HUNGER GAME

   Tap tap tap

   "Haa?Dimana ini?Bukannya ini di vila penginapan?"

   (Name) terus saja melangkahkan kakinya menjelajahi semua hal yang ia lihat.

   Sring....

   "Bunyi apa itu?!"

   (Name) berusaha mencari sumber bunyi yang tadi ia dengar.Semakin mempercepat langkahnya guna memperjelas bunyi yang ia dengarkan.

   Ia berdiri di depan pintu sebuah kamar yang menurutnya tak asing lagi.Pintu kamar berwarna coklat pastel.

   "Ternyata ini memang benar-benar di vila....tapi kenapa rasanya sedikit berbeda?"Gumamnya pelan sambil tangannya dengan perlahan meraih knop pintu dan berniat untuk memutarnya.

   Tangannya semakin terulur,namun segera ia menghentikan niatnya.

   "Aku tak boleh masuk ke kamar orang sembarangan!"Bentaknya pada diri sendiri.

   "Haah...sudah malam,lebih baik aku lanjut tidur saja."Putusnya bulat dan berjalan menuju kamarnya.

   Dalam perjalanan ia berpapasan dengab dapur vila,ia hendak mengambil air minum.

   Dengan perlahan namun pasti,langkahnya tanpa ragu tertuju ke lemari pendingin,mengambil sebuah botol air mineral berukuran kecil dan membawanya.

   Gersskk....gerrskk....

   "Bunyi apa?!"Serunya keras dengan waspada.Ekor matanya melirik ke sekeliling,berjaga-jaga jika nanti itu adalah pencuri yang ingin merampok vila atau melakukan hal yang lain.

   "S-suaranya berasal dari sana!"Serunya menujuk pintu kamar yang sempat ia ragu untuk dibuka atau tidak.

Tap tap tap

    Ia berlari menuju letak pintu kamar tadi dan mengetuk pintu dengan keras dan tergesa-gesa.

   Knok knok knok knok knok

   "...."

   "Hah?!Kenapa tak ada jawaban sama sekali?!Padahal aku dengan jelas mendengarnya tadi!"Geram (name) sambil mengacak-acak rambutnya gemas.

   "Atau kudobrak saja ya?"

   (Name) pun bersiap mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu coklat pastel itu.Tak peduli dengan siapa pemilik kamar itu yang akan memarahinya nanti jika ia masuk tanpa izin ke dalam kamar orang.

   "Satu...dua...tiga!"

   Bruaak...

   Beruntunglah karena hanya dengan sekali dobrakan,pintu itu terbuka lebar.Jadi,ia tak perlu membuang-buang tenaganya.

   "A-Apa?!"

   Spontanitas,ia menutup mulutnya dengan sebelah tangannya.Keringat dingin langaung saja menetes dengan deras.Tubuhnya sedikit bergemetar.Dengan perlahan namun pasti,ia mendekati objek yang membuatnya menjadi seperti itu.Lalu dipandangnya objek itu dengan raut penuh dengan ketidakpercayaan.

   "Tsukishiro Kanade-san?!"

   Ia berjongkok guna melihat objek tersebut semakin jelas.Mengulurkan tangannya untuk memegang sebuah benda yang umumnya terbuat dari bahan yang tajam dengan sebuah gagang untuk memegang benda tersebut.

   "D-Dibunuh?!T-Tapi s-siapa?!"

   Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling,menatap ruang yang menjadi tempat terjadinya perkara tersebut.

   Pandangannya pun terhenti pada sebuah cermin dengan tulisan yang terbuat dari suatu cairan berwarna merah pekat.

   (Name) berdiri dan menghampiri cermin itu.Ia mengusap permukaan cermin,lebih tepatnya cairan merah tersebut.Mendekatkan tangannya ke hidungnya,ia mencoba mengenali cairan itu.

   "Baunya!Tak salah lagi,ini adalah darah!Mungkin darah Tsukishiro-san!"

   Selamat datang di permainanku.Bunuh aku maka kau akan menang.Jika kau tak berbuat apa-apa maka kau akan terbunuh.Selamat bermain.

   "Ha?!Apa ini sebuah ancaman?!Atau hanya sebuah candaan belaka?"

   (Name) memandang Tsukishiro yang sedang tergeletak tak berdaya di lantai dan cermin itu secara bergantian.

   "Tsukishiro-san sudah meninggal!Jadi mungkin ini adalah sungguhan!"

