5. Verse [II]

Moderato barusan aja update. Makanya aku nyusul nih. Kita tunggu empat lainnya siapa yg bakal nyusul update, heuheu.

Bab ini udah mendekam lama di draft. Happy reading! ♥

--------

Pesan beruntun masuk ke ponselnya. Dre bisa merasakan getarannya di balik celemek seragam. Kemudian disusul dengan getaran yang lebih panjang. Diabaikan, tapi terus berlanjut ke getaran berikutnya. Hanya satu orang yang tak sabaran membuat ponselnya menjerit.

"Makasih banget, Dre. Mau langsung pulang?" Lila sudah kembali dari kamar mandi. Tampak membetulkan letak seragamnya.

"Iya, duluan ya, Mbak. Buru-buru soalnya." Dre meninggalkan meja kasir. Shift-nya selesai. Seraya membuka ponsel, Dre berjalan ke ruang ganti. Membuka loker miliknya untuk mengambil pakaian sebelum melangkah ke salah satu bilik.

Gerakan Dre mengganti pakaian terhenti saat layar menampilkan tumpukan chat dari orang yang sama. Layar kemudian memunculkan nama orang yang Dre hindari.

"Mas tunggu di seberang restoran."

"Mau ngapain sih, Mas? Aku mesti kerja lagi."

"Sebentar. Nggak akan lama."

"Ah, tahulah."

Dre memutus sambungan sepihak. Bergegas berganti pakaian. Mengembalikan seragam ke loker dan keluar dari pintu samping restoran. Saat berjalan di trotoar, dia mengenali mobil yang familier berikut dengan seseorang yang menyandar di badan mobil. Tanpa perlu drama, Dre mulai menyeberang. Meski wajahnya benar-benar ditekuk. Tidak sungkan menunjukkan ketidaksukaannya.

Bertemu dengan orang itu selalu sukses membuat suasana hati Dre anjlok drastis. Jadi, dengan ekspresi di wajahnya, semoga orang itu tahu diri.

Tanpa berkata apa-apa, mengabaikan senyum Biru, Dre membuka pintu penumpang. Masuk begitu saja.

Biru senang karena Dre tidak perlu dipaksa-paksa. Tidak perlu ada keributan tidak penting di antara mereka.

"Makan bentar yuk?" Mobil Biru meninggalkan bahu jalan.

"Aku kenyang."

"Oke, kita langsung ke tempat kerjamu yang kedua." Biru tidak memaksa. Dre mau menemuinya saja sudah kemajuan. Berbeda dengan satu-dua bulan lalu, mereka harus main kejar-kejaran.

Dre merasa tidak perlu berbasa-basi. Jadi dia enteng saja saat mengatakan hal yang mengganggu pikirannya tiga bulan ini. "Bisa nggak sih kalian berhenti nimbun uang di rekeningku?"

"Oh, ya nggak bisa dong, Dre. Masih mending kamu nggak dijemput paksa buat pulang." Biru nyaris terkekeh.

Membuang wajah ke jendela. "Aku nggak butuh uang kalian."

Biru membelokkan mobilnya dengan mulus. "Iya, tahu kok, tahu. Sekarang kamu udah kerja. Udah bisa biayain diri sendiri. Seumuran kamu bahkan aku masih minta uang ke Mama."

Dre mengembuskan napas. Kalau sudah paham, kenapa mereka berdua berlomba-lomba mengirimi uang setiap bulan? Jumlahnya tidak sedikit pula. Terlalu banyak.

"Ayah nggak mau anak perempuan kesayangannya kekurangan uang, Dre. Jadi, entah kamu pakai uang itu atau nggak, Ayah tetap akan transfer."

"Terus kenapa Mas ikutan transfer segala?"

Biru menoleh, tersenyum. "Biar berasa aja kalau kita saudaraan."

"Siapa sih yang mau saudaraan sama Mas Biru?"

"Ya sekarang sih kamu ogah. Semoga suatu hari nanti kamu mau pulang dan kita bisa kumpul sebagai keluarga yang utuh."

