[TS-2] Raid of Ryuujin chapter 9

Judul : The Seer episode 2 "Raid of Ryuujin" chapter 9
Genre : Fantasy, Paranormal, a little bit scifi, Adventure, Matrial Arts

Tahun : 2011


Saat Zhuge berjalan-jalan santai di kota, ia sampai pada sebuah tempat yang sepi dimana akhirnya ia mendengar suara orang dipukuli.

"Masih bungkam juga kau?" suara itu terdengar familiar. Membuat Zhuge merasa tertarik. Ia memutuskan untuk menguping.

Ternyata itu adalah Nando. Dan di depannya ada seorang lelaki kekar sedang memegangi seseorang dari belakang. Orang itu pasti pembantu Aegesenya yang berhati lembut. Deepak.

"Bro... jangan pukul lagi.... nanti dia mati." Tangisnya.

Nando malah memukul Deepak. "Ah sudah diam saja kau."

Nando masih memukuli korbannya. "Aku tahu kau tahu sesuatu. Ayo bilang!"

Lelaki yang sedang dipukuli, Ted, menyeringai dibalik wajahnya yang lebam dan berdarah. "Kau mau informasi tentang Ryujin, he?"

Nando menunggu.

Ted kemudian tertawa. "Ada di neraka tuh. Pergi saja ke neraka!"

Nando memukulinya lagi. "Aku tidak tahu dimana dia tapi kau saja yang ke neraka!"

Ted sudah babak belur. Tapi dia merasa bangga. "Kau takkan bisa membuatku buka mulut. Lagipula, memang di Fudas tidak ada apa-apa kok."

Nando meludah. "Cuih! Sampah! Kalau kau tidak bisa bicara, pustakawan tua renta itu pasti mau bicara."

Ted mengamuk. "Dia tidak tahu apa-apa!"

Nando menyeringai. "Tapi kau marah... sepertinya dia tahu sesuatu."

Ted hanya bisa menatap benci pada Nando. Lalu Nando mengeluarkan belatinya. "Tapi aku masih punya senjata terakhir untuk membuatmu bicara."

Setelah itu Nando melepas ikat pinggang Ted. Tentu saja Ted meronta-ronta. "Hei! Mau apa kau! Jangan keterlaluan begini!"

Nando melepas celana Ted dan tertawa-tawa. "Hei!! Jangan! Oke, oke! Aku bicara, aku katakan yang ku tahu. Tapi jangan lakukan itu!"

Nando tertawa. Ia mengusap rambut Ted. "Anak pintar."

Zhuge tersenyum saja menyaksikannya. Ia juga ingin dengar sesuatu dari Ted.

Ted lalu bicara. "Aku tidak tahu apapun. Aku hanya tahu bahwa segala rahasia Fudas, Ryujin, Jacques, atau apapun, kau bisa temukan di tempat pertapaan. Ketua mereka, Molcom, dia seorang Elementra api. Dia yang mengetahui semuanya. Bahkan kepala desa tidak tahu sebanyak dia."

Nando menyarungkan lagi belatinya dengan puas. "Bagus..."

Kemudian ia menendang selangkangan Ted dan tertawa. "Ha ha ha...!! Terima kasih... itu sangat berguna!!"

Nando dan Deepak meninggalkan Ted yang berguling-guling kesakitan di tanah begitu saja. Begitu mereka melewati gang...

BWUOOOSHH..!!

Api menyembur ke wajah Deepak sehingga raksasa Aegese itu menangis kesakitan akan matanya yang kering. "Aduh mataku..!"

Sebelum sadar apa yang terjadi, seseorang meninju hidung Nando hingga patah. Selagi Nando kesakitan, Zhuge memukul bagian belakang Deepak dengan menggunakan punggung pedang sehingga pingsan. Nando menghunus pedangnya. "Kau.... setan kecil...!"

Tubuh Zhuge besar, tapi lentur. Ia menghindari serangan pedang Nando yang diarahkan pada lehernya. Setelah itu ia menyepak kaki Nando hingga ia terjengkang. Berhubung kemampuan Nando dibawah Bara, maka mengalahkan Nando bukanlah masalah besar. Zhuge mengarahkan pedangnya ke leher Nando. "Terima kasih karena telah menginterogasinya untukku."

Zhuge mengikat Nando dan Deepak pada sebuah tiang dan menyumbat mulut mereka dengan kain gombal lalu meninggalkan mereka berdua dan mencari Saul.

