroris yang salah tempat."

"Sayang sekali," Squall cepat-cepat memunggungi Jason, andai senyum kelegaannya yang berusaha rapat dia sembunyikan itu bocor keluar. Itu akan sangat mencurigakan bila Jason tahu Squall merasa senang atas kegagalannya.

"Bila kita tidak cepat-cepat mendapatkan Fenrir, orang lain akan mendapatkannya. Dan kita akan mengalami kesulitan bila sampai orang yang salah yang memperolehnya," Jason sungguh berharap dirinya dikirim kembali ke Timber untuk kembali mengejar Fenrir.

"Yah ... Fenrir ... kau sudah dapat Shiva, kan? Menurutmu siapa yang pantas mendapatkan Fenrir?" tanya Squall.

"Tergantung. Tapi GF itu memiliki kekuatan spesial dalam hal yang berhubungan dengan memori. Bila sampai jatuh ke tangan yang salah, mereka bisa memanfaatkannya untuk hal buruk. Misalnya, kalau aku penjahat dan ingin merampok uang dalam brankas, aku tidak perlu menodong teller bank, aku cukup membuka memorinya dan melihat nomor apa saja yang harus kuputar."

"Sejauh itukah?" tanya Squall.

"Jangan dengarkan dia, SeeD ini sok tahu," sanggah Quistis, meletakkan cangkir kopinya di meja. "Fenrir tidak akan bisa membaca memori semudah itu, seperti anjing yang melacak benda, dia harus mengendus aroma benda itu. Itu analoginya. Tapi dia benar, siapapun yang akan memiliki Fenrir nantinya, haruslah orang yang paling bisa dipercaya. Apa kau sudah menemukan orang itu, Squall?" 

Squall hanya termenung.

Ini seperti intuisi; tahu tanpa alasan.  Ada akibat tapi sebabnya kosong. Seperti plot cerita yang tidak jelas, ... seperti plothole.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top