My Idiot Son

Begitu masuk kota, Liu Bei menghentikan seluruh pasukannya secara mendadak.

"Ada apa, bos?" prajuritnya bertanya-tanya.

Liu Bei tidak menjawab, langsung saja dia turun dari kuda dan menghampiri seekor kucing yang sedang terluka dan berdarah-darah dan salah satu matanya jadi juling. 

"Siapa yang melempar anak kucing ini?!" tanya Liu Bei dengan geram, anak kucing malang itu didekapnya.

Orang-orang dengan kompak menunjuk sesuatu, kerumunan itu menunjuk ke suatu arah yang ternyata berasal dari lantai tiga sebuah penginapan. Di atas sana ada seorang pria yang kemudian terbirit-birit masuk ke dalam penginapannya dan bersembunyi. Tapi Liu Bei masuk ke dalam penginapan itu dan memerintahkan Zhang Fei untuk menemukan pengecut yang beraninya melawan kucing itu.

Orang itu tertangkap sedang bersembunyi dikolong ranjang dan diseret ke hadapan Liu Bei. Dia memohon ampun karena melihat Liu Bei sangat marah.

"Tidak bisa! Kamu juga tidak mengampuni kucing ini saat dia minta ampun!"

"Ampun, Tuan Liu, kucing itu kulempar karena beranak di penginapanku dan pengunjungku takut kucing..."

"Bohong!" kata seseorang dari kerumunan, "dia memang benci hewan, kemarin saja dia memotong anjing dan memasaknya!"

"Anjingpun kamu masak?! Ya sudah, hukum dia! Lempar dia seperti dia melempar kucing ini!" Zhang Fei melemparnya dari lantai tiga dan setelah itu si penjahat satwa tersebut jadi pincang kakinya dan tidak berani lagi macam-macam dengan binatang.

Karena baik dengan binatang, para gadis jadi menyukainya dan tertarik untuk menjadi istrinya. Belum-belum, Liu Bei sudah punya dua istri dan istri pertamanya, Nyonya Gan sudah melahirkan seorang bayi lelaki baginya.

"Bayinya besar sekali ..." kata Liu Bei saat melihat anak itu untuk pertama kalinya. Dan sesuatu yang basah terwujud di bagian bawah bungkusan bayi itu bersamaan dengan bau pesing yang segera memerbak ke udara. "Ugh dia mengencingiku ...!" 

Liu Bei memindahkan bayi itu agar digendong saudaranya, Guan Yu. Tapi Guan Yu melangkah mundur sehingga Zhang Fei yang menerimanya. Tapi karena bayi itu pipis semakin deras, Zhang Fei memindahkannya ke orang di sebelahnya, Zhao Yun. Dengan pasrah, Zhao Yun menerima bayi itu dan menggendongnya, tapi Liu Bei tidak terima satu-satunya ksatria paling "waras" dalam gengnya itu bau pesing, maka dia cepat-cepat mengambil anak pesingnya kembali.

Tak lama berselang, terjadilah perang di Chang Ban. Pasukan terpecah belah, dengan tipu muslihat dan strategi ampuh mereka mencoba bertahan dari gempuran pasukan Cao Cao. Dalam kemelut itu, Nyonya Gan, istri Liu Bei menangis tersedu-sedu karena bayinya, Liu Shan menghilang entah ke mana. Zhao Yun segera bergegas kembali ke medan perang. Dari perkemahan Cao Cao sampai ke kota, dari pasar sampai jembatan perbatasan, akhirnya di tengah kota, dekat sebuah sumur dan reruntuhan bangunan yang terbakar, dia menemukan istri kedua Liu Bei, Nyonya Mi sedang memeluk bayi dan meringkuk ketakutan.

"Nyonya Mi? Syukurlah aku berhasil menemukan kalian! Ayo kita pulang!" ajak Zhao Yun.

"Tidak bisa, aku hanya akan menghambat perjalanan kalian saja. Tolong bawa anak tuanku pulang, anak ini adalah calon pewarisnya!" kata Nyonya Mi.

"Saya tidak akan pulang tanpa anda!"

"Kalau begitu biarlah aku mati saja!" Nyonya Mi menceburkan diri ke dalam sumur kering, kepalanya terantuk batu dan mati.

Zhao Yun merasa bersalah karena lengah, membiarkan istri kedua tuanya meninggal dunia. Kemudian tercium bau pesing, dan Zhao Yun kembali merasakan kain pembungkus bayi yang sedang dipegangnya ini basah. Dilihatnya bayi itu, sedang tertidur pulas dan mengigau. 

"Aku harus bergegas pulang!" kata Zhao Yun sambil menaiki kudanya kembali. Sementara itu Liu Shan mengompol semakin deras dan baunya semakin menguat hingga radius lima meter.

Rupanya di depan menghadanglah pasukan Cao Cao, mereka mengenali Zhao Yun. "Berhenti!" kata mereka.

"Aku tidak akan menuruti perintah kalian!" Zhao Yun terus melajukan kudanya. Salah satu tangan menggendong bayi yang mengompol semakin banyak, tangan lain memegang tombak yang siap diayunkan ke leher musuh.

Namun musuh mendadak menghentikan laju mereka dan menutup hidung, "ugh, bau apa ini?!"

"Bau sekali ...!" mereka pun tidak berani mendekati Zhao Yun, dan jendral itu mengambil kesempatan untuk kabur kembali ke tempat tuannya.

