📖 [ 𝐌𝐚𝐥𝐢𝐧 𝐊𝐮𝐧𝐝𝐚𝐧𝐠 ]
Malin Kundang
Zhongli ft. Guizhong and Ningguang
Written by ; m4tsuch1
ーーーーー
"Zhongli, tunggu!"
Pemuda itu menoleh, menatap seorang gadis elok yang terengah-engah berlari ke arahnya. Setelah sampai di sisi Zhongli, ia memegang pundaknya, "Hei, apa kau yakin mau menerima tawarannya?" ucap Guizhong dengan ragu.
Zhongli berkedip, "Tidak apa, jika aku tak menerimanya, bagaimana nasib kehidupan kita nanti?" Pemuda itu menggenggam tangan Guizhong di pundaknya, mencoba untuk menenangkannya.
"Tapi yang benar saja! Masa kau dengan yakinnya mau menerima tawaran orang itu untuk memburu babi hutan?! Babi hutan yang telah menelan tiga korban jiwa atau lebih!" Guizhong menarik kerah pakaian pemuda itu, "Kau boleh mengambil inisiatif untuk menghidupi kita berdua tapi tolong pikirkan dulu tawarannya, jangan asal ambil! Kalau kau tiada, lalu, lalu- aku bisa apa?!"
Dengan tenang, Zhongli mendengarkannya dan kembali menggenggam tangan sang gadis, "Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. Yakinlah padaku."
Zhongli dan Guizhong, keduanya adalah sepasang sahabat yang telah tinggal dengan satu sama lain selama hidup mereka. Tanpa figur yang lebih tua, mereka menghidupi diri dengan menawarkan bantuan pada masyarakat sekitar dan menerima bayaran dalam berbentuk uang atau makanan.
Dan kali ini, tanpa persetujuan Guizhong seperti biasa, Zhongli berinisiatif untuk menerima tawaran tersebut dengan uang tunai dan tiga bungkus roti. Tak banyak memang, tapi Zhongli mengambil tawaran itu karena ia tahu jika Guizhong akhir-akhir ini sangat menginginkan roti dan karena keadaan ekonomi keduanya yang tak memungkinkan untuk membeli...
Gadis itu menghela nafas, "Kalau itu keinginanmu, baiklah lakukan sesukamu. Tapi berjanjilah, kembalilah padaku." Mendengar kata itu, Zhongli tersenyum dan mengusap pelan rambut kelam Guizhong.
"Pasti."
ー
Hari menjelang akhir, tak ada tanda-tanda sang pemuda 'kan tampak. Guizhong, yang sudah berusaha untuk tak berprasangka, kini menunggu dengan cemas di depan gubuk tempat mereka berdua tinggal.
Zhongli... Dimana dia, dimana... Ini sudah malam lalu-
Bunyi tapak kaki memotong pemikirannya, Guizhong menoleh dan akhirnya bertemu tatap dengan yang ia tunggu-tunggu. Tampak dari kejauhan dalam gelap akibat kurangnya pencahayaan di sekitar, seorang pemuda tinggi sedang tertatih-tatih sambil membawa sebuah buntalan di lengannya.
Dengan cepat gadis itu menghampirinya, dalam jarak dekat kini Guizhong dapat melihat betapa menyedihkannya keadaan Zhongli sekarang. Kulit bersihnya kini penuh dengan gores luka dan darah, surai kakao nya juga sebagian terlukis oleh bercak merah tersebut. Sungguh malang nasibnya, tapi Guizhong bersyukur, paling tidak sahabatnya pulang dengan selamat.
"Zhongli, kau terluka! Sudah kubilang bukan kalau menerima tawarannya bukan hal yang bagus, dan juga kau-"
"Hush, Guizhong. Aku tak apa, dan ini-" Zhongli mengangkat tangannya dan memberikan buntalan tersebut untuk sang gadis, "-untukmu, aku tahu kau menginginkannya, bukan?"
Guizhong menatap buntalan di tangannya tersebut sebelum membukanya, ia menatap tak percaya. "Zho- Zhongli?! Kau- kau membahayakan dirimu hanya untuk sepasang roti?! Apa-apaan-" Sebelum sang gadis dapat memprotes dan menceramahinya, Zhongli mengelus pelan kepalanya dengan senyuman. "Sudah, tak apa. Ayo kita masuk, kau pasti kedinginan, bukan?"