   Ia mengepalkan tangannya erat dan segera berlari ke luar kamar.Mencari yang lainnya untuk memastikan keadaan.

   "Yoru?"

   Semakin mempercepat langkahnya mengitari vila.

   "Arata?"

   Ia semakin mengeraskan suaranya seiring dengan perasaannya yang bertambah khawatir.

   "Hajime?"

   "Iku?"

   "Gyaah!"

   "......?!!"
~~~~~~~

   "Gyaah!"

   Berjalan perlahan mundur,menghindari kontak mata dengan seseorang berjubah hitam itu.Pemuda berambut coklat dengan manik mata senada itu bergetar.

   Raut pemuda itu jelas terlihat sangat ketakutan.Ia meraba-raba sekitarnya,mencari suatu benda di kamarnya yang bisa digunakan untuk alat  perlawanan.

   "Kau siapa?!Apa yang kau mau?!"Dengan suara lantang ia berseru.Berharap ada seseorang yang mendengar suaranya dan datang untuk menolongnya.

   "Percuma saja...tak akan ada yang tahu.Shtt...jadi diamlah,mengerti?"Ucap sesosok bertudung hitam itu dengan suara rendah namun mengancam.

   "Kai-san!Shun-san!Haru-san!Hajime-san!"Teriaknya mencoba memanggil seniornya.

   "Sudah kukatakan beberapa kali,hmm?Mereka takkan mendengarmu,"

   Duk...

   Gawat!Pemuda berambut coklat itu sudah diambang batas usahanya untuk melarikan diri dari sesosok berjubah yang ada di hadapannya.Kini ia terperangkap di antara sesosok itu dan sebuah meja.

   "Bersiaplah...Iku Kannaduki,"

   "Gyaaah!"

   Tanpa aba-aba,tubuh Iku sudah kaku dan lemas.Tubuhnya terjatuh dan merosot ke lantai yang dingin seperti suhu tubuhnya saat ini yang kian mendingin seiring waktu berputar.

   "Target selanjutnya....Aoi Satsuki,"

~~~~~~~

   "Dimana suara itu?!"(name) berusaha berlari lebih cepat dan berhenti tepat di depan pintu kamar berwarna coklat tua.

   "JANGAN-JANGAN......?!"

DUAK...

   Tanpa aba-aba (name) langsung mendobrak pintu kamar dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

   "Mungkin...ini kamar Iku?"

   "Iku!"

   (Name) segera menghampiri tubuh Iku yang di kelilingi oleh darahnya sendiri yang menetes dari perutnya.Sebuah pisau bergagang abu-abu tertancap dengan sangat dalam di bagian perutnya.

   "Iku!D-dia terbunuh?!"

   (Name) mengulurkan tangannya perlahan menuju dahi Iku.Ia menempelkan punggung tangannya ke dahi Iku,memeriksa suhunya.

   "Dingin..."

   Kemudian tangannya berpindah untuk meraba leher Iku,tepat di urat nadi.

   "Nadinya......tidak ada...."

   Kepala (name) tertunduk lemas.Ia memejamkan matanya erat-erat dan menangis tanpa suara.

   "Tadi Tsukishiro-san....sekarang Iku....lalu yang selanjutnya siapa hah?!"Ia berteriak frustasi dan mengacak rambutnya.

   "Apa maumu hah?!Katakan cepat!Kau tak boleh bersembunyi,dasar pengecut!"

   (Name) mengusap rambut Iku lembut,masih tetap menangis.

   "Maaf Iku....aku tak bisa menyelamatkanmu...."

   (Name) menarik kembali tangannya dan berdiri dengan tubuhnya yang masih sedikit bergemetar.

