Penginapan/Indekost Blue Lagoon

Sesuai arahan polisi yang tadi ditodongnya, Sari mengikuti jalan utama dari pintu gerbang utara Everlude. Jalan utama itu adalah jalan raya, lebarnya cukup untuk dilewati lima kereta kuda yang sedang mengangkut muatan penuh. Hari ini tidak ada banyak kereta kuda yang penuh muatan di jalanan besar itu. 

Beberapa tahun lalu, Yugack baru tahu kalau untuk mengadopsi Melody, dia harus mendapatkan izin hak asuh di ibukota. Yugack harus datang ke ibukota bersama seluruh keluarganya untuk mendapatkan hak asuh yang sah. Saat itu Sari masih dua belas tahun usianya, dia masih ingat satu dua hal menarik yang dilihatnya di ibukota Granadia. Pengalamannya selama di ibukota menjadi hal paling diingatnya di masa kecil, karena itulah pertama kalinya dia melihat seorang Ksatria Granadia yang sudah menjadi seorang protagon. 

Ksatria itu duduk di atas kuda, menggunakan zirah berkilau yang terawat baik. Ya, ada satu atau dua goresan pada permukaan baju pelindungnya itu, tapi pantulan matahari yang menimbulkan bola pelangi kecil menutupi kecacatannya. Ksatria itu menggunakan jubah merah dengan lambang singa api yang sedang berdiri dan mengaum di punggungnya. Kudanya juga tidak kalah gagah, mereka berjalan dengan tertib. Sementara itu rakyat jelata yang dekat dengan lalat-lalat hijau menepi untuk memberi jalan bagi pahlawan mereka.

Seorang Ksatria Granadia adalah ksatria terhormat, apalagi yang sudah menjadi seorang protagon. Protagon adalah pahlawan, mereka menjadi protagon karena telah melakukan sesuatu yang luar biasa bagi masyarakat. Ya, tentu saja mereka adalah pahlawan. Mereka punya segalanya, popularitas, harta, kedudukan, wibawa, dan karena itu semua, para gadis menempel lekat. 

Di jalanan besar Everlude ini kedua kalinya Sari melihat seorang protagon. Tunggu dulu, pakaiannya sedikit berbeda. Daripada jubah bersinar dan mengkilap yang memantulkan kilau matahari sampai jadi pelangi, ksatria itu menggunakan pakaian dari kulit warna hitam yang disebut gambeson. Daripada helm berbentuk keren, ada topi tinggi yang membungkus kepalanya. Pada bagian tengah topi tinggi itu ada emblem emas yang mengkilap berbentuk bintang. Bila diperhatikan baik-baik, ada tulisan "Administrator" di sana.

Sari mencoba mengejar "ksatria" itu, walau dia mulai ragu kalau orang itu disebut ksatria juga. Setelah melihat dari jelas, Sari mulai dapat melihat ada wajah seorang lelaki tampan di usia awal tiga puluhan. Dia punya rambut pirang dan mata coklat berhias alis tebal. Hidungnya mancung dan garis rahangnya terlihat. Wajahnya simetris dan enak dilihat. Dia pria yang cukup fit walau agak angkuh. Pakaiannya serba hitam, begitu pula dengan jubahnya. Kalau dia bukan ksatria, kenapa dia membawa pedang dengan popor emas tergantung di ikat pinggangnya?

Sari bertanya kepada wanita yang sedang berbinar-binar menatap "ksatria" itu, "itu ksatria Granadia?"

Wanita itu menertawakan Sari seolah baru saja mendengar lelucon, "bukan, Sir Ghibrant itu adalah Administrator baru kita. Dia tampan sekali."

"Apa itu Administrator?" tanya Sari.

Wanita itu sekali lagi menoleh kepada Sari dan tidak butuh waktu lama baginya untuk sadar bahwa gadis ini baru saja tiba di Everlude. "Administrator itu orang yang berkuasa atas hukum yang berlaku di Everlude."

Sari melotot dan dia nyaris berteriak, "tempat ini punya hukum??"

