📖 [ 𝐑𝐞𝐝 𝐑𝐢𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐇𝐨𝐨𝐝 ]

Judul ; Tudung Merah Dan Manusia Serigala
Amagi Hiiro × Persona!Shimizu Aruna
Written by ; nafariuna_ (Runa)
──────────

     "Okaa-san, apa manusia serigala itu nyata?"

     Mendengar pertanyaan tersebut, yang dipanggil pun menoleh, tersenyum simpul memandang gadis kecil bersurai kecokelatan di hadapannya.

     "Kamu membaca buku dongeng lagi, Aruna?" yang disebut namanya mengangguk.

     "Di sini dikatakan, jika serigala bisa mempunyai rupa seperti manusia, tapi ekor dan ekornya akan tetap sama. Dan saat bulan purnama, mereka akan sepenuhnya menjadi serigala dan sering melolong," jelas gadis itu, Aruna, seraya menunjukkan buku dongeng yang dimaksud.

     Paras polos gadis itu membuat sang ibu gemas dan mengusap surainya membuat Aruna kebingungan dengan tanggapan ibunya. "Kaa-san kurang tahu, bisa saja itu hanya dongeng semata,"

     "Kalau dongengnya punya dua mata? Jadi dongeng dua mata kah?"

     Kekehan ringan keluar, "Sudah-sudah, mau kaa-san bacakan lagi?"

     Dengan cepat tubuh gadis itu melompat ke pangkuan sang ibu, "Mau dong!!"

──────────

     Langkahnya terhenti, kedua tangannya menutup mulutnya guna tak mengeluarkan suara yang akan membuat para serigala itu sadar. Bahkan angin yang melewatinya pun berhasil membuat bulu kuduknya berdiri.

     'Itu ... Benar-benar manusia serigala!?'

     Reflek, ia mengambil langkah mundur, namun, ia malah menginjak ranting yang akhirnya mengeluarkan suara mencuri atensi sekelompok serigala itu. Melihat salah satu serigala mulai menghampirinya, gadis bertudung merah itu berlari sekuat tenaga menjatuhkan keranjang ceri yang membuat semua ceri itu berhamburan.

     "Ada yang menguping, tangkap dia!"

     Panik enggak? Panik enggak?

     Apanya yang enggak? Rasanya seperti dikejar malaikat maut yang akan menerkam begitu dapat!

     Gadis itu masih berlari, sesekali ia menyempatkan untuk menoleh ke belakang. Suara derap langkah masih terdengar, tapi sosok yang mengejarnya tak terlihat, sontak gadis itu berpikir jika ia sudah jauh dari kawanan serigala itu.

     Memelankan langkah, ia berhenti dan bersembunyi dibalik semak-semak seraya mengambil napas banyak. Merasa aman, gadis itu menolehkan sedikit kepalanya melihat arah ia datang.

     Aman, sebenarnya adalah kata yang salah.

     Dengan tiba-tiba, sosok manusia bersurai merah dan telinga serigala menampakkan diri tepat di hadapan gadis itu, sontak gadis itu berteriak ketakutan dan mundur.

     "S-siapa kau!?" tanyanya ketakutan dengan satu tangan menutupi mulutnya sementara satu tangan lainnya dijadikan sandaran tubuhnya tatkala serigala itu semakin mendekat.

     Sosok tersebut mengangkat satu tangannya memperlihatkan kuku yang sangat panjang, bersiap untuk menerkam tubuh mungilnya.

     "Nii-san, hentikan!! Dia tidak bersalah!"

     Tiba-tiba sesosok surai merah cerah sedikit keriting serta telinga abu muncul melebarkan kedua tangan di hadapan gadis tudung merah tersebut. Sontak kemunculan sosok itu membuat sosok yang menyerangnya berhenti dan menghilangkan kuku yang panjang itu.

     "Hiiro?" panggilnya terkejut.

      Sosok itu; Hiiro, berbicara cepat, "Dia baru saja datang, dan nii-san tidak sopan menyapanya seperti ini!!"

     Mendengar hal tersebut, sosok yang dipanggil 'nii-san'  tersenyum simpul, "Tapi, daging manusia adalah makanan kita. Hiiro lupa jika saat ini kita sedang di masa kritis?"

     "Tap—"

      Dengan cepat gadis kecil bertudung merah di belakang memotong, menampakkan dirinya yang sudah berdiri tegak, "Cukup! Mksd apa ya, Runa bukan makanan darurat tau!"

     "Memangnya kau tahu apa tentang dirimu yang bukan makanan, gadis kecil?"

     "Runa bukan anak kecil, serigala jelek!"

     "Hah!?"

     Sekilas, sinar petir imajiner tampak di kedua netra biru cerah dan biru laut sosok serigala dan gadis kecil itu. Sementara sosok manusia serigala satu lagi hanya menghela napas seraya memandang bergantian dua insan di hadapannya.

     Bingung. Hiiro bingung apa yang harus Dilakukannya selain melerai. Kenapa? Yo ndak tahu.

     — tamat. —

     ...

     Tidak tidak! Terlampau elit jika sebuah cerita ditamatkan seperti ini. Jadi, mari kita lanjutkan~

     (Yang nulis lagi tremor.)

