Brengsek, Egosentris, dan Kesepian
Secara visual, ada dua jenis manusia di Everlude; brengsek dan pedagang. Sari sudah pernah bicara pada yang brengsek dan langsung menyimpulkan bahwa mereka tidak akan mau membantu "anak baru" untuk tidak tersesat di kota gersang nan ramai ini. Maka Sari memutuskan untuk menghampiri pedagang dan wajah pria tua itu langsung menyambutnya dengan senyum ramah. Seluruh giginya masih utuh, putih berderet, membuatnya jadi enak dilihat.
"Halo, pengelana! Apa yang kau butuhkan hari ini? Aku punya banyak orb, mereka mendapatkan kekuatannya dari seorang penyihir sakit jadi tahan lama dan kuat," pedagang itu langsung menyodorkan sebutir orb ke wajah Sari. Sari dapat melihat dalam butiran yang sepintas tampak seperti bola marmer hitam-biru itu; ada seperti lautan bintang yang bertaburan di dalamnya. Orb ini benar-benar bagus! Tapi bukan untuk itu Sari datang ke sini.
"Pak, apakah kau..."
"Atau mungkin kau butuh kacang penyembuh? Yang ini istriku yang menanam di halaman belakang, tidak ada tanah sesubur kebun kami di Everlude. Maka dari itu khasiatnya tidak akan kau temukan dari pedagang lain. Lihat, lihat saja butiran-butirannya yang mulus. Kacang penyembuh yang baik bentuknya bulat dan mengkilap seperti kacang bawang, lihatlah!"
Sari melihatnya sepintas, namun kali ini dia baru tahu kalau sesuatu yang bernama kacang penyembuh itu benar-benar ada. Dia mengambil sebutir dan memeriksanya baik-baik, mencari perbedaan antara kacang penyembuh dengan kacang bawang biasa, tapi dia tidak menemukannya.
"Satu ons harganya 100 bits, kau makan satu butir saja luka lecetmu sudah sembuh. Kalau makan satu genggam, tulangmu yang patah akan kembali ke engselnya sendiri. Karena kacang penyembuh mempercepat sistem metabolisme anda secepat kilat menyambar!" lagi-lagi pedagang itu memamerkan deretan gigi putihnya yang menawan.
Sari mengembalikan kacang itu ke toplesnya dan mencondongkan kepala, "pak, dengarkan aku!"
Pedagang itu batal menawarkan mantel anti debu untuk melawan badai pasir yang sering datang menyerang Everlude, kemudian menatap Sari.
"Aku cuma butuh satu hal."
"Ya, katakanlah, aku punya segalanya."
"Dimana Blue Lagoon berada?" tanya Sari secara baik-baik.
Mengertilah si pedagang bahwa Sari hanya orang yang mencari alamat, bukan seorang pembeli. Seketika raut mukanya langsung berubah, tidak ada lagi senyum manis dihias gigi-gigi indah. Yang ada hanyalah kerutan alis tebal dan kedumelan kasar seperti wanita tua yang kesepian.
"Rupanya cuma orang yang cari alamat, cih. Membuang waktuku saja."
"Aku hanya tanya alamat kok, bukan mengerjaimu!" Sari protes.
"Kalau semua orang tanya alamat di tempatku ini, untuk apa ada polisi? Pergi sana!" Pedagang kesal itu mengibaskan tangannya seperti sedang mengusir kucing kampung.
Ada seorang pengelana datang terburu-buru, "pak! Aku beli kacang penyembuhnya dua ons! Cepat!"
Senyum indah berhias gigi-gigi putih rapi berderet itu kembali terlihat di wajah si pedagang saat melayani si pengelana itu. Berhubung dia beli langsung dua ons, pedagang itu sampai membungkuk-bungkukkan badannya. Oh, nada suaranya langsung halus seperti perempuan. Kedumelan kasar itu hilang seperti tidak pernah ada.
Rupanya di tempat ini hanya ada dua jenis makhluk; brengsek dan egosentris.
Kantor polisi tidak sulit ditemukan. Di atas pintu tertulis besar-besar "KEAMANAN". Bangunannya agak sedikit kecil dan tampak ada beberapa coret-coretan kasar seperti; "Granadia sampah!", "Oknum gak berguna!", "Doody was here!", "Tutup aja nih tempat!"
Semua tulisan-tulisan itu dicoretkan oleh para pengelana di malam hari. Para polisi sebenarnya sudah menghapus tulisan-tulisan itu dan mengecat tembok kantor mereka berulang kali. Namun lama kelamaan mereka malas juga. Mau bertanya siapa pelakunya juga tidak ada yang tahu(sebenarnya tidak ada yang peduli juga).