"H- Hei?! Harusnya aku 'kan yang bilang begitu?!" ucap Guizhong sebelum menyusul sang pemuda.
Sungguh, sepasang sahabat yang aneh namun juga mereka tak memiliki apapun kecuali satu sama lain. Walau hidup dalam kekurangan, keduanya tampak bahagia setiap saat. Yah, semoga saja kebahagiaan itu bisa bertahan selamanya.
Bisakah?
ー
"Zhongli, apa kau yakin?"
"Aku yakin."
Netra sang gadis menatap dengan tak pasti, sang pemuda di depannya itu hendak pergi merantau untuk mencari pekerjaan yang lebih menghasilkan banyak uang. Sebelumnya, Guizhong menolak permintaannya itu mentah-mentah, tapi dengan kegigihan dan watak keras kepala Zhongli, ia menyerah dan berakhir membolehkannya dengan tak ikhlas.
Angin laut bertiup, membawa hawa sejuk di tengah sesi tatap keduanya. Guizhong dengan tatap tak past, dan Zhongli dengan tatap gigih. Sungguh, Guizhong tak bisa berbuat apa-apa. Walau diri itu sudah merelakannya tuk berpelancong jauh, tapi hatinya tetap tak bisa menahan rasa sesak akan jarak diantara keduanya nanti.
"Hei nak, kau mau ikut atau tidak?!"
Zhongli menatap pada kapal dimana sang saudagar tampak memanggilnya sebelum mengangguk, "Baiklah, tampaknya aku harus pergi, Guizhong." Menatap kembali pada sang sahabat, Zhongli tersenyum lembut untuk terakhir kalinya sebelum berjalan menuju kapal.
Tapi sebelum itu, "Tunggu!"
Berhenti dalam langkahnya, Zhongli menatap kembali pada sang gadis dan terkejut. Terkejut melihat Guizhong yang berlinang air mata, "Sebelum kau pergi, aku tahu jika kau akan pergi jauh jadi-" potong Guizhong sebelum berjalan mendekat, sangat dekat hingga bibir keduanya menyatu.
"-untukmu. Untuk yang selanjutnya kau bisa mendapatkannya saat kau kembali nanti."
Keterkejutan sang pemuda kembali lagi, apa yang terjadi pada Guizhong? Mengapa tiba-tibanya... Yah, yang penting sekarang ia memiliki janji dan hadiah tuk ditepati.
Sebelum Guizhong dapat beranjak, Zhongli menarik tangannya dan membawanya dalam pelukan. Pemuda itu mengecup dahi sang gadis, "Baiklah, aku akan menunggunya saat pulang nanti."
Keduanya mengucapkan selamat tinggal dan berpisah menuju arah yang berbeda.
ー
"Jadi, gadis itu kekasihmu, ya?"
Tersentak dari pikirannya, Zhongli mendongak dan bertemu tatap dengan sang saudagar yang bersedia tuk membawanya menuju pulau seberang. "Guizhong? Ah, tidak. Dia hanya sahabatku."
Saudagar itu tertawa, "Haha, mana ada sahabat yang berperilaku seperti kalian. Apa kau yakin dia tidak menyukaimu?" Zhongli kembali tenggelam dalam pikiran, yah di suatu saat yang lalu ia juga berpikir seperti itu dan ia langsung bertanya pada Guizhong, yang pastinya dijawab tidak. "Hm, saya pernah bertanya padanya dan dia sendiri bilang tidak menyukai saya seperti itu."
Sekali lagi, saudagar itu terbahak-bahak, "Kau ini ada-ada saja! Mana ada wanita yang mau mengakui perasaannya terang-terangan, dia jelas menyukaimu tahu." Saudagar itu menatap padanya sambil tersenyum, "Dengar, setelah kita kembali nanti, bagaimana kalau kau melamarnya? Ayolah, tak ada salahnya bukan?"
Mendengar itu Zhongli merenungkan kata-katanya, ya benar juga ucapan saudagar itu, tak ada salahnya tuk mencoba. "Baiklah, saat kembali saya akan melamarnya."
"Itu baru semangat! Nah nak, bagaimana kalau sekarang-"
BOOM!!
Suara tembakan dan guncangan memotong ucapannya, kapal berguncang dengan hebat dan tembakan yang datang entah dari mana itu tak henti-hentinya jatuh. "Tuan! I- Itu sekelompok perompak! A- Apa yang harus kita lakukan?!" Para awak kapal berkeliaran di sekitar kapal mencoba tuk menyelamatkan diri.
Sementara itu Zhongli, ia mencengkeram erat sisi kapal untuk bertahan, ia menoleh kanan dan kiri hingga melihat sebuah kapal yang lebih besar di kejauhan. Kapal besar yang berisi sekelompok perompak dengan senjata mereka melaju cepat menuju kapal mereka.
Dengan insting, Zhongli hendak melarikan diri juga hingga saudagar itu menarik tangannya, "Tunggu! Nak, ambil ini." ucapnya sambil memberikan kunci pada sang pemuda. "Kau turunlah dan cari pintu kecil di samping barak, kau akan menemukan ruang rahasia. Tolong sembunyilah disana hingga semua ini berakhir."
Nada tegas saudagar itu membuat Zhongli terkejut, mengapa...? "Kenapa anda..."
"Cepat, sembunyilah!"
Tanpa berpikir panjang Zhongli berlari menuju lantai dasar sambil menghindari serangan-serangan perompak, hampir kehilangan tangannya dalam proses. Setelah sampai pada bagian terbawah kapal, ia segera mencari pintu yang dimaksud saudagar itu dan yah ia bertemu dengan sebuah pintu yang sangat tersamarkan dengan dinding kapal, membuatnya sulit tuk dicari.
Saat hendak membuka kunci pintu tersebut, suara keras tembakan yang diikuti dengan jatuhnya sesuatu memotongnya. Itu membuatnya semakin panik dan terburu-buru tuk membuka pintu tersebut. Dan akhirnya, pintu itu terbuka lalu ia segera masuk tak lupa menguncinya.
Tepat disaat Zhongli menutup pintu, para perompak tersebut muncul dari ujung koridor kapal. Mereka berkeliling mencari barang berharga dan dagangan yang dibawa saudagar itu, berkeliling di setiap inci ruang bawah kapal.
Zhongli, yang berada dalam ruangan tersembunyi itu menetap dibalik pintu dan mendengarkan para perompak tersebut berbicara.
"Apa kau dapat sesuatu?"
"Mereka membawa cukup banyak barang dagangan. Bodoh sekali mereka melewati wilayah terlarang ini, hahaha!"
"Haha, baiklah. Bawa semuanya ke kapal dan jangan tinggalkan apapun, bahkan saksi mata."
"Baik, tuan!"
Zhongli, yang mendengarnya tak bisa percaya. Para perompak ini datang dan mengambil barang berharga, lalu tak cukup itu saja, mereka juga menyingkirkan para saksi mata?! mengapa saudagar itu memberinya kunci ruang ini, mengapa ia tidak kemari bersamanya.
Mengapa ia ingin jauh dari Guizhong?
Guizhong... Zhongli menatap tangannya, cukup merasa bersalah karena telah jauh darinya. Mungkin jika ia tidak meminta izin untuk melakukan perantauan ini semua takkan terjadi, mungkin jika ia tidak mengambil kunci itu sang saudagar dapat selamat.
Walau ia memikirkannya hingga memohon ampun pun, ia tahu jika waktu tak dapat terulang kembali.
ー
Beberapa bulan berlalu, kini Zhongli berada di pulau tujuan rantaunya dengan tangan kosong, hanya keahlianlah yang dibawanya. Namun untungnya dengan keahlian itu ia dapat bertahan hidup, bertahan hidup dari membantu masyarakat disana dan mendapatkan imbalan tuk balasannya.
Dari keahliannya itu pun juga Zhongli kini membuka sebuah kedai teh, menambah sumber penghasilan. Ia memulai kehidupan baru disana, kehidupan baru dimana ia tak kekurangan, kehidupan baru dimana ia tak bersama Guizhong.
Guizhong, sudah lama ia tak melihat paras cantiknya itu. Paras yang buatnya selalu kembali datang dalam pelukannya, memikirkan gadis itu membuat Zhongli semakin rindu dengan kampung halaman.
Omong-omong tentang Guizhong, ia ingat sebelum datang kesini, almarhum saudagar yang membawanya berucap tuk dirinya menikahi Guizhong saat kembali nanti. Yah, mungkin itu tak buruk juga, hanya saja saat ini ia tak memiliki cukup kekayaan tuk kembali kesana. Ia berniat untuk membangun usaha disini, menjadi banyak kekayaan dan menjadi saudagar, lalu kembali ke kampung halaman dan menikahi sahabatnya itu.
Sungguh rencana yang rumit, tapi Zhongli yakin bahwa ia pasti bisa tuk mencapai impiannya itu. Impian tuk hidup bahagia berdua bersama Guizhong selamanya.
"Halo, tuan. Jenis teh apakah yang kau sediakan disini?"
Nada licik itu membuatnya terbangun dari pikiran, Zhongli mendongak dan bertemu tatap dengan seorang wanita elok bersurai pirang dengan netra rubi yang mencerminkan kemahalan. Menyadari tatapan pemuda itu sang wanita mendongak, "Fufu, ada apa, tuan? Aku Ningguang, sepertinya kita akan sering bertemu mulai dari sekarang."
Yah terkadang sesuatu lebih mudah tuk diucapkan daripada dilakukan.
ー
Benar ucapan wanita itu, memang dari saat itu mereka mulai sering bertemu. Hingga seringnya pun mereka selalu tampak berdua di setiap saat dan waktu. Zhongli mengetahui fakta bahwa wanita disampingnya itu penuh dengan kekayaan dan jika ada yang mengatakan pemuda itu tak terkesima maka itu salah.
Dari saat mengetahui fakta itu pun, Zhongli mulai menatap uang dengan proposi yang berbeda. Ia mulai berbicara tentang uang, ia mulai melakukan kegiatan sehari-harinya dengan melibatkan uang, ia juga mulai tampak egois hari demi hari.
Memang benar kata mereka, uang buat orang buta akan dunia. Dan itu terbukti di hari dimana Zhongli yang akhirnya berakhir menikahi Ningguang, pernikahan tersebut membuat kedua faksi menyatu. Dari Zhongli yang memiliki bisnis besar yang terkenal dikalangan masyarakat, dan juga dari Ningguang yang memiliki banyak dermaga dan anak buah.
Hal itu menjadi bahan pembicaraan banyak masyarakat dan mereka menyelamati atas pernikahan keduanya, mengatakan bahwa mereka sangat cocok dengan satu sama lain. Yah, pemuda yang terbutakan oleh materi dan wanita manipulator yang memiliki banyak pihak disisinya.
Memang pasangan yang kuat.
Sangat kuat seperti kabut di malam hari yang menutupi jalan sang pemuda tuk mencapai impian, yaitu Guizhong.
ー
"Fufu, ini pertama kalinya kita melakukan perjalanan bersama bukan, sayangku?"
Ningguang bertanya pada Zhongli yang berada disisinya tersebut, "Ya, memanglah ini pertama kalinya."
Setelah menikahi Ningguang, pertumbuhan bisnis Zhongli meningkat pesat hingga membuatnya menjadi seorang saudagar. Kini keduanya berlayar menuju pulau seberang tuk memperluas jangkah raih bisnisnya, pulau seberang dimana itu adalah tempat kampung halaman sang pemuda.
Sudah bertahun-tahun berlalu, kehidupan barunya disana telah membuatnya lupa akan asalnya. Dan sekarang untuk membayar rasa penyesalan tersebut, Zhongli kembali mengunjungi tempat kelahirannya tersebut.
Juga... Guizhong.
Sudah lama juga ia tak memikirkan gadis itu, gadis yang selalu memenuhi pikirannya beberapa tahun yang lalu. Sejak menikahi Ningguang juga ia tak lagi memikirkan masa lalu dan hanya memfokuskan diri pada bisnis dan kekayaannya.
Guizhong terbaring jauh dalam tumpukan kekayaan dan ego tinggi Zhongli.
"Ah, kita sampai! Ayo, Zhongli kita melihat-lihat tanah ini."
Dari kejauhan, tampak seorang gadis yang menatap pada pesisir pantai. Ia menatap pada kapal yang baru saja mendarat itu dan tanpa sengaja ia menangkap sesosok yang begitu familiar.
"Zhongli?" Guizhong menatap tak percaya, sahabatnya telah pulang?! Sudah bertahun-tahun berlalu, sungguh ia merindukannya. "Zhongli, dia kembali!" Gadis itu berlari menuju dermaga dan berhenti saat dapat melihat sang pemuda dengan jelas sekarang.
"Zhongli, kau kembali!"
Pemuda yang merasa terpanggil itu segera menoleh dan sedikit terbelalak melihat gadis yang sangat familiar tersebut. Tetapi, ia segera kembali tenang, menutupi keterkejutannya itu.
Zhongli tak boleh terlihat bersama dengannya.
"Zhongli!" Guizhong berlari kearahnya.
Zhongli tak boleh terlihat bersama seseorang yang begitu... lusuh dan kotor.
Dengan senyum sumringah, Guizhong tertawa dan jaraknya semakin dekat menuju Zhongli.
Zhongli... tak boleh mendekat pada Guizhong.
"Zho-"
"Siapa kau?"
"A- Apa...?" Guizhong berhenti berlari dan menatap aneh Zhongli, kenapa ia berlaku seperti tak mengenalinya seperti itu? "Tunggu, Zhongli! Ini aku, Gui-"
"Cukup! Berisik sekali... Dan juga beraninya kau menghampiriku dengan pakaian lusuh seperti itu!" ucap Zhongli dengan amarah tampak pada nadanya, teriakkan Zhongli menarik beberapa orang disekitar dan anak buahnya menghampiri. "Tuan, apa ada masalah?"
"Huh, tolong singkirkan wanita ini dari hadapanku... Sekarang."
"Baik, tuan."
Dengan sigap anak buahnya segera menarik pergi Guizhong, ia hanya bisa menatap dengan bingung, tatapannya dipenuhi oleh rasa pengkhianatan... Bagaimana bisa Zhongli melakukan hal seperti itu, Zhongli yang ia kenal tidak seperti ini...
Di sisi lain Zhongli menatap Guizhong dengan... sedikit perasaan bersalah, anehnya. Ia tak sepenuhnya merasa bersalah, ia merasa jika ia telah melakukan hal yang benar. Ningguang berjalan mendekat dan melingkarkan lengannya pada Zhongli, "Hm? Siapa wanita itu, sayang?"
"Bukan siapa-siapa, hanya warga lokal."
ー
Beberapa waktu berlalu, seperti perkiraan Zhongli, bisnisnya meningkat pesat. Zhongli dan Ningguang sesekali jika tak sibuk juga tampak berjalan-jalan disekitar lingkungan, dan Guizhong...
Gadis itu sering melihat mereka berdua dan ya, ia sering merasa sesak di dada melihatnya. Mengingat mereka pernah menjajikan sesuatu sesaat sebelum pemuda itu pergi membuatnya semakin pedih.
Sampai merasa tersakiti dan terkhianatinya, di suatu saat ia menyumpahi pemuda itu, "Tuhan, kalau benar dia adalah sahabatku, aku sumpahi dia menjadi debu."
Dan sekarang, ia kembali melihat Zhongli dari kejauhan dengan... Istrinya berjalan menuju dermaga, hendak kembali pada pulau seberang. Sungguh tampak seperti dejavu tapi bedanya Guizhong menatap dengan kosong pada keduanya.
Melihat keduanya berbahagia sedangkan ia tersungkur membuatnya ingin memaki-maki.
Kapal pasangan saudagar itu berlayar menjauh dari pesisir, kembali meninggalkan Guizhong meratap sendiri di kejauhan. Tapi sebelum kapal itu dapat cukup jauh, sebuah badai yang dasyat tiba-tiba datang bak menjawab emosi hati Guizhong. Badai yang dasyat tersebut menghacurkan kapal yang dinaiki sepasang saudagar menjadi berkeping-keping dan ombak laut naik dengan tinggi.
Para awak kapal kebanyakan... Tidak selamat serta Ningguang, meninggalkan Zhongli yang terombang-ambing diantara air laut hingga kembali terdampar pada sisi pantai kelahirannya.
Mata Zhongli mengabur, dari kejauhan ia dapat melihat seorang gadis berjalan mendekat. Hendak meminta bantuan padanya, ia mengangkat tangan tapi nahas tubuhnya menjadi kaku tak peduli seberapa kuat ia mencoba.
Dengan pandangan yang semakin mengabur, ia merasakan tubuhnya perlahan tak terasa dan terbawa oleh angin. Gadis yang semakin mendekat itu kini berjongkok didepan Zhongli, menatapnya dengan emosi tak terjelaskan saat melihat sedikit demi sedikit tubuh sang pemuda menjadi satu dengan debu.
Keduanya hanya menatap pada satu sama lain sampai salah satunya hilang terbawa angin.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top