"Iya, hukum Everlude."

"Oh ..." Sari memutar bola matanya dengan malas, "kukira tempat ini tidak punya hukum, ternyata ada Hukum Everlude."

"Iya, sejak Administrator sebelumnya meninggal karena terbunuh, dia datang ke tempat ini dan mulai mengubah tempat ini jadi lebih baik," kata gadis itu dengan senyuman yang tak kunjung reda. Kelihatannya dia sangat jatuh cinta pada Administrator ganteng itu.

"Lebih baik? Wow, aku tidak berani membayangkan betapa buruknya tempat ini sebelum dia menjadi Administrator," sindir Sari.

"Administrator yang dulu orangnya terlalu baik. Dia terlalu memikirkan kemanusiaan. Orang yang bersalah segera dihukum dan dimasukkan ke dalam penjara. Orang miskin dibantu, dia mendirikan banyak panti di tempat ini. Akibatnya mental penduduk Everlude jadi manja dan haus akan bantuan orang lain," kata gadis itu dengan ekspresi dengki yang kuat di wajahnya.

Kemudian gadis itu melanjutkan dengan wajah berbinar-binar, "sejak Administrator Grant Ghibrant menggantikannya, tempat ini kembali menjadi tempat yang keras. Sebagian besar panti ditutup, dan dia sangat mendukung perkembangan guild-guild kecil di Everlude. Kini semua orang kembali menjadi pemburu dan pengelana. Pengadilan yang bodoh itu mulai tidak ikut campur urusan orang lain. Administrator Ghibrant benar-benar seorang pahlawan!"

Sari tidak tahu harus menanggapi bagaimana. Sepertinya realitas warga Everlude benar-benar terbalik dengan manusia pada umumnya. Entah bagaimana ada orang bisa tahan hidup di sini. Bagaimana mungkin benar jadi salah dan salah jadi benar? Sepertinya ibu benar, pikir Sari, hanya orang brengsek yang ada di sini.

Kini setelah dia memerhatikan lebih baik, dia menyadari bahwa tidak hanya gadis itu saja yang naksir dengan Administrator Ghibrant. Sebagian besar wanita yang menepi untuk memberi jalan bagi sang Administrator itu sedang meleleh hatinya hanya dengan mencium aroma parfum lavender yang tertinggal dari tempat Sang Administrator itu lewat. 

Mau menyalahkan mereka juga tidak bisa, karena Sari sudah melihat sendiri wajah Administrator Ghibrant memang tampan. Tapi Sari tidak tertarik padanya. Entahlah, mungkin karena dia terlihat angkuh dan palsu.

Ngomong-ngomong jalan besar yang dilalui sang Administrator itu adalah jalan yang ditunjukkan oleh polisi tadi untuk menemukan Blue Lagoon. Sari harus bersabar menunggu Administrator melewati penginapan itu, baru akhirnya dia sampai di depan pintu indekost Blue Lagoon. 

Bangunan itu terbuat dari kayu dan batu, direkatkan dengan tanah liat. Tampak rapi dan simetris, walau atapnya yang terbuat dari genteng tanah liat itu sedikit retak. Seseorang sedang memperbaiki atap tersebut, kelihatannya ada yang terbakar sehingga bangunan itu tampak seperti roti tart yang digigit di salah satu sisinya.

"Indekost Blue Lagoon"

Pada tulisan "indekost", ada coretan yang terbuat dari cat warna merah, kemudian di atas kata itu ada tulisan "penginapan". Kelihatannya ada yang galau menentukan tempat ini menjadi indekost atau penginapan.

Orang yang memperbaiki genteng tadi meluncur turun menggunakan tambang dan mendarat di sebelah Sari. Lelaki itu punya rambut coklat yang tercukur pendek, membuat wajahnya tampak bersih. Hidungnya panjang, membuat wajahnya terlihat oval, tatapan matanya teduh dan bersahabat. Tapi senyum percaya diri di wajahnya pastilah yang membuatnya terlihat lebih tampan dari yang seharusnya.