Berhubung pintunya terbuka lebar, Sari tidak kesulitan masuk ke dalamnya. Di sana Sari melihat ada ruangan sepi, kotor dengan para laba-laba mencoba untuk mengambil alih tempat ini. Sangat berbeda dengan kantor polisi yang dia lihat di Granadia. Di Granadia, kantor polisinya dipenuhi oleh warga yang berdesakan untuk mengadu atau keluarga yang menjamin anak mereka untuk keluar dari jeruji penjara. Di Granadia, polisinya banyak dan kelelahan, mereka tidak sempat beristirahat. Tapi di sini, hanya ada meja kosong, lemari brankas berkarat, lampu teplok, sarang laba-laba dengan ngengat terjebak di dalamnya, dan seorang uhlan Granadia sedang tidur di meja kerjanya.
Uhlan Granadia tentunya berbeda dengan uhlan biasa, walau senjata mereka tetap sama yaitu tombak dan senjata penembak. Bedanya uhlan biasa menggunakan crossbow, sedangkan uhlan Granadia menggunakan pistol dengan peluru karet. Tapi pada prinsipnya mereka tetap sama; bertarung menggunakan tombak.
"Permisi?" sapa Sari kepada polisi yang tidur itu. Polisi itu tetap tertidur.
"Permisi, aku mau tanya alamat."
Terdengar ada keluhan malas dari polisi itu. Bila dia tidak menggunakan seragam polisi; kaus turtle neck warna biru muda lengan panjang dibalik chainmail yang melindungi bagian leher dan badan atasnya, beserta ketopong perang (yang menyerupai helm nazi) berinsignia lambang Granadia yaitu singa api, maka pastilah Sari hanya menganggap orang itu sebagai tukang bersih-bersih yang sedang tidur siang.
"Alamat apa?" tanya polisi itu tanpa membuat gerakan signifikan.
"Blue Lagoon. Aku ingin pergi ke sana," kata Sari.
Mendengar kata Blue Lagoon disebut, polisi itu mengangkat wajahnya dan menilai Sari. Dia mencoba memahami apakah Sari seorang pemburu bounty pemula atau hanya orang sinting? Tapi dia menyimpulkan bahwa kelihatannya Sari hanya gadis udik biasa.
"Kamu baru kali ini ke Everlude ya?" tanya polisi itu.
"Iya, aku dari Ogliolio," jawab Sari.
Polisi itu tertawa karena dalam hati dia berkata, "kita lihat sampai berapa lama kamu tahan di tempat ini."
Polisi itu dengan malas bersandar pada kursi kerjanya dan bertanya lagi, "kamu mau apa di Blue Lagoon?"
"Aku mencari teman sekampungku, dan kurasa seseorang di Blue Lagoon tahu dimana temanku berada."
"Tidak usah ke Blue Lagoon. Biar aku saja yang mencarikan temanmu, aku ini kan polisi."
"Ini urusan pribadiku, aku tidak suka duduk menunggu, aku ingin mencari temanku sendiri. Jadi, tolong beritahukan dimana Blue Lagoon berada," kata Sari.
"Hmm, begitukah? Tapi kamu tahu tidak, Blue Lagoon itu apa?"
Sari menggelengkan kepala dan angkat bahu, "mana kutahu? Dan kenapa aku harus tahu?"
"Kamu tidak tahu Blue Lagoon itu apa dan kamu mau ke sana? Yakin?"
"Oke, aku penasaran sekarang. Apa itu Blue Lagoon?"
Polisi itu tersenyum, agaknya dia sangat bosan sebatang kara di kantor ini sepanjang hari sehingga begitu ada orang datang, tidak brengsek, tidak egosentris, bisa diajak bicara, cantik pula, dia ingin memperlama keberadaannya di kantor polisi.
"Ceritanya agak panjang, jadi ..." Polisi itu menyerahkan kursi agar Sari duduk di sana. "Kamu suka kopi atau teh?"
"Pak, aku cuma tanya alamat!"
"Ups, tehnya habis, kopi saja ya?" polisi itu lalu membuatkan kopi untuk dirinya dan Sari.
"Jadi, pada zaman dahulu ... tempat ini adalah tanah tandus dan gersang, dihuni oleh para gelandangan. Jauh dari beradab, hukum pun tidak kenal. Tempat ini benar-benar menyedihkan. Suatu hari monster berdatangan dari selatan. Mereka melahap sebagian besar pengelana sehingga mereka mencari perlindungan ke ibukota Granadia."