Angela membawa Jaan pergi ke tempat pertapaan pagi itu. Mereka telah mengatur pertemuan dengan kepala pertapa di sana, Molcom.

Pertapa atau monk adalah sebua profesi yang menekankan pada ilmu kebatinan. Mereka melakukan pantangan seperti menjadi vegetarian seumur hidup, bersemedi, tinggal menyepi, menjauhkan diri dari hawa nafsu, dan mereka banyak melakukan olahraga keras untuk memperkuat fisik mereka. Pada intinya mereka berusaha mengolah aliran dan potensi tenaga dalam mereka. Maka tidak jarang dari mereka akhirnya menjadi seorang Elementra, sebutan bagi Elementer non-radikal.

Tempat pertapaan biasanya ditutup untuk umum dan menjadi tempat favorit untuk menempatkan anak yang tidak diinginkan atau yatim piatu. Mereka telah ada di sana sejak Pendeta Gilbert pertama kali datang ke Fudas. Bahkan Pendeta Gilbert sesungguhnya juga seorang pertapa.

Tempat itu sangat tenang dan menyatu dengan alam. Bisa dijadikan areal untuk melatih kekuatan fisik di alam bebas. Para pertapa di sana hidup disiplin dengan filosofi yang sudah diturunkan secara turun temurun. Begitu masuk ke dalam tempat pertapaan, mereka disambut oleh pertapa kurus bernama Hezkiel. Ia adalah seorang pertapa muda, termasuk junior di kalangan mereka.

"Selamat datang di pertapaan Fudas. Kepala pertapa Molcom sudah menunggu anda. Mari saya antarkan kalian kepadanya."

Hezkiel membawa mereka masuk ke dalam pekarangan tempat pertapaan, memanjat jalanan menanjak dengan 1000 anak tangga yang melelahkan. Ketika akhirnya sampai juga di atas, Angela sampai muntah-muntah karena tidak biasa. Sedangkan Hezkiel yang sudah biasa naik turun tangga sebanyak itu, menunggu Angela dengan sabar sementara Jaan memijit tumitnya.

Akhirnya setelah mereka kembali merasa baikan, Hezkiel mengantar para tamunya masuk ke dalam rumah pertapaan di hall, dimana Molcom sedang bermeditasi sambil menunggu tamunya datang.

"Kepala pendeta, mereka sudah sampai." Kata Hezkiel dengan sopan.

"Lama sekali..." Molcom membuka matanya. "Apakah kau membawa mereka memanjat 1000 tangga?"

Hezkiel seperti terkejut dan menyadari kesalahannya. "Ah... aku lupa kalau ada jalan pintas."

Angela menjadi lemas mendengarnya.

"Dasar bodoh..." gerutu Molcom. "Sebagai hukumannya, naik turun tangga itu 3 kali!"

Hezkiel segera melaksanakannya tanpa banyak bicara.

Molcom berdiri. Ia sangat tinggi. mungkin hampir mencapai 2 meter. Rambutnya sudah beruban semua. Saat ia membalikkan tubuhnya, terlihatlah ciri-ciri fisiknya yang sedikit unik. Matanya berwarna cerah, telinganya sedikit runcing mendatar, wajahnya panjang dan matanya dalam. Tubuhnya ramping dan langsing, berjalan tegap kepada kedua tamunya.

"Maafkan ketidak nyamanannya. Dia sangat disiplin, sehingga seringkali lupa siapa tamu dan siapa calon pertapa baru." Kata Malcom.

Angela memberi hormat pada Malcom, demikian pula Jaan. Setelah itu Angela memperkenalkan Malcom pada Jaan. "Sesuai dengan pesanku kemarin, aku sudah membawakan pewaris Einherjar kemari. Dan ia bersedia untuk menghabisi Ryujin."

Walau begitu Jaan tidak terlihat bersemangat. Ada sesuatu yang mengganggunya dan membuatnya tertekan.

Malcom memeriksa wajah Jaan sebentar. Kemudian ia berkata. "Ia belum siap."

Jaan dan Angela terkejut. Malcom membalikkan tubuhnya. "Masih banyak keraguan di dalam jiwanya. Masalah kepercayaan diri. Lagipula, ia masih menenteng Spirit Sword kemana-mana di pundaknya. Ini berarti antara dia dengan roh Caleb, belum menyatu."

"Menyatu? Apa maksudmu?" tanya Jaan.

"Anak muda. Bisakah kau ceritakan padaku apa yang membuatmu menjadi pewaris dari Spirit Sword ini? Bagaimana cara kau mendapatkannya?" tanya Malcom.