Dre menolak bicara setelahnya. Biru yang memahami dengan baik, juga memilih diam. Hingga mobilnya berhenti di depan pusat perbelanjaan.

"Jaga diri baik-baik ya, Dre."

Tidak dijawab.

"Ayah kabarnya baik. Meski beberapa hari terakhir suka melamun di teras samping. Kangen banget sama kamu. Kalau ketemu sama aku aja kamu mau, kenapa nolak ketemu Ayah?"

Dre membuka pintu mobil. "Mas nggak tahu apa-apa."

"Dre-"

Percuma. Dre terus melangkah, bergabung dengan keramaian di pintu masuk gedung, tanpa sudi menoleh.

Sebelum punggung Dre benar-benar menghilang dari pandangan. "Apa sih yang nggak aku ngerti? Kamu jelas-jelas meninggalkan rumah karena kami."

***

Keanu menatap meja makan kakaknya yang penuh dengan plastik oleh-oleh. Dia mau meletakkan plastik berisi martabak saja sudah tidak ada tempat.

"Eh, Nu, baru pulang?" Raka muncul dari dalam kamar. Menguap lalu menggaruk ketek.

"Kebalik, Mas. Aku yang mestinya tanya. Mas pulang jam berapa tadi?"

Raka menuju kulkas, mengambil air putih. "Jam berapa ya tadi, hampir magrib kayaknya."

"Mbak Rara di mana?"

"Turun nyari jus baru aja. Nggak ketemu?"

Keanu menggeleng. Dia beranjak ke sofa. Membuka martabak telur yang dia bawa. Raka kemudian bergabung, mencomot satu potong.

"Gue bawa oleh-oleh banyak. Ambil gih mana yang lo doyan."

"Gampang nanti, Mas."

Televisi yang sudah menyala sejak Keanu masuk sedang menayangkan talkshow politik. Raka yang mencomot potongan kedua, melayangkan protes. "Politik mulu. Di kantor sampai kenyang gue, Nu. Ganti aja ke sinetron. Gue lebih suka drama."

Meraih remot, Keanu memindah saluran, sesuai permintaan. "Politik kan juga drama, Mas."

"Beda dunia pokoknya."

Daripada bertengkar, Keanu memilih diam. Hingga Tiara muncul di pintu, membawa dua plastik berisi empat cup jus.

"Wah, asyik nih. Ngumpul." Tiara menepuk paha suaminya, minta tempat. Lalu dengan sedikit kepayahan dia duduk di tengah-tengah.

"Kok sinetron sih?" protesnya. "Aku tadi nungguin acara talkshow politik. Kenapa dipindah?!"

Saat Tiara menatap ke arahnya, Keanu mengarahkan dagunya ke Raka.

Sebelum kena ambek, Raka meraih remot. Mengalah. "Tuh, tuh, udah kubalikin ke politik."

Keanu tertawa pelan.

Lalu tanpa aba-aba. "Nu, kamu jadi bahan gosip tuh di lantai satu."

"Hah?" Keanu yang baru mencicip jus nanas, tersedak.

"Gara-gara malam Minggu kemarin kamu balik ke rusun sama cewek. Pantes beli ketoprak aja lama ya."

"Aku kan udah izin sama Mbak waktu itu."

"Iya, tapi kamu nggak ada bilang kalau lagi sama Dre."

"Astaga, cuma makan bakso-"

"Oooh, jadi makan bakso." Dengan nada yang dibuat-buat.

"Nggak sengaja ketemu, Mbak. Terus aku mendadak pengin bakso juga."

Raka manggut-manggut. Kemudian menatap istrinya. Tidak terlalu menyimak percakapan awal. "Ceweknya tinggal di lantai berapa, Ra?"

"Dre, Mas, temennya Mira."

"Gue nggak nyangka tipenya Keanu ternyata dedek gemes." Raka melirik penuh makna.

"Apa sih, Mbak, Mas. Kami cuma temenan kok."