Polisi itu menghidangkan secangkir kopi hitam yang asapnya mengepul naik dari permukaan gelas. Dia menghirup kopinya sendiri dan melanjutkan bercerita, "Granadia tentunya setuju untuk menolong Everlude, mereka datang dengan bala bantuan angkatan perang bersenjata yang gagah berani. Sambil berperang melawan monster dari selatan, para warga membangun dinding besar untuk mempertahankan Everlude dari para monster itu. Akhirnya para penduduk Everlude bisa kembali tidur tenang di rumah masing-masing tanpa cemas ada monster akan masuk ke rumah dan melahap mereka."
Sari sama sekali tidak selera meminum kopinya, dia hanya ingin alamat Blue Lagoon! Di sana ada orang yang kenal dengan Melody! Terutama lelaki kurus yang larinya kencang sekali itu; Fram Skydiver. Dia kenal Melody!
"Sebagai bentuk terima kasih, para warga mendirikan kastil bagi Granadia di tengah kota. Sejak saat itu Granadia melindungi tempat ini. Tapi lihatlah sendiri. Kau pasti sudah lihat bagaimana mereka menghina kantor keamanan? Semua yang punya insignia Granadia pasti dicoret-coret. Bahkan patung Sir Stochorst, si sentinel yang memimpin pasukan untuk mengamankan Everlude sehingga mereka mampu membangun dinding selatan itu sudah bau pesing! Sungguh durhaka orang-orang ini!"
Sari tidak peduli, pak. Sari hanya ingin alamat Blue Lagoon!
"Blue Lagoon adalah sekelompok guild yang paling tua di Everlude. Pada saat monster menyerang tempat ini, mereka sudah ada. Tapi mereka tidak melakukan apapun untuk menyelamatkan Everlude! Sekarang setelah kondisi damai, mereka ingin merebut Everlude dari Granadia. Mereka adalah gembong pemberontak berbahaya."
"Ohh... jadi itu sebabnya banyak orang yang mau membunuh Skydiver ..."
"Skydiver?" Polisi itu bertanya. "Itu yang paling brengsek dari semua yang ada di Blue Lagoon. Dia sangat berbahaya. Dia punya Guardian Fiend membungkus jantungnya. Guardian Fiend itu membuatnya bisa melayang, membuatnya bisa memiliki kekuatan super. Dia sanggup menggunakan pedang yang beratnya dua kali lipat berat badannya sendiri. Dia sanggup berkelahi di udara seperti para garuda. Dia sanggup juga berkelahi di dasar laut seperti di daratan. Karena kekuatannya itu, tidak ada yang sanggup mengalahkannya. Itu sebabnya dia jadi pemimpin di Blue Lagoon dan Administrator Ghibrant memasang harga tinggi atas kepalanya."
Sari terbelalak. Dia baru saja berbicara dengan orang yang sangat mengerikan tadi. Melody jatuh cinta pada orang seperti itu?
"Walau tidak setinggi harga kepala saudaranya, Fram Skydiver, sih," kata polisi itu dengan nada suara yang sudah diturunkan. Dia kembali menyeruput kopi hitamnya.
"Tunggu, tunggu ... maksudmu apa? Ada dua Skydiver?"
"Iya, mereka dua bersaudara. Yang berbahaya itu si John Skydiver, tapi aku tidak tahu kenapa Fram yang hanya orang biasa justru dihargai bounty yang lebih tinggi daripada John," kata polisi.
Ini makin rumit, dan kenapa dia harus tahu semua itu? Sari akhirnya berdiri dari kursinya dan menodong si polisi. Polisi itu terbelalak, cangkir kopinya nyaris jatuh ke lantai. Jelas terlihat bahwa polisi ini adalah seorang pengecut.
"Kalau kamu tidak memberitahuku dimana Blue Lagoon berada, aku akan menganggapmu tidak berguna. Cepat katakan padaku dimana Blue Lagoon!"
Dengan gemetar, polisi itu memberitahukannya.
Sari menarik tombaknya dan tersenyum, "terima kasih, pak. Kapan-kapan aku mampir ya!"
Setelah Sari mengeluyur pergi dari kantor kemanana, Polisi itu menyeka keningnya yang berkeringat, mungkin dia harus ke toilet untuk ganti celana juga.
Ternyata di Everlude ada tiga tipe orang; brengsek, egosentris, dan kesepian.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top