"Aku berduel dengan pewaris sebelumnya, Beowulf, dan mendadak ia menghilang lalu muncul pedang ini. Ia berpesan padaku untuk mengambilnya." Kata Jaan.

"Jadi kini sudah jelas..." gumam Malcom. Lalu ia berkata. "Bukan Caleb yang memilihmu, tapi Beowulf."

Apakah itu berpengaruh? Jaan kini menjadi bingung.

"Beowulf memilihmu menjadi penggantinya. Akan tetapi Caleb belum tentu setuju dengannya. Sekarang aku ingin lihat kau mengangkat pedang itu." kata Malcom.

Jaan menghunus Spirit Sword dari punggungnya. Sangat berat. 80 kg.

Malcom menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lihat. Sama sekali tidak ada reaksi. Caleb belum memperhitungkanmu."

Angela terlihat panik. "La, lalu bagaimana? Artinya kita harus menunggu lebih lama lagi?"

"Spirit Sword yang sudah bisa menerima pewarisnya dan sudah akrab, bisa menyala kapanpun. Mereka seperti teman. Butuh sesuatu agar bisa sepakat. Bagaimanapun jiwa yang bersemayam di dalamnya sungguh adalah jiwa yang pernah hidup di dunia ini. Seharusnya lebih mudah bila Caleb sendiri yang memilih Jaan." kata Malcom.

Melihat Angela terlihat kecewa dan sedih, Jaan kemudian memantapkan dirinya dan berkata. "Bagaimana caranya agar aku menjadi lebih dekat dengan Caleb?"

Malcom berkata dengan tegas dan serius. "Kau harus bersemedi selama 7 tahun, makan 7 macam sayuran segar yang tidak diolah, mandi kembang 7 rupa, latihan fisik sehingga bisa mengangkat Einherjar tanpa beban..."

"Haa...? Hei! Yang benar saja! Aku tidak punya waktu untuk itu." mendengarnya saja sudah membuat Jaan lelah sendiri.

"Bercanda." Kata Malcom mendadak. "Sama seperti teman biasa. Kau harus mengompakkan pikiran kalian berdua. Sahabat baru bisa sejalan bila mereka memiliki pandangan dan nilai yang sama. Barangkali ia hanya pedang sekarang. Tapi di dalamnya, ia masih seorang manusia bernama Caleb."

Jaan memandang Einherjar sekali lagi. Mengerti betapa sulit keadaannya saat ini. Ia sudah menyanggupi untuk mengalahkan Ryujin. Tapi bagaimana bisa mengalahkan Dragon itu tanpa kekuatan dari Einherjar?

"Hei, Malcom. Kau bilang Caleb adalah manusia, bukan? Lalu apa bedanya dia dengan manusia biasa? Memangnya hanya dia yang bisa mengalahkan Ryujin?" kata Jaan dengan kritis. Mencari jalan keluar lain.

"Caleb adalah manusia. Tapi dia spesial." Kata Malcom. "Ia adalah keturunan dari Forgo yang legendaris itu, pencipta Einherjar. Forgo adalah peranakan Aegese dan elf yang paling berhasil. Ia adalah makhluk unggulan. Konon Forgo memiliki seorang istri. Istrinya adalah seorang manusia yang memiliki force. Kau .... Tahu apa itu force tidak?"

Untung Jaan sudah tahu. "Aku tahu. Sesuatu yang hanya bisa dimiliki seorang Animus."

Malcom meralat. "Force adalah warisan Animus. Dan wanita itu melahirkan Caleb. Membuatnya menjadi manusia super yang tiada tanding. Ia yang terbaik diantara yang terbaik. Seperti orang Aegese, kekuatannya sangat besar. Seperti elf, ia memiliki pengendalian force yang sangat baik. Seperti manusia dan Animus. Ia memiliki naluri bersaing, naluri untuk menjadi lebih baik, naluri berkembang, naluri yang bisa membangun, sekaligus menghancurkan."

Jaan masih mendengarkan dengan seksama. Malcom melanjutkan. "Aku tidak mengerti banyak mengenai Caleb. Tapi yang aku tahu, dia adalah seorang pengembara. Dalam pengembaraannya, ia sempat mampir di sebuah tempat di Barbandia dan sempat tinggal di sana beberapa lama. Kurasa cerita lengkap mengenai Caleb tersimpan di suatu tempat di sana."

Mendadak Einherjar bersinar sebentar. Mengeluarkan cahaya berwarna merah yang lembut. Membuat Jaan dan Angela terkejut. Namun hanya sekali saja, sinar itu tidak muncul lagi.