──────────

      Beberapa bulan berlalu. Beribu momen mereka habiskan sebagai "Serigala dan tudung merah". Di dalam hutan yang tak tahu berbahaya atau tidak, dikarenakan gadis itu hanya bermain di kawasan serigala. Hampir tak pernah diizinkan keluar, bukan berarti rasa penasaran akan selalu menghilang begitu saja.

     Seperti saat ini, derap langkah samar-samar terdengar, membuat atensi milik sosok yang mengejar; Hiiro. Dirinya bermain kejar-kejaran, yang mana perannya hanyalah mengejar dan dikejar. Dan akan terus seperti itu, sampai kapan pun. Bak cerita sejarah yang tidak akan pernah berubah dan tidak akan pula diubah.

     Setidaknya gadis kecil itu tidak memasuki khawasan yang berbahaya itu. "Hiiro kejar Runa!!" katanya seraya mempercepat langkahnya. Sontak sosok yang mengejar mengikutinya.

     "Tunggu Runa-_san_! Itu— hah... Ber—" langkahnya berhenti dengan napas tersenggal-senggal. Tangan kanannya berusaha meraih sosok gadis kecil yang terus menjauh.

     Meraih, namun tak tertangkap.

     Gadis itu memang berlari, namun tak lama berhenti kala menyadari bahwa ia sudah memasuki kawasan "Hutan gelap" yang banyak dibicarakan banyak kawanan serigala. Netra biru lautnya memandang lekat—seakan terhipnotis—hutan tersebut, merasa bahwa ia dipanggil untuk memasukinya.

     Tak sadar jika satu langkah ia tempuh, ia benar-benar terpanggil. Namun sebelum sempat menempuh langkah berikutnya, sebuah tangan menarik tubuh kecilnya mundur. Sontak ia menoleh.

     "Hiiro," ia berbalik dengan satu tangan menunjuk hutan yang tepat di hadapan, "Ada ... Apa di dalam sana?"

     Sang empu menggeleng lalu menjongkok menyamai tingginya dengan sang gadis, "Sebaiknya kita tidak ke sana, hutan itu berbahaya,"

     Hiiro hendak menarik lengan sang gadis bertudung merah pergi, tapi gadis itu tak bergeming. Hiiro memandang wajah Aruna bingung, netra Aruna tampak kosong.

     "Nenek Runa memanggil," Aruna mendongakkan kepala memandang balik si pemuda, "Dia menyuruh Runa pulang."

     "Apa maksudmu?"

     Sang empu membisu, tatapannya masih terlihat kosong sebelum ia melangkah melewati pemuda serigala tersebut.

──────────

     "Hiiro!"

     "Hiiro!"

     Tetap tak ada sautan, sekarang berganti si pemuda yang tatapannya kosong.

     Sang gadis mendengus sebal, sedikit membenarkan tudung merahnya hingga bayangan hitam menutupi setengah wajahnya. Entah durhaka atau tidak, Aruna mencubit kedua telinga serigala milik Hiiro sampai pemiliknya saja sedikit tersentak. Dengan cepat mengusap telinganya yang tampak layu (?).

     "R-Runa-_san_ ada apa?"

     Sosok yang dipanggil menjatuhkan dirinya terduduk dengan ekspresi sebal, "Hiiro lagi mikirin apa sih?"

     Seperti biasa, Hiiro menggeleng dan berkata "Tidak apa," tanpa memandangnya. Tapi siapa yang tahu seberapa tinggi tingkat penasaran anak kecil?

     "Selalu begitu! Padahal kala itu sama sekali bukan salah Hiiro, lho!"

     Sontak Hiiro mendongak, "D-darimana Runa tahu?—" Aruna memotong cepat, "Para kawanan serigala juga tahu jika ada yang salah dengan Hiiro,"

     Hiiro menunduk sekilas, "Maaf ...," ekspresi sendu terlukis, "Maaf, seharusnya aku sadar dengan cepat, dengan begitu aku pasti masih sempat untuk mengembalikan senyum Runa-san,"

     Serpihan cahaya tampak keluar dari tubuh sang gadis. Membuat sosoknya hilang perlahan.

     Aruna namanya, seorang gadis bertudung merah yang hilang di hutan selama 7 bulan. Ia ditemukan tak bernyawa di pedalaman hutan. Polisi berprasangka bahwa gadis itu diterkam hewan buas hingga meninggal.

      Kejadian itu memang telah lalu, tapi tak mudah bagi seorang Hiiro berhenti marah pada dirinya.

     Sebuah tepukan pelan mendarat di kepala pemuda membuat sang empu mendongak memandang sosok gadis kecil yang mulai menghilang.

     "Runa senang bertemu dengan Hiiro! Walau Runa tak menuruti kata mama untuk tidak pergi ke hutan malam-malam, setidaknya Runa bisa merasakan berpetualang bersama Serigala!"

     "Karena itu, terimakasih, Hiiro!" di akhir, gadis itu menunjukkan senyum termanis sebelum sosoknya benar-benar menghilang.

──────────

     Elusan pelan mendarat di kepala gadis kecil bertudung merah yang tertidur di pangkuannya. Walau tertidur, gadis itu masih menggenggam erat boneka serigala kesayangannya.

     "Oyasumi, Runa."

──────────

Lil note; FUAAAHM—

Akhirnya selesai, maaf jika ooc atau tidak menyambung, percayalah. Seberapa besar tekad runa masuk dongeng, ada tangan dan otak yang tak bisa diajak kerjasama untuk menuliskannya—

Semoga suka, ya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top