"Aku tahu kau akan sampai di sini sebelum gelap tiba," kata lelaki itu kepada Sari.

"Fram," Sari menyebut nama lelaki itu. "Kau sengaja, kan?"

Lelaki itu sanggup bertanya "sengaja bagaimana?" hanya dengan bahasa tubuh saja, dan Sari memahaminya.

"Kau tahu aku dari Ogliolio. Pasti dari pakaianku dan tatanan rambutku," Sari menebak, dan Fram tersenyum lebih lebar pertanda bahwa tebakan itu benar.

"Mungkin kau sengaja mengikutiku sambil menanti kesempatan untuk dapat berbicara denganku, dan kau mendapatkannya. Kau sudah merencanakannya. Kau ingin membawaku ke indekostmu ini sejak awal kau melihatku di Gerbang Utara, kan? Tapi kemudian tanpa sengaja kita bertemu para pemburu bounty itu sehingga kita harus berpisah. Tapi kau ingin memastikan aku datang ke indekostmu itu dengan menyebut nama sahabatku, Melody. Tidak usah bohong! Aku mungkin orang udik tapi aku tidak bodoh! Sekarang katakan sejujurnya, apa yang kau tahu tentang Melody, dan kenapa kau ingin memancingku datang ke Blue Lagoon?!" desak Sari sambil mendelik. Dia berusaha untuk bersikap intimidatif untuk menunjukkan bahwa dia serius dengan pertanyaannya dan ingin jawaban jujur.

Fram menghela nafas dalam-dalam. Kontras dengan Sari yang sangat serius sekarang ini, dia masih terlihat santai. 

"Lebih enak kalau kita ngobrol di dalam," Fram menyentuh bahu Sari dengan salah satu tangan sementara tangan yang lain menunjuk ke pintu masuk indekost/penginapan Blue Lagoon. Pintu itu sudah jebol dan hangus sebagian, ada asap yang melayang dari nyala api di sana. 

Sari menepis sentuhan Fram dengan tegas, "kau jawab dulu! Setelah semua yang kulihat di kota ini, aku menyimpulkan bahwa tidak ada seorangpun yang patut dipercaya."

"Ya," akhirnya Fram menjawab. "Aku kenal Melody dari Ogliolio. Dia gadis bersuara merdu berhati emas dari indekost sebelah."

Ketika menceritakan soal Melody dalam satu kalimat itu, sikap santainya berganti dengan sikap penuh simpati. Seakan ada sesuatu yang tragis sekaligus heroik yang telah dilakukan Melody baginya.

"Apakah ..." Sari sedikit cemas, "apakah dia dan kamu ... umm...."

Sadar apa yang dimaksud Sari, Fram segera meluruskan, "bukan, bukan. Dia memang penting bagiku, tapi kami bukan kekasih."

"Tapi kalian dekat?"

"Aku hanya penggemarnya dan dia menganggapku spesial, itu saja," kata Fram.

"Hah!! Maksudmu kau yakin dia naksir kamu?" Sari tertawa mengejek.

Fram angkat bahu tanpa merasa penilaiannya salah, "kita tahu seseorang menyukai kita seperti apa lewat bagaimana mereka menatap kita, kan?"

"Oh, aku tidak tahu bedanya tuh! Mungkin aku hanya merasa terlalu cakep, dan hanya aku yang paling menarik di seluruh semesta!" sindir Sari dengan penuh dengki.

"Mungkin belum ada yang pernah naksir kamu, jadi kamu tidak tahu bedanya," balas Fram dengan santai.

"Kamu ini percaya diri sekali ya!" Sari berharap dia menemukan alasan bagus untuk menciptakan benjolan di dahi lelaki itu. 

"Kita mau ngomongin Melody atau tidak? Kalau kamu tidak tertarik, aku mau istirahat sambil minum susu jahe merah yang hangat," Fram berjalan duluan masuk ke dalam penginapan/indekost Blue Lagoon tanpa menunggu.

Sari tidak punya pilihan lain selain menelan egonya dan menyusul Fram masuk ke dalam penginapan/indekost Blue Lagoon.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top