"Tapi sepertinya Einherjar mau menerimamu sebagai pewarisnya. Kurasakan ia tidak menolakmu. Kalian hanya belum saling mengenal satu sama lain." kata Malcom.

Jaan menggantungkannya lagi di punggungnya. Malcom lalu mengajaknya berjalan ke sebuah ruangan di belakang aula. "Mari ikut aku. Aku sudah putuskan untuk memperlihatkanmu sesuatu."

Jaan dan Angela mengikuti Malcom melewati aula dan sampai pada sebuah taman dimana mereka menyeberangi jembatan. Di pekarangan, terdapat beberapa monk yang sedang berolahraga. Desain arsitektur pertapaan mirip dengan taman-taman di lukisan China kuno. Dan para Monk yang biasanya berambut tipis hingga botak itu terlihat seperti para biksu shaolin. Sekalipun menggunduli kepala bukanlah keharusan.

Akhirnya mereka sampai pada sebuah pondok berwarna merah maron. Di dalamnya, telah menunggu seorang wanita paruh baya yang memiliki air muka tegar. Jaan mengenalinya sebagai Monica, istri kepala desa, Paulk.

"Aku putuskan bahwa pemuda ini mungkin adalah orang yang dimaksud ramalan Pendeta Gilbert." Kata Malcom.

Saat Jaan melihat di bagian atas dinding ruangan di pondok itu, ia melihat ada sebuah tulisan yang tergantung pada kertas dinding. Bunyinya: "Sang pewaris akan datang membawa yang terpilih untuk menghapuskan teror di Fudas untuk selamanya."

"Sebelum mengirimkanmu ke Karaga, aku harus memberitahukan padamu mengenai Ryujin dan kisah sebenarnya dari apa yang terjadi di Fudas hampir 1000 tahun lalu." kata Malcom.

Jaan menghembuskan nafas. "Aku sudah siap."

Malcom membalikkan tubuhnya dan membuka kertas dinding dimana terdapat tulisan mengenai ramalan atau wasiat dari Gilbert tergantung. Di balik kertas itu, ada sebuah dinding halus yang bila ditekan akan membuka sebuah pintu rahasia.

Malcom mengajak Jaan untuk masuk ke dalam.

"Aku tetap di sini. Seseorang harus ada yang menjaga pintu." kata Monica.

"Aku ikut. Aku ingin tahu apa yang terjadi sesungguhnya." Kata Angela.

Malcom membiarkan Angela dan Jaan mengikutinya memasuki sebuah lorong menurun yang membawa mereka ke ruangan bawah tanah. Obor di dinding menyala saat mereka melewati nya untuk menerangi jalan mereka.

Sementara lorong itu menjadi sedikit terang, Jaan terpana menyaksikan dahsyatnya lukisan dinding yang terdapat di sepanjang lorong. Pada lukisan itu ada seorang lelaki yang menggenggam pedang, berduel melawan Dragon berwarna biru.

Malcom memberikan narasi. "Zaman dahulu, hiduplah seorang Dragon slayer bernama Jacques. Ia mengalahkan Magma Dragon Ryujin dan memenjarakannya di dalam pedangnya."

Pada pertengahan lorong, lelaki itu mengeluarkan Dragon berwarna biru dari pedangnya. Di hadapannya berdiri banyak lelaki yang digambarkan memiliki ciri fisik yang kasar dan bringas seperti bandit sedang menyandera para warga.

"Setelah kembali dari pengembaraannya, Jacques mendapati seisi desanya telah diserang bandit karena mereka mencari Einherjar. Untuk menyelamatkan istrinya, Elena, Jacques mengeluarkan Dragon yang dikurung di dalam pedangnya."

Pada akhirnya, seluruh desa dihanguskan oleh Dragon itu. Dragon tersebut juga memakan manusia. Sementara di tanah, banyak mayat bergelimpang dan kebakaran merajalela.

"Namun Ryujin terlalu buas. Begitu keluar dari penjara, ia langsung mengamuk dan menghancurkan apapun yang ada di sekitarnya. Ia memakan Jacques untuk membalas kekalahannya dan memangsa semua manusia yang ia lihat. Setelah itu ia membakar Fudas hingga rata dengan tanah."

Kemudian suasana menjadi sedikit damai. Dragon itu hinggap pada sebuah gunung batu dan tertidur.

"Setelah kenyang, Ryujin hinggap di puncak gunung Karaga dan tertidur."

