Menyusup ke Dalam Gedung Administrator

Bila seseorang menggunakan Levitate orb dan terbang ke angkasa kemudian melihat Everlude dari atas, dia bisa melihat seluruh permukaan kota ini dengan jelas.

Kota itu bentuknya segi enam dengan permukaan dinding kota yang tidak sama setiap sisinya. Dinding di utara adalah dinding yang paling jelek bentuknya, ketahanan struktur bangunannya juga seperti dibangun asal-asalan. Di sisi barat dan timur, dinding tersebut juga tidak terlalu bagus, tapi tidak sejelek dinding di utara. Bila dilihat secara detail, dinding di sisi utara, barat dan timur kadang ada banyak coretan-coretan iseng yang ditorehkan entah siapa menggunakan arang. Dinding di tiga sisi itu juga sudah lama tidak mengalami perbaikan sehingga banyak terlihat ada retakan-retakan yang sudah berlumut dan ditumbuhi tanaman merambat. Lumayan, penghijauan.

Namun, dinding di sisi selatan dari Everlude sangat tebal, tinggi, kokoh, berstruktur kuat, dan konon membangun fondasinya saja butuh waktu setengah abad. Semua itu karena dinding selatan bertugas untuk menjaga Everlude dari serangan monster-monster mengerikan bergigi tajam yang merayap dari padang pasir di selatan.

Tidak salah bila mempertanyakan bagaimana mereka bisa membangun tembok sekokoh itu. Jawabannya adalah berkat Granadia. 

Everlude menakhluk kepada Granadia, agar mereka bisa terus menambang harta seperti emas dan berlian di kota kuno di perut Everlude. Granadia sebagai negara yang lebih maju, yang mampu mengolah sihir menjadi teknologi, tentunya sangat mampu untuk menghadang serangan monster-monster pemakan manusia itu.

Pembangunan tembok itu baru saja selesai ketika Fram dilahirkan. Jadi jauh sebelum Fram dilahirkan ke dunia, sudah banyak Administrator yang bertugas di Everlude. Biasanya mereka bertugas lama sekali sampai mereka tewas atau sampai diganti oleh Raja Granadia yang sedang berkuasa. 

Berhubung Granadia merasa berjasa atas keamanan yang meningkat sejak tembok raksasa yang kokoh dan kuat itu selesai dibangun, Granadia berani mendirikan menara megah persis di tengah-tengah kota. Gedung itu menjulang cukup tinggi seperti tumpukan kue tart di acara pernikahan. Ya, bentuknya juga  sama-sama melingkar seperti kue tart tersebut, ada tiang-tiang juga di sisi-sisinya. Hiasannya juga sama seperti itu. Pokoknya persis kue tart pernikahan yang dipotong oleh kedua mempelai bersamaan di acara pernikahan. 

Mungkin karena tidak terlalu banyak ada hirarki yang rumit-rumit di hutan, Sari tidak berpikir bahwa tempat itu bakal dilindungi dengan ketat. Dia nekad saja mendatangi tempat Administrator Everlude tinggal itu. Dia tidur sepanjang siang, bangun di malam hari. Kemudian menyelinap keluar dari penginapan Blue Lagoon, berjalan kaki menunggu istana di tengah Everlude itu. 

Dia menunggu hingga tengah malam tiba, itu rencananya. Namun pastinya orang-orang yang bertanggung jawab atas keamanan di menara Administrator itu bukan orang bodoh. Salah seorang dari mereka mendatangi Sari ketika gadis itu menongkrong.

"Neng, ngapain di sini?" sapa prajurit itu dengan nada jutek. Tentu saja harusnya mereka bertanya dengan ramah karena belum tentu Sari berniat buruk, tapi mengingat bagaimana perangai mayoritas penduduk Everlude yang keras, para prajurit itu sudah tahu bahwa kata-kata sopan tidak memberikan hasil yang berbeda dengan kata-kata kasar.

"Kenapa memangnya?" Sari balas bertanya, "tidak boleh aku nongkrong di sini?"

"Tidak boleh, ini bukan tempat umum," jawab prajurit itu dengan tegas, kemudian dia mulai mendesak Sari agar secepatnya menyingkir dari sana. Dia mendorong Sari dengan 'tegas' menurut standar Everlude, namun 'kasar' untuk standar di luar Everlude. Itu sebabnya Sari merasa dikasari dan prajurit itu layak untuk mendapatkan balasan. Dengan cepat dia mengibaskan tombaknya dan sisi tumpul tombak itu menghantam kepala prajurit itu dengan sangat keras sehingga kepalanya membenjol dengan cepat. Prajurit itu masih sedikit sadar ketika Sari melucuti jaket parka warna coklat yang digunakannya itu. Jaket itu rupanya cukup berat, dan insignia militer Granadia dirasa cukup untuk menyamarkan dirinya sebagai salah satu dari "orang dalam". Untung saja topi merupakan salah satu bagian dari seragam ini sehingga Sari bisa menyamarkan sebagian besar wajahnya.

Setelah persiapan menyamar dirasa sudah cukup, Sari mulai beraksi. Pertama-tama, karena dia masih grogi, dia cukup berjalan mengelilingi gedung itu saja. Ceritanya sedang berpatroli. Suatu ketika Sari menemukan kesempatan untuk masuk ke dalam gedung administrator itu, yaitu ketika tidak ada peronda malam yang melintas atau melihatnya di kejauhan. Sari tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut dan menyelinap masuk. 

Begitu masuk, Sari langsung melihat ada aula lebar beratap tinggi dan ada karpet merah membentang dari pintu masuk menuju pintu besar di ujung. Di sisi kanan dan kiri ada beberapa pintu yang bentuknya bagus dari kayu berfurnis dan gagang warna keemasan. Entah ruangan apa itu, Sari mencoba membukanya, namun terkunci. Di atas pintu itu ada tulisan "ruang administrasi". Entah apa maksudnya, tapi Melody tidak mungkin ada di tempat ini sekarang.

Sari lalu melanjutkan penjelajahannya ke lantai dua. Seperti lantai satu, tempat ini juga banyak terdapat pintu-pintu dengan tulisan "ruang staff", atau "ruang staff keamanan", kadang berbunyi "ruang dokumentasi", dan juga "ruang jaksa". 

Naik ke lantai empat, Sari mendengar ada suara aneh. Seperti suara orang sedang berteriak, tapi bukan jenis teriakan yang menyakitkan. Bukan jenis teriakan penuh kenikmatan juga, tenang saja. Jenis teriakan itu adalah jenis suara keras di kejauhan. Ketika Sari melangkah lebih dekat ke beranda, semakin jelas terdengar apa sesungguhnya suara keras itu. Ternyata ada yang sedang tertawa beramai-ramai, walau tidak terlalu ramai. Sekitar dua hingga tiga orang sedang tertawa tergelak-gelak sambil berkelakar. 

Sari berdiri sebentar di tepi pintu untuk menyimak baik-baik. Tidak butuh waktu lama baginya untuk mengerti bahwa tiga orang yang sedang berkelakar itu sedang mabuk berat sehingga bicaranya melantur tak terarah. Sari memberanikan diri untuk mengintip sebentar untuk menengok mereka. Rupanya mereka adalah penjaga keamanan, terlihat dari jaket yang mereka gunakan. Jaket itu sudah terbuka semua, dan topi seragam sudah dilepas, mereka pasti menyelinap kabur dari jam jaga malam untuk bersenang-senang. 

Berhubung mereka sedang mabuk, barangkali mereka tidak akan mengenali dirinya. Sari nekad saja mendekati mereka lalu menegur, "hei, apa yang kalian lakukan di sini? Tertawa tidak jelas, bukannya berjaga malam."

Dengan suara riang, salah seorang penjaga itu berkata, "memangnya para pengelana itu mau apa di sini? Tidak ada apa-apa kecuali dokumen negara. Mereka itu tahu abjad tapi tidak bisa membaca. Melihat tulisan panjang sedikit saja sudah malas, bagaimana mau mencuri dokumen negara?"

Dua orang penjaga mabuk lainnya mengiringi dengan tawa kecil. Walau salah seorang di antara mereka sudah terkapar teler dan hanya bisa tertawa kecil, namun dua di antara mereka masih mampu duduk dan berbincang-bincang. 

"Kamu siapa ya?" tanya salah seorang penjaga yang masih terjaga, dia menatap Sari baik-baik, mencoba untuk memeriksa bentuk wajahnya yang tersembunyi di balik bayang-bayang topi. Suasana malam yang gelap membantu wajah itu tersamarkan. Tapi jelas penjaga ini seorang wanita.

"Aku ..."

"Rekrutan baru?" celetuk penjaga yang satunya. Yang ini masih bisa bicara, tapi matanya sudah setengah terbuka. Untung posisi duduknya sejajar dengan Sari sehingga dia akan cukup kesulitan untuk memeriksa wajah Sari. Dia harus menoleh jauh-jauh ke belakang untuk bisa menatap Sari, dan kepalanya yang sudah penat itu merasa enggan untuk melakukannya.

"Iya, aku rekrutan baru."

"Yang rekrut kamu siapa?" tanya penjaga yang tadi mengawasi Sari, dia masih menunggu kepala Sari menoleh ke sisi lain sedikit agar bisa melihat bentuk wajahnya seperti apa.

"Uh..."

"Aku yang rekrut dia," kata si penjaga yang setengah teler sambil menyeringai.

Penjaga yang paling sadar di antara mereka itu tentunya tidak menseriusi ucapan temannya yang setengah mabuk. Dia kembali menginterogasi Sari, "kamu ini perempuan, kan? Kamu tidak mungkin boleh bertugas di dini hari begini."

"Kenapa? Perempuan juga kuat melawan maling! Memangnya hanya lelaki yang bisa berjaga malam?"

"Halah... perempuan makhluk lemah, nanti bisa dikerjain maling kalau disuruh ronda malam," sahut si penjaga itu di sahut tawa oleh kedua temannya yang sudah teler.

Sari paling sebal bila bertemu dengan lelaki, terutama yang sok diskriminasi gender seperti ini. Maka dari itu tanpa bicara panjang lagi, Sari langsung menunjukkan kalau perempuan bisa menghajar lelaki sampai pingsan, dan dia cukup sukses melakukannya. Hanya dalam waktu kurang lebih lima detik saja, ketiga penjaga itu sudah teler sungguhan oleh tombaknya.

"Jangankan maling, penjaga sendiri saja bisa kulumpuhkan. Biar kapok kalian menghina perempuan sebagai makhluk lemah," Sari tertawa puas melihat ketiga penjaga itu sudah pingsan semua. 

Sesuatu berkilau di pinggang salah seorang penjaga yang sudah pingsan itu, ternyata itu satu set anak kunci. Sari membuka ikat pinggang salah seorang penjaga itu dan memungut serincingan anak kunci tersebut. 

Rupanya setiap lantai yang desain arsitekturnya mirip dari satu lantai ke lantai lainnya ini, ada satu modifikasi pada lantai lima. Pada bagian beranda lantai lima ada tangga melingkar menuju lantai enam. Angin malam yang dingin berembus, Sari menoleh ke arah kota Everlude yang luas. Dari ketinggian seperti ini, dia dapat melihat titik-titik cahaya dari beberapa rumah penduduk. Sungguh damai Everlude di malam hari ini, benar-benar berbeda dari siang hari dimana pasti ada saja perkelahian antar pengelana.

Mendadak salah satu gedung meledak atapnya dan sesuatu naik ke atas seperti sedang terbang. Kemudian ada manusia lain yang ikut terbang, lalu mereka berkelahi di udara.

"Hadehh...," keluh Sari. "Gak siang, gak malam, berantem terus. Dasar kota edan."

Sari melanjutkan naik mengikuti tangga melingkar yang menempel di dinding luar menara Administrator itu hingga dia sampai pada sebuah taman yang indah. Taman itu dipagari dengan pagar besi yang dililit tanaman merambat. Sari memeriksa tanaman itu, dan dia cukup familiar dengan banyak jenis tanaman, terutama tanaman beracun. Siapapun yang menyentuh tanaman ini akan meleleh karena asam yang terdapat pada lapisan daun tanaman tersebut. Itu berarti memanjat pagar adalah sesuatu yang merupakan bunuh diri.

Pada pintu pagar besi itu, Sari menemukan lubang kunci. Ternyata manusia kota itu sangat suka dengan kunci, dimana-mana ada kunci, termasuk di penginapan Blue Lagoon juga. Sari mencoba anak kunci yang diambilnya tadi satu persatu sampai ketemu yang cocok lalu membuka pintu gerbang tersebut.

Anak kunci ke lima mampu membukanya, membuat Sari berdebar-debar karena tak lama lagi dia akan melihat Melody. Ya, dia yakin sekali, Melody pasti ada di sini!

==============================

Akhirnya setelah hiatus cukup lama, saya bisa melanjutkan cerita ini. Mohon maaf buat yang sudah membaca tapi mendapati cerita berakhir di chapter 12, saat itu saya ada proyek novel penting buat comifuro jadi fokus di situ sepenuhnya. Ternyata proyeknya ga jadi (sedih banget) yah, mungkin belum saatnya aja :D 

Anyway, butuh membaca ulang dari bab awal sampai ke sini sebelum mulai melanjutkan lagi. Cukup sulit untuk menemukan muse nya karena pada saat yang sama saya juga sedang menjajal storial dan webnovel (dan aku menulis dua cerita yang berbeda di sana), tapi dengan tekad kuat, akhirnya aku tabrak semuanya yang penting chapter ini kelar. Untuk itu saya mohon maaf kalau kualitas narasinya gak se-oke yang sebelumnya. Saya harap cerita ini tidak mengecewakan sampai season finale.

Andai kalian sempat menulis komentar, saya minta tolong dong sedikit, tolong beritahu saya apa yang kalian harapkan saat membaca cerita ini. Saya ingin mencoba memahami cara berpikir para pembaca, karena saya tidak ingin menulis cerita yang not worth reading. Terima kasih sebelumnya! Terima kasih banyak sudah membaca sampai di sini!


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top