Simalakama

Ada sebuah menara mercusuar, pemiliknya telah meninggal terseret arus pasang tahun lalu. Dia memancing terlalu lama, kepalanya menjadi pening dan lupa minum, akibatnya tidak siap akan bahaya yang datang untuk nyawanya. Mayor Dobe memutuskan untuk memberikan Seifer mercusuar tersebut agar dia bisa tinggal bersama dua orang sahabatnya, Raijin dan Fuujin. Karena tidak ada yang mau tinggal di menara yang sudah tenggelam setengah dan satu-satunya jalan masuk adalah memanjat tangga setinggi tiga meter dengan tambang.

Seifer masih belum terbiasa sekalipun sudah setahun hidup seperti itu. Dia sudah menanamkan tangga besi pada dinding mercusuar itu sehingga lebih mudah untuk dimasuki. Ada aroma ikan bakar tercium sebelum dia masuk melalui jendela teratas dari mercusuar itu. 

"Yum!" gumamnya, saat setengah dari badannya sudah melihat kedua sahabatnya di dalam rumah kecil mereka.

"Yo, Seif! Kau tidak menginginkan ikan ini kan? Maksudku, aku cuma tangkap dua ekor!" kata Raijin, pemuda berkulit hitam dengan tubuh tinggi besar dan rambut hitam pendek.

"Hanya dua?" Seifer terdengar kecewa.

"Katamu kau mau keluar makan," kata Raijin.

"Aku bilang aku keluar untuk minum," Seifer melompat masuk lalu merosot turun ke ruangan bawah dengan tiang.

"Kurang satu!" terdengar suara keras saat Fuujin menendang tulang kaki Raijin.

"Ow! Ow! Owww!! Ghahh... perlukah kau menendangku?!" 

"Dia akan terus menendangmu," Seifer mendekat ke meja makan dan mencubit punggung ikan bakar yang sudah tersaji, lalu memasukkan bagian tersebut ke dalam mulut.

"Kenapa? Katakan padanya untuk berhenti menendangku."

"Karena kau suka ditendang," Seifer mengambrukkan tubuhnya ke atas sofa lapuk di depan televisi, namun tangannya meraih laptop berat yang sedang tertutup di depannya dan mengecek email yang masuk.

"Aku tidak suka ditendang," kata Raijin.

"Tapi beda cerita kalau yang menendangmu adalah cewek yang kau suka," sanggah Seifer sambil memasukkan password emailnya.

"A-aku? Suka dia? Hah!! Kau lucu, Seifer!!"

Seifer sudah tidak menanggapi ocehan Raijin lagi karena email dari Squall sudah masuk. Itu adalah foto, ada makhluk yang serupa serigala, tingginya se-pinggang lelaki dewasa, dan seluruh tubuhnya merupakan api yang menyala.

Seifer memeriksa judul email itu sekali lagi; "Ini Milikmu".

Siapa yang tidak mau GF gratisan? Sesosok makhluk sakti berkekuatan magis yang bisa memberikan kekuatan sihir bagi para penggunanya. Hanya SeeD yang boleh menggunakannya, karena mereka sudah punya izin dari pihak yang bertanggung jawab. Dan SeeD hanya boleh menggunakan GF yang telah dilegalisasikan oleh Ballamb Garden. GF itu pun tidak boleh sembarangan, satu orang satu GF.

Di belakang, Raijin kembali bertengkar dengan Fuujin, namun Seifer tidak mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Televisi sedang menanyangkan berita terbaru mengenai seorang pebisnis bernama John Sinclair telah resmi maju menjadi pesaing bagi Jendral Carlway untuk menjadi Presiden Galbadia selanjutnya. Ini berita yang panas, dimana warga Galbadia akan menelan pil pahit, siapapun pemenangnya.

Nafas Seifer menjadi begitu cepat dan apapun yang masuk ke dalam indera pendengaran tidak lagi tersampaikan ke otak. Dia kembali memanjat mercusuar untuk menemukan sinyal ponsel dan menghubungi Leo.

"Halo?"

"Aku bukan SeeD."

Hening sejenak.

"Jadi kau sudah baca emailku. Begini ..."

"Aku bukan SeeD, dan setelah apa yang terjadi tiga tahun lalu, aku tidak akan pernah menjadi seorang SeeD."

"... dengarkan aku, Seif..."

"Kau mau apa dariku? Kukira sudah cukup kau mengurungku di FH dengan menjadikanku buronan perang. Sekarang kau mau aku mengadopsi GF, kau benar-benar ingin membuatku hilang dari dunia ini?"

"... makanya biar kujelaskan. Kau diam dulu!"

"Apa lagi yang perlu dijelaskan?! Kau yang menjadikan kepemilikan GF ilegal bila bukan seorang SeeD yang memilikinya! Kau ingin aku lakukan kerjaan kotor buatmu?!"

"Aku akan menemuimu."

"Tidak perlu. Detik ini juga aku akan membawa dua temanku pergi meninggalkan FH."

Namun Leo tertawa, "kau mau ke mana? Seluruh dunia mencari Seifer Almasy, si Ksatria Penyihir. Budak Ultimecia yang setia."

"Oh, kami akan menghilang, kemudian muncul di tempat dimana satu-satunya penyihir di dunia ini berbaring."

"Kau mengancamku, Seifer?!"

"Kau yang minta."

"Sampai kau sentuh Rinoa, aku bersumpah bahwa aku akan ..."

Seifer melempar telepon genggamnya itu ke laut, kemudian dia berteriak pada Raijin untuk berkemas meninggalkan FH.

***

"YO!" Raijin berseru saat dia mengejar Seifer yang memasukkan beberapa peralatan ke dalam ransel. "Kenapa terburu-buru? Bukankah kita sudah sepakat dengan SeeD?"

"Kita tidak sepakat dengan SeeD, kita sepakat dengan Squall Lionheart bajingan, dan dia melanggar kesepakatan itu sendiri," Seifer memilih beberapa obeng, lalu memasukkannya ke dalam ransel.

"Bagaimana dia melanggarnya? Jelaskan pada kami."

Biasanya Fuujin akan menendang kaki Raijin pada saat si bodoh itu mengatakan sesuatu yang tidak perlu atau berperilaku bodoh. Tapi kali ini gadis berambut perak itu hanya berdiri saja di dekat Raijin sambil menunggu penjelasan darinya, Seifer meletakkan ranselnya.

"Dia ingin aku mengklaim Guardian Force," Seifer menatap Raijin dengan tajam. Bahkan pemuda bodoh seperti Raijin pun paham situasi yang sedang terjadi sekarang.

"Apa maksudmu dia ingin kamu mengklaim Guardian Force?" tanya Fuujin, pada saat gadis itu mengatakan serentetan kalimat lengkap, maka masalah ini sangat serius bagi dirinya, bagi mereka.

"Ya, kan? Itu bisa berarti dua hal; dia ingin menjadikanku SeeD, atau dia ingin ..."

"Membunuhmu," potong Fuujiin. Gadis bermata merah itu mengepalkan tangannya dengan geram.

"Tidak mungkin kamu jadi SeeD, Seif. Hei, jangan tersinggung ..." Raijin berusaha menghindari kaki Fuujin yang melayang untuk menendangnya. "Fuu! Jangan! Aku tidak bergurau, jangan tendang!"

"Itu sebabnya, ... kita akan bicara empat mata dengan Squall Leonheart bajingan, ayo!" 


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top