"Ya mana ada kenal langsung jadian, Nu?"

"Lagian orangnya udah punya pacar."

Tiara dan Raka kompak saling bertatapan. Memasang wajah sedih. "Ada yang layu sebelum berkembang nih."

"Emangnya nggak biasa ya di sini jalan pulang bareng lawan jenis?" Keanu lebih heran dengan hal ini. Dia toh jalan biasa dengan Dre, pegangan tangan juga tidak. Berjalan dengan jarak aman. Kenapa pula bisa jadi gosip?

Tiara mengambil sepotong martabak. Menjawab sebelum menggigitnya. "Tahu sendiri, Nu, semut di lubang terdalam pun bisa jadi gosip. Jangan remehin kekuatan lambe emak-emak di sini."

"Ya udah, aku balik deh. Obrolan kita mulai serem." Keanu berdiri. Pukul sembilan lewat. Dia sudah mengantuk.

"Tunggu, itu oleh-olehnya dibawa!" Tiara menunjuk meja makan. Dia mau berdiri, mengambilkan, tapi sudah pewe rebahan di bahu suaminya.

"Besok pagi aku numpang sarapan di sini. Gampanglah, Mbak. Nanti nggak kemakan dan membusuk di kulkas."

"Ya udah, langsung pulang ya. Tidur." Tiara menatap adiknya jail setelah sadar ini jam berapa. "Semoga papasan sama Dre."

"Dibilangin dia udah punya pacar. Mbak ngeyel."

"Papasan doang, Nu. Nggak berarti kamu nyatain cinta juga."

Keanu bergegas meninggalkan unit kakaknya sebelum serangan berikutnya dilancarkan.

Dan, tebak apa. Di gerbang rusun, Keanu sungguhan berpapasan dengan Dre. Tapi perempuan itu terus melangkah, tak menyadari keberadaan Keanu.

"Baru pulang, Dre?"

Barulah Dre menoleh dan sedikit terkesiap. Sempat-sempatnya dia melamun. "Ha? Oh, iya. Kamu baru pulang?"

Keanu menatap wajah Dre yang lelah. "Dari tadi. Mampir ke unit Mbak Rara dulu."

"Oh."

"Cepetan istirahat gih. Kamu kelihatan capek."

Dre tersenyum. Berbalik. Melanjutkan langkah. Dia memang lelah. Selain lelah fisik, juga lelah hati.

Masih berdiri di sana, Keanu memandangi punggung itu hingga hilang di belokan tangga. Baru kemudian meninggalkan gerbang. Memutuskan untuk mampir ke minimarket. Tisu toilet habis dan juga beberapa perlengkapan mandi.

"Halo, mabroh!" Naga yang duduk di teras minimarket, nyengir lebar. Menyapa.

"Ngapain, Ga?"

Dengan bangga, Naga mengarahkan kepalanya ke arah minimarket. "Nungguin pujaan hati gue selesai shift."

Keanu menepuk bahu Naga sebelum menuju pintu. "Goodluck. Semoga Dara pada akhirnya silap mata dan mau sama lo."

"Ngeledek ya!" Naga menyingsingkan lengan kausnya. Tapi gerakannya terhenti. Dia lupa kalau sedang mengenakan kaus berlengan buntung. "Gue sumpahin lo bucin ke Dre!"

"Gue tikung Dara nih." Keanu masih menahan pintu yang setengah terbuka.

"Berani lo natap dia lebih dari lima detik, gue cambuk lo, Nu!"

Tawa Keanu berderai. Terdengar menyebalkan di telinga Naga.

Dara mengembuskan napas. Sempat mendengar perdebatan dua lelaki itu. "Orang sarap lo ladenin, Nu, Nu."

Mengambil keranjang di dekat pintu. "Inget, Tuhan maha membolak-balikkan hati. Jadi jodoh kalian nanti."

Dengan terang-terangan Dara mengetuk meja dan dahinya. Amit-amit.

***


Rabu/24.06.2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top