   "Selanjutnya.....siapa...."

~~~~~~~~

   "Lihat pemuda yang mendapat julukan pangeran ini berlari ketakutan~"

   "Haah...haah...."

   Pemuda berambut pirang itu mempercepat larinya seiring detak jantungnya yang bertambah cepat.

   Kakinya ia arahkan menuju salah satu ruangan sebagai tempat persembunyiannya.Menuju ke sebuah lemari dan bersembunyi di dalamnya.

   "Sepertinya aku akan aman di sini.Mungkin..."Helaan nafas kasar penuh dengan kegusaran terhembus.Ia merapatkan tubuhnya dengan lemari agar tidak diketahui oleh sesosok itu.

   "Hey,Pangeran...Pangeran ada dimana?"Sesosok itu terus berjalan mengikuti langkah pemuda yang menjadi mangsa empuknya.Terkekeh pelan dan berpura-pura tidak tahu dimana mangsanya bersembunyi.

   "Hnn...kira-kira Pangeran ada dimana ya?Hmm....mungkin di bawah meja ini?"

   Berpura-pura melihat ke bawah meja yang ada di dalam ruangan bernuansa biru laut.Ia terus mengelilingi isi kamar.

   "Hey...Pangeran,jawab aku,"

   Glek...

   Pemuda di dalam lemari tersebut menengguk takut dan tangannya meremas kaus yang dipakainya.

   "Haah...mungkin memang hidupku sampai di sini...."

   Nafas pemuda itu berhembus keluar-masuk dengan sangat cepat,keringat dingin pun mengucur deras di dahinya.

   "Apa kau tahu?Aku bisa mendengar nafasmu loh~Bahkan detak jantungmu,"Menyeringai lebar dan mengangkat pisau yang ia bawa tinggi-tinggi.

   "Aku harus melakukan perlawanan!Apapun yang terjadi....yang penting aku sudah berusaha!"

   Bruaak...

   Pemuda yang sedari tadi bersembunyi di dalam lemari pun keluar dari persembunyiannya dan segera menangkis serangan yang hampir melukainya.

   "Wuaah...Pangeran berkuda putih sedang melawan ya?"

   Pemuda yang dipanggil Pangeran itu tidak memedulikan ucapan sesosok berjubah itu.Ia berusaha merebut pisau yang sosok itu genggam dengan hati-hati tanpa membuatnya terluka.

   Sret...

   Pisau beralih ke tangan Aoi.Ia segera menodongkan pisau itu ke sosok yang ada di hadapannya.

   "Haah...katakan...haah...apa mau mu!"Ucapmya lantang,namun nafasnya tersengal-sengal kelelahan.

   "Wooww...tenang Pangeran....tak perlu marah...Hamba hanya ingin menguji kewaspadaan Pangeran,"Suara sesosok berjubah itu terdengar menggelikan dan menyebalkan.

   "Apa maumu?!"Pemuda yang sekarang memegang pisau itu berusaha tak lengah.Ia menatap sosok itu dengan tajam dan penuh kewaspadaan.

   "Aku...hanya...ingin...."Sosok itu mengitari pemuda yang menodongkan pisau ke arahnya,dengan perlahan dan berhenti tepat di belakangnya.

   Dengan cekatan ia mengeluarkan pisau yang ada dibalik jubahnya dan menggengganya erat.Sayang sekali,pemuda yang sedang menjadi targetnya itu kurang cekatan dan lengah di saat nyawanya sangat terancam,berada di ambang.

Stab....

   "Membunuhmu!"

   Pisau yang awalnya sesosok itu genggam,sekarang sudah berpindah dan menusuk punggung si target.

   "Arghh..."

   Tubuh Aoi melemah dan tersungkur ke lantai.Tangannya yang bergetar mencoba menggapai pisau yang menancap di punggungnya.

   "Khh...kaau...se...benarnya.....siapa...."Bahkan mulutnya pun lemah tak bisa mengucapkan kalimat yang ingin ia ucapkan dengan benar dan jelas.

   "Kau tak perlu tahu siapa aku."Ucapnya dingin dan menatap Aoi yang sedang tak berdaya dengan sinis.

   "Aku....harus...peringatkan....y...ang...lain..."Dengan tenaga yang masih tersisa.Ia mencabut pisau yang menancap di punggungnya dan melempar pisau itu ke arah sebuah guci yang berada di atas meja tak jauh darinya.

   "Wuaah..pasti sakit ya?Seharusnya kau tak mencabut pisaunya,bodoh.Itu akan menyiksamu...emm...tapi tak apalah,aku suka melihatmu tersiksa,Pangeran"Sosok itu berjongkok dan menatap Aoi yang lemah dengan tatapan puas dari balik jubahnya.

   Prangg...

   Guci itu terjatuh dan menimbulkan suara pecahan kaca yang sangat keras.

   "Semoga...kalian...semua...selamat..."Perlahan,manik biru mudanya yang indah tertutup oleh kelopak matanya yang semakin lama terpejam.Nafasnya pun semakin lemah seiring jantungnya yang memompa darah semakin lemah.

   "Hahahaa...padahal hanya segitu saja,dasar Pangeran lemah!"Sosok itu pun memberikan tatapan yang sulit diartikan dan berjalan ke luar ruangan itu dengan santai.

   "Selanjutnya....siapa lagi ya?"