Pada panel berikutnya, ada lukisan seorang lelaki menggunakan sebuah kerangka kubus untuk mengambil jantung Dragon itu. Lelaki itu menggali kubur bagi para warga desa yang malang, dan membangun kembali Fudas seperti sedia kala.

"Datanglah Gilbert dari Tarbit untuk mengalahkan Ryujin. Ia mengambil Heart of Ryujin dengan menggunakan Soul Cage dan Ryujin pun membatu. Ia membangun Fudas kembali seperti sedia kala dan...."

Ada pelangi di atas langit Fudas. Semua orang bergembira.

"...Happy ending." Malcom sudah sampai di penghujung lorong, membalikkan badannya menghadap Jaan dan Angela.

"Rupanya begitu ... kalian membuat dongeng sederhana selama ratusan tahun hanya untuk mengelabui masyarakat untuk mencegah orang mengetahui keberadaan Heart of Ryujin?" kata Jaan.

"Kami sangat takut pada Ryujin. Ia Dragon yang buas dan pemangsa manusia. Pendeta Gilbert berpesan pada kami bahwa Heart of Ryujin ini berbeda dengan jantung Dragon lainnya. Kami harus menjaganya dengan sangat rahasia." kata Malcom.

"Dan dibalik pintu ini..." Malcom menyentuh tangannya pada dinding di belakangnya. "...Tersimpan Heart of Ryujin."

Pintu dinding terbuka. Rupanya itu adalah catacomb. Malcom membawa kedua manusia muda itu untuk mengikutinya lagi melewati catacomb, kuburan bawah tanah. "Ini adalah kuburan bagi para pendahulu kami. Para pertapa yang mengetahui rahasia ini, dikuburkan di tempat ini untuk mencegah datangnya seer jahat untuk membaca memory mereka."

Jaan meledek Malcom. "Kau yakin kau bisa menjaga tempat ini?"

Malcom berhenti berjalan dan menjawab ledekan Jaan. Ia mengeluarkan api dari tangannya. "Aku adalah Elementra api. Simbol penghancuran dan semangat juang."

Senyum mengejek di wajah Jaan hilang. Kini misteri mengenai obor-obor yang menyala misterius saat mereka berjalan di lorong dengan lukisan dinding itu sudah terjawab. Malcom yang menyalakannya.

Malcom kembali meneruskan jalan menuju sebuah peti mati dengan sebuah obor di atasnya. Saat Malcom menyalakan obor itu, terbukalah sebuah pintu rahasia lainnya.

Pintu itu membawa mereka ke sebuah tangga menurun lainnya dimana terdapat sebuah ruangan dengan pintu yang memiliki relief kepala garuda yang sedang terbuka paruhnya. Sepertinya ia sedang menjerit.

Malcom menyemburkan api di relief tersebut dan terbukalah pintu bagi mereka.

Malcom mendahului mereka masuk ke dalam dan menatap sesuatu di ujung ruangan dengan lembut. Saat Jaan mengikuti arah tatapannya, ia melihat di sebuah altar, ada sebuah kerangka kubus yang bentuknya seperti sebuah tangan dengan tiga buah jari yang menggenggam sebuah spark.

Ingatan Jaan kembali pada beberapa bulan lalu di Egaza, saat ia pertama kalinya melihat Heart of Drake. Hanya saja ini berwarna biru kehijauan dan cahayanya bersinar lebih terang. "Heart of Ryujin...?"

"Benar. Inilah kekuatan besar yang disembunyikan Fudas hampir 1000 tahun lamanya." Jawab Malcom.

Jaan berusaha untuk mengira-ngira, apa yang membuat Heart of Ryujin lebih unggul daripada Heart of Drake. Memang terlihat ada perbedaan antara Heart of Ryujin dan Heart of Drake. Cahaya Ryujin lebih kuat daripada Drake. Tapi apakah hanya itu?

"Heart of Ryujin di hadapanmu.... Menurut pendeta Gilbert adalah kunci menuju Spirit Sword yang ke dua." Kata Malcom.

"Jadi, ini sama seperti saat Einherjar disimpan oleh arwah Beowulf?"

"Spirit Sword adalah pedang paling unik di dunia ini. Ia bisa menghilang kapanpun dan muncul kapanpun. Antara benda hidup dan benda mati. Aku sendiri tidak tahu bagaimana Heart of Ryujin ini bisa menjadi kunci bagi Spirit Sword. Akan tetapi aku memutuskan untuk percaya dan melindunginya."