Sampai di hadapan Liu Bei, tergopoh-gopoh dia menyambut kepulangan Zhao Yun di perkemahannya. "Aku sangat cemas kamu mati di luar sana. Syukurlah kamu baik-baik saja! Hei, kenapa pakaianmu berlumuran darah?"

Zhao Yun terkejut mendengarnya, karena dia tidak merasa diserang seorangpun dan tidak melukai seorang pun. Baru ketika Liu Bei mengambil Liu Shan darinya, Zhao Yun melihat kain bayi yang membungkus Liu Shan itu warna merahnya luntur sampai ke bajunya. Baru akan menjelaskan, Liu Bei sudah membanting anaknya karena terkejut betapa bau pesing anaknya itu.

Liu Shan terkejut dan menangis lantang. Para jendral tertegun melihat ayah macam apa yang tega membanting putra kandungnya sendiri? Masih bayi pula!

Liu Bei dengan cepat memikirkan sesuatu untuk memperbaiki keadaan, dia membentak anaknya sambil menangis, "dasar anak tidak tahu keadaan! Bodoh! Jendralku mati-matian berperang demi menyelamatkan kamu, istriku mati bunuh diri gara-gara kamu, tapi kamu malah enak-enakan tidur! Pipis pula! Kalau kamu menggantikanku nanti, apa lagi yang akan kau lakukan terhadap jendral-jendralku?!"

Berkat peristiwa itu, akhirnya Liu Bei dikenal sebagai seorang pemimpin yang sangat mencintai jendral-jendralnya. Karir Liu Bei menanjak pesat, dan dia mengangkat diri sebagai kaisar Shu-Han. Dia memberi perintah untuk menyerang Cao Ren di kota Xiang Yang, namun karena jebakan Wu, Guan Yu tewas dalam keadaan menyedihkan. 

Liu Bei menjadi pusing kepalanya, "haduh haduh ... Guan Yu mati. Hal ini pasti mengakibatkan kemunduran moral di dalam pasukanku. Pertahanan terhadap wilayah timur akan jadi rentan dan kalau kita membiarkannya begitu saja, mereka bisa menyerang kita secara bersamaan! Aku harus segera memukul mundur pasukan Wu agar mereka tahu kehilangan Guan Yu bukan berarti Shu menjadi lemah!"

Maka Liu Bei memerintahkan Zhang Fei untuk mempersiapkan pasukan untuk menyerang Wu. Tapi Zhang Fei mabuk-mabukan setiap hari dan memarahi bawahannya. Fu Shiren jadi kesal dan memotong kepala Zhang Fei kemudian diserahkan kepada Sun Quan. Kematian Zhang Fei ini membuat Liu Bei semakin cemas bila musuh datang menyerang. Selama ini Zhang Fei dan Guan Yu lah yang menjadi senjatanya untuk menakut-nakuti musuh sebelum pertempuran terjadi.

"Bagaimana ini?" pikir Liu Bei, "kenapa mereka baru dibunuh setelah aku baru menganggap mereka sebagai saudara betulan setelah sekian tahun merasa takut pada mereka? Anak-anak mereka masih kecil-kecil pula! Senjataku yang tersisa tinggal Zhao Yun! Aku harus segera menyerang mereka dan membalas kematian kedua saudaraku!"

Maka menyeranglah Liu Bei ke Wu, namun Zhuge Liang tidak ikut karena dia tidak menyetujui keputusan yang menurutnya salah ini. Dalam pertempuran itu, Liu Bei melakukan kesalahan, berkemah di hutan saat udara kering. Kesalahan ini dimanfaatkan Lu Xun dengan menembakkan panah-panah api ke hutan itu sehingga perkemahan pasukan Shu menjadi kacau. Pada saat itulah menyerang Lu Xun dan pasukannya. 

Liu Bei berhasil diselamatkan, namun dia jatuh sakit dan tidak mau pulang ke istananya. Sebelum meninggal dunia, dia memanggil anak-anaknya. Semua anak-anaknya menangis, kecuali Liu Shan yang hanya duduk sambil mengupil tanpa tahu apa yang terjadi pada ayahnya. Kemudian terdengar suara tetesan air bersamaan dengan bau pesing yang memenuhi kamar. Liu Shan melihat ke bawah, ada genangan air di sana yang jatuh dari celananya. Kemudian dia berseru gembira pada ayahnya, "ayah! Lihat! Pipisku membentuk tulisan "kaisar"! Ini pertanda baik, ayah!"

Feeling Liu Bei langsung tidak enak. Cepat-cepat dia memanggil Zhuge Liang dan berbisik-bisik, "setelah aku meninggal nanti, tolong angkat anak keduaku jadi kaisar..."

"Mana bisa begitu, Yang Mulia! Anak kedua anda masih kecil ..."

"Kalau begitu, bila Liu Shan nanti kerjanya ga becus, kamu kuberi izin untuk menggulingkan dia dan gantikan aku. Teruskan perjuangan kami!" ujar Liu Bei dengan sisa-sisa nafasnya yang semakin sesak. Dewa kematian sudah menunggu dengan tidak sabar, berkali-kali mengecek jam tangannya dan mendesak Liu Bei untuk segera ikut dengannya.

"Mana mungkin aku berbuat begitu, Yang Mulia!" jawab Zhuge Liang.

Liu Bei baru akan mengucapkan sesuatu lagi, minta diambilkan kertas bermaterai untuk memberi izin Zhuge Liang melakukan hal itu, namun Dewa kematian tersebut berkata, "sudah cukup, Liu Bei, kita sudah terlambat lima menit!"

Maka dari itulah Liu Bei mati penasaran.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: