Stupid (Sequel of "Dishonest")

Genre: Romance

Rate: T

  Seorang gadis bersurai (Hair colour) tengah melangkahkan kaki keluar dari SMA Kirisaki Dai Ichi. Bersamaan dengan murid-murid yang lain, dia berjalan pulang.

  "(Last name)-chan! Apa kau mau pergi ke toko buku dulu?", tawar seorang siswi yang kini menghampiri gadis bernama (Last name) itu.

  "Gomenne. Aku mau langsung pulang saja, (Bestfriend's name)", jawabnya berusaha sesopan mungkin. Kemudian ia langkahkan kakinya meninggalkan siswi tadi.

  Dalam perjalanan ke rumahnya, (Your name) terus saja memikirkan ucapan Hanamiya sewaktu pulang sekolah tadi. Sebenarnya gadis itu tidak sepenuhnya paham. Tapi dia juga tak akan mau menanyakannya langsung ke orang yang bersangkutan. Jaga image. Itulah alasannya.

  'Apa maksud si akudou tadi ya?', tanya (Your name) dalam hati.

  Gadis itu mulai berpikir. Apa gunanya dia memiliki IQ tinggi kalau untuk mencari tahu antonim suatu kata saja dia kesusahan?

.

  "Tadaima!", seru (Your name) sesampainya di rumah.

  "Okaerinasai, (First name)-chan", balas sang ibu. "Segeralah berganti pakaian lalu makan siang", tambahnya.

  "Hai', Okaa-san. Aku ke kamar dulu"

  Lalu (Your name) pun melangkahkan kakinya ke kamar. Sesampainya di kamar, gadis manis itu langsung saja asal melemparkan tas ke meja belajar. Tak peduli apakah nanti akan ada barang yang rusak atau tidak. Kemudian ia berganti pakaian dan turun untuk makan siang seperti yang diperintahkan sang ibu.

-(Your name)'s POV-

  Makan siang selesai sudah. Kini aku hanya berbaring di kasur sambil menatap dengan bosan langit-langit kamarku. Pikiranku melayang jauh ke kejadian sepulang sekolah tadi. Ketika Hanamiya mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak kumengerti.

  "Apa maksud ucapannya tadi?", tanyaku kepada diri sendiri.

  Jujur saja, aku masih bingung. Kebalikan dari perkataannya. Pertama, dia tadi bilang 'aku membencimu'. Kalau begitu kebalikan dari benci ya? Berarti..

  "Astaga!", seketika aku langsung terduduk. "I-Itu berarti d-dia menyukaiku?!"

  Pipiku mulai terasa panas. Tak kusangka, perasaanku terbalas. Tanpa kusadari, bibirku membentuk sebuah senyuman penuh rasa senang. Baiklah, lanjut ke kalimat kedua.

  "Dia bilang 'jadilah musuhku'. Musuh? Berarti maksudnya teman? Tapi bukannya kita sudah berteman? Yah walaupun tidak bisa disebut teman sepenuhnya", aku mulai meracau sendiri. "Coba kutanya Seto. Dia 'kan mendapat peringkat dua kemarin"

  Aku mulai mengambil ponsel. Kemudian kukirimkan pesan ke pemuda berambut bak kecoa itu.
-End of (Your name)'s POV-

  Ketika (Your name) mengirimkan pesan ke Seto. Tim basket Kirisaki Dai Ichi tengah berlatih. Dan karena hal itu, entah bagaimana kejadiannya, handphone milik Seto kini bisa dibawa oleh Hanamiya yang notabene adalah sang pelatih.

  "(Last name)?", gumam Hanamiya heran. Kemudian sebuah decakan lidah terdengar. Tanpa basa-basi, ia pun membuka pesan tersebut.

From: (Last name) (First name)
To: Seto Kentarou

  Hoi, rambut kecoa. Antonim dari musuh itu apa?

  Setelah membaca pesan tersebut, dengusan geli dari Hanamiya terdengar.

  "Dasar bodoh. Kau belum juga paham maksudku? Baka", ucap Hanamiya dengan nada khas nya sambil tersenyum geli.

  Pemuda bemata greyish brown itu mulai mengetikan balasan untuk pesan dari (Your name).

From: Seto Kentarou
To: (Last name) (First name)

  Kekasih, baka.

  Tombol send kemudian ditekan oleh Hanamiya.

  Tak lama kemudian, handphone gadis yang kini tengah menunggu balasan itu bergetar. Ada pesan yang masuk. Dengan segera, ia pun membuka pesan itu.

  "Nani?! Kekasih?!", teriak (Your name) penuh rasa kaget.

  Tapi kemudian, hening melanda. (Your name) mulai berpikiran kalau yang membalas pesan nya bukanlah Seto sendiri. Melainkan ada orang lain yang tadi tengah membawa handphone Seto lalu membalasnya tanpa sepengetahuan si pemilik. Namun (Your name) tidak memikirkannya. 'Itu bukan urusanku', pikir gadis itu acuh.

  "Lanjut ke kalimat ketiga. 'Jangan pernah menemuiku'. Bertemu berarti datang. Datang antonim dari pergi. Mungkin maksudnya meninggalkanku?"

  Wajah gadis itu perlahan memerah lagi. Sepertinya perasaan (Your name) tidak bertepuk sebelah tangan. Dan hal itu membuatnya malu sendiri. Karena seketika ia ingat kalimat terakhir Hanamiya yang menyuruhnya menjawab pernyataan itu besok.

  "Aaaa! Mengapa harus besok?!", seru gadis itu frustasi pada akhirnya.

.

  Keesokan harinya gadis beriris (Eyes colour) itu terbangun dari tidur karena bunyi jam waker. Dengan malas, dia mulai berjalan ke kamar mandi untuk melakukan ritual pagi. Wajahnya terlihat sangat kacau. Karena semalam dia baru bisa tidur pukul empat pagi.

  Helaan nafas terdengar dari mulutnya. Dia masih mengantuk, sangat mengantuk. Semua itu karena Hanamiya. (Your name) terus saja memikirkan jawaban apa yang akan ia berikan untuk si bad boy.

  "Ittekimasu, okaa-san", ucap (Your name) tanpa semangat.

  Hari ini, (Your name) hanya melangkahkan kaki dengan lemas. Biasanya dia akan berlari kecil atau berjalan sambil bersenandung riang. Namun hari ini tak ada nyanyian ataupun lari kecil. Hanya ada langkah gontai penuh dengan beban pikiran.

  "Terima. Tidak. Terima..", gumam (Your name) dengan lirih seperti orang yang tak punya tujuan hidup. 'Aku memang menyukainya. Tapi sekalipun ia akudou, tetap saja dia punya banyak fans. Bagaimana kalau aku nanti diduakan?', konflik batin pun terjadi.

  Tanpa terasa, kini gadis yang tengah dilema itu sudah sampai di depan gerbang sekolah. Gumaman 'terima-tidak' nya masih terdengar. Dia hanya menatap kebawah sambil terus memikirkan jawaban untuk Hanamiya.

  "Ittai!", pekik (Your name) saat dirinya tertabrak hingga jatuh terduduk.

  "Oh kau. Gomen", suara seseorang terdengar. Sebuah uluran tanganpun terlihat.

  (Your name) tanpa berpikir panjang langsung menerima uluran tangan tersebut. Dan ketika ia mengetahui siapa si pemilik tangan itu, sontak ia langsung melepaskannya.

  "A-akudou?!", seru gadis itu kaget. Detak jantungnya mulai tak terkendali. "A-aku pergi dulu!", tanpa basa-basi (Your name) langsung melenggang pergi meninggalkan Hanamiya. Tak sedikitpun membiarkan pemuda itu mengatakan sesuatu.

  "Dasar aneh", gumam Hanamiya sambil menatap punggung (Your name) yang semakin tak terlihat.

.

  Beberapa jam pelajaran telah terlewati. Itu berarti sekarang adalah waktunya istirahat. Sesegera mungkin (Your name) berjalan kaki keluar kelas. Tak ingin sedikitpun membiarkan Hanamiya bertemu kontak dengan nya.

  "Dia jelas-jelas menghindariku", ucap Hanamiya disusul sebuah decakan lidah. Kemudian ia putuskan untuk membaca saja.

  Sejak insiden tabrakan tadi, (Your name) selalu saja menghindari kontak dengan Hanamiya. Ketika pelajaran berlangsung dan tanpa sengaja pandangan mereka bertemu, (Your name) langsung mengalihkan pandangannya. Padahal biasanya dia akan menatap balik Hanamiya dengan sinis.

  'Argh! Mengapa aku seperti ini?! Dia tentu saja tahu kalau aku menghindarinya! Baka!', jerit (Your name) dalam hati.

  Angin yang berhembus pelan di atap membelai lembut wajah manis gadis itu. Sedikit banyak bisa menenangkan pikirannya yang kini tengah dilanda kebimbangan.

  "Aku harus menjawab apa?", helaan nafas penuh rasa frustasi terdengar.

  Sejak awal istirahat gadis itu terus berada di atap. Hingga sekarang bel masuk berbunyi, dia baru beranjak dari sana ke kelas.

.

  Sekolah telah usai. Bel pulang baru saja berbunyi. Murid-murid langsung saja mengemasi barang-barangnya. Begitupula seorang gadis berambut (Hair colour) yang berkemas lebih cepat dari yang lainnya. Sesegera mungkin gadis itu melangkahkan kaki keluar kelas

  'Lebih baik aku ke atap dulu. Kalau aku pulang, mungkin aku akan bertemu si akudou', ucap (Your name) dalam hati.

  Lalu secepat mungkin (Your name) berjalan ke atap. Ia berniat menunggu disana sampai kira-kira Hanamiya sudah pulang. Lagipula besok hari libur.

  "Toh aku bisa menjawabnya nanti lewat pesan", tambah (Your name) ketika ia kini telah sampai di atap.

  Gadis itu langsung mendekati pagar. Dari sana, ia mengamati murid-murid lain yang tengah berjalan meninggalkan sekolah. Walau ada juga murid lain yang tengah menunggu jemputan di dekat gerbang. (Your name) terus saja mengamati pemandangan di bawah hingga tak menyadari bahwa sekarang ia tak sendirian di atap.

  "Sudah kuduga kau disini", sebuah suara yang begitu (Your name) kenal terdengar.

  Awalnya gadis itu tak berniat untuk membalikan badan. Tapi ketika ia mendengar langkah kaki yang semakin mendekat, ia pun memutuskan untuk menghadap si pemilik suara.

  "Y-ya begitulah, akudou", balas (Your name) disusul tawa canggung. "A-aku pulang dulu!", lalu tiba-tiba gadis itu melangkahkan kaki berniat untuk pergi.

  Akan tetapi gerakannya kalah cepat oleh Hanamiya. Alhasil, sekarang (Your name) justru berada diantara pagar besi dan pemuda itu. Tak lupa dengan kedua lengan Hanamiya yang memerangkapnya.

  "H-Hanamiya! Apa yang kau-"

  "Mengapa kau menghindariku, baka?", pemuda berambut hitam pekat itu memotong perkataan (Your name). Suaranya terdengar begitu serius, berbeda dengan biasanya.

  "A-aku.. T-Tidak apa-apa"

  Mendengar jawaban (Your name) yang sama sekali tidak membantu, Hanamiya perlahan mendekatkan wajahnya ke telinga gadis itu. Membuat (Your name) bergidik menahan geli.

  "Jangan. Berbohong", ucapnya dengan serius. Tak ada dengusan geli ataupun sejenisnya.

  Mendengar Hanamiya yang sudah berkata seperti itu, (Your name) mau tak mau memberitahunya. Gadis itu sudah pernah melihat seberapa mengerikannya Hanamiya jika sesuatu tak berjalan seperti apa yang ia mau. Dan (Your name) tak mau melihatnya lagi.

  "B-Baiklah. Aku akan mengatakannya", ujar (Your name) sambil mendorong Hanamiya pelan.

  Setelah itu (Your name) pun menceritakan alasannya menghindari Hanamiya. Tentang jantungnya yang selalu berdegup lebih cepat jika berada didekatnya, wajahnya yang memanas jika bertemu pandang dengannya, dan ucapannya kemarin yang membuat (Your name) tak bisa tidur.

  "Puas kau?!", seru (Your name) ketika ia telah selesai menceritakan semua.

  Lalu, reaksi Hanamiya setelah mendengar penjelasan dari gadis didepannya benar-benar membuat (Your name) ingin memukulnya. Bagaimana tidak? (Your name) telah menjelaskan semuanya panjang lebar dan tanggapan Hanamiya hanyalah sebuah dengusan geli.

  "Kau itu benar-benar bodoh, ya? Tapi tak masalah. Karena aku menyukai gadis yang bodoh", tambah Hanamiya.

  "Apa?! Bodoh?! Aku selalu masuk tiga be-"

  "Lalu apa gunanya? Tetap saja kau tidak memahami perasaanmu", potong pemuda beriris greyish brown itu.

  "Aku memahaminya! Buktinya aku sudah tahu kalau aku menyukaimu sejak dulu!", pekik (Your name) begitu saja. "Eh?"

  Wajah (Your name) mulai memerah setelah menyadari apa yang barusan ia ucapkan. Lalu, tanpa diduga, Hanamiya memeluk gadis itu dengan lembut. Ia sandarkan kepalanya diatas kepala (Your name). Membuat (Your name) hanya mampu membulatkan matanya tak percaya.

  "Itu berarti kau mau menjadi milikku, baka. Hanya menjawab seperti itu saja kau harus menghindariku. Dasar bodoh", ucap Hanamiya sambil membelai surai lembut milik (Your name) pelan.

  Diperlakukan seperti itu, (Your name) benar-benar ingin menjerit histeris. Tapi ia urungkan niatnya. Sekali lagi, 'jaga image', pikir (Your name).

  "Aku benar 'kan?", tanya Hanamiya sambil tersenyum mengejek. Sifat aslinya telah kembali.

  "Iya. Kau benar. Puas?", balas (Your name) sambil menatap sinis orang yang kini telah menjadi kekasihnya itu.

  Dengusan geli terdengar.

  "Tentu saja. Tak ada yang lebih memuaskan selain mengganggu gadis yang bodoh"

  Kemudian Hanamiya menggandeng tangan (Your name). Membawanya berjalan keluar dari atap.

  'Tidak buruk juga dikatai bodoh oleh kekasih sendiri. Lagipula dia memang pintar', batin (Your name) sambil tersenyum.

  Pada akhirnya mereka pulang bersama. Dengan Hanamiya yang memutuskan untuk mengantar kekasihnya itu pulang.

.

A/N:
Permintaan dari eyeless_dine sudah dikabulkan! Nee, gomen kalau tidak sesuai yang diharapkan. Untuk sequel yang lain, tunggu dulu ya? Baru dalam tahap pencarian ide. Hehehe.
Saa, jaa matta, readertachi~!


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top