~~~~~~~~~

   Prangg...

   ".....?!Suara aneh lagi!"

   Gadis berambut pendek itu mengikuti suara pecahan kaca yang ia dengar.Langkahnya terhenti tepat di depan sebuah pintu kamar yang terbuka lebar yang menampakan seseorang yang ia kenal sudah tak bernyawa lagi.

   "Aoi!"Wajah panik sangat terlihat jelas darinya.

   Ia megadahkan tubuh itu agar terlihat jelas rupanya.

   "Aoi....sudah tak ada...."ia memangku tubuh Aoi dan menangis untuk yang ketiga kalinya.Ia sudah kehilangan banyak orang yang sangat ia cintai,sejak dulu memang begitu dan selalu saja begitu.

   "Kau ingin berdiam diri saja dan menunggu korban selanjutnya,huh?"Suara misterius terdengar di kepalanya.(name) mencengkram kepalnya kuat dan mengacak-acak rambutnya kesal.

   "Cari aku,atau kau akan menemui korban orang-orang di sekitarmu selanjutnya,"

   Setelah mendengar suara itu.(name) bangkit dan mengambil sebuah pisau yang berlumuran darah milik Aoi.Ia menggenggam pisau itu erat dan sebelah tangannya lagi terkepal.

   "AKU AKAN MENCARIMU DAN MEMBUNUHMU!TAKKAN KUBIARKAN KAU MEREBUT MEREKA SEMUA DARIKU!!"

   Dengan kesungguhan niatnya,(name) berjalan keluar dari ruangan bernuansa biru muda itu dan mencari si pemilik suara itu.Ia sudah bertekad dengan sungguh-sungguh untuk melindungi teman-temannya dan ingin membunuh si misterius itu.

~~~~~~~

   Brakk...

   Dengan penuh emosi,(name) menendang pintu kamar yang ada dihadapannya.

   "K-Kai?!"

   Terlambat sudah,Nyawa Kai sudah tak ada.Ia sudah pergi sangat jauh dari dunia ini,menyusul Aoi,Iku,dan Tsukishiro.

   "Grhhh.....takkan kumaafkan!"

   Genggaman (name) pada pisau ditangannya semakin mengerat.Nafasnya memburu seperti hasratnya untuk menemukan seseorang yang ia cari dan membunuhnya.

~~~~~

   Waktu terus berjalan,namun (name) tidak tinggal diam.Ia tetap terus mencari sesosok itu karena emosinya sudah tak bisa ia kontrol lagi.Bagaimana tidak?Korban terus saja bertambah.Koi,Kakeru,Arata,Rui,Yoru,You,dan Haru sudah menyusul keempat orang-orang yang ia cintai.

   "Hanya tinggal Hajime dan Shun!Aku harus cepat sebelum terlambat!Mereka pasti ada di kamar masing-masing.....tapi....aku harus menolong siapa dulu?"

   Sementara pikirannya masih sibuk memikirkan siapa yang akan ia tolong terlebih dahulu,langkahnya semakin cepat menuju suatu ruangan yang ingin ia tuju.

   "Mungkin....aku harus ke kamar Shun terlebih dahulu!"Setelah keputusannya sudah mantap,ia mempercepat laju langkahnya menuju kamar Shun.Ia lebih memilih Shun karena ia tahu kalau Hajime bisa membela diri dengan baik,ia pasti juga bisa melindungi dirinya sendiri karena ia pandai bela diri.

   "Ahahaa....tunggu saja,sesosok misterius.Aku akan menemukanmu,"Dalam langkahnya yang terburu-buru,(name) menggumam pelan dan menyeringai.

    "Ahahaa...percuma.Kau salah pilihan,aku bisa membaca jalan pikirmu,(your full name)."Sementara itu,sesosok yang sedang (name) cari,juga ikut menyeringai dan tertawa puas.Tawanya semakin meledak seiring dirinya yang mulai menuju ke tempat target berikutnya berada.

~~~~~~~

   BRAKK...

   "SHUN!"Dengan tergesa-gesa (name) langsung saja memasuki kamar itu tanpa memedulikan hal lain.

   "Hnn?(name)?Ada apa?"

   (Name) segera menghampiri pemuda berambut putih salju itu dengan tatapan khawatir.

   "Kau tak apa kan?!"(name) tepat berdiri di hadapan pemuda itu yang tengah duduk meminum tehnya.

   "Tak apa?Apa maksudmu?"Dahi pemuda itu tampak berkerut karena bingung.

   "Gawat!Sebaiknya kita cepat ke tempat Hajime!"(name) langsung saja menggenggam lengan pemuda yang sedang asik meminum tehnya itu,dengan sebelah tangannya yang tak menggenggam pisau.

   "Tenangkan dirimu dulu.Ceritakan dengan jelas apa yang terjadi,"Kali ini nada si pemilik manik lime itu terdengar sangat serius tak seperti biasanya.

   "Malam ini!Mereka semua terbunuh!"Seru (name) lantang.

   "Mereka?Siapa maksudmu?"

   "Penghuni vila ini!"

   "....?!"

   Shun yang mengerti dengan ucapan (name) segera menaruh cangkir tehnya dan menarik lengan (name) untuk mengikutinya.

   "Ayo cepat!"Perintahnya tegas.

   "Hnn!"

~~~~~~

   "Hajime?!"

   Shun dan (name) terkejut karena melihat Hajime yang tengah membela diri dari serangan seseorang.

   Seseorang tersebut tak lain lagi adalah sesosok berjubah itu.Siapa lagi kalau bukan si misterius?

   "Shun?!(name)?!Seharusnya kalian tidak ke sini!"Serunya.Masih berusaha menangkis sebuah pisau yang diarahkan tepat di depan wajahnya.

   Duaak...sringg...

   (Name) berhasil menjatuhkan pisau yang dipegang oleh si misterius dengan cara menendang lengannya.

   "Grrhh...kau!"

   Tatapan sesosok itu beralih dengan tajam ke arah (name) yang sedang memasang posisi kuda-kuda.

   "Hyaa!"

   Pisau yang ada digenggamannya ia layangkan ke arah sosok itu.

   "(Name)!"Shun yang melihat (name) sedang beradu pisau dengan sesosok berjubah itu,berniat menghampirinya dan membantunya.

   "Shun jangan!Lebih baik kaubantu Hajime dulu!Dia terluka,cari bantuan secepatnya!Dan....soal orang ini serahkan saja padaku!"

   Shun menurut dan segera membantu Hajime untuk berdiri dan memapahnya keluar.Ingin mencari bantuan yang sepertinya tak mungkin ia dapatkan karena hari sudah tengah malam,pasti tak ada satu pun yang masih terjaga.

   (Name) menatap sosok dihadapannya dengan sengit.Ia mengarahkan pisaunya ke wajah sosok itu yang tertutup oleh jubah.

   Sringg...

   Sosok itu berhasil menahan serangan dengan pisau genggamnya.Alhasil pisau mereka saling menahan antara satu sama lain.

   "Kau hebat (name),tapi...KAU PASTI AKAN TETAP KALAH DARIKU!"Sosok itu semakin menekankan pisaunya yang tertahan ke arah (name).

   Sringg....sraak...

   "Waah...sayang sekali....senjatamu sudah lepas dari genggamanmu....dan kau sudah tak ada harapan lagi,(your full name),"

   Satu ayunan cepat mengarah ke arah (name) yang saat itu sedang tidak memegang senjata sama sekali.Pupil mata heterokomnya membesar seiring rasa terkejutnya.

   Slash...

   "......?!"

~~~~~~~~

   "Haah...haaah....hhaa.."Tubuhnya terlonjak kaget dari posisi tidurnya.

   Keringat dingin mengucur deras di dahinya,nafasnya memburu dengan sangat cepat,dan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

   "Apakah......."Lirihnya pelan dan menarik selimut yang ia pakai.Meremasnya erat untuk menyalurkan rasa takutnya.

   Ia segera mengedarkan pandangannya menuju jam yang berada di dinding kanan ruangan.Masih tengah malam.Itu yang dipikirnya.

   Sreett...

   Ia menyibak selimut yang menutupinya dan segera berlari keluar dari ruangan itu.

》》》》》》》》》》》》》》》》》》》》

   Uwuuu....i'm back~

Tunggu lanjutannya ya~Makasih untuk vote,komentar,dan follow~
I hope that you'll like it~



Regard,
Sunrise64

  
  

  

  

  

  

 

  

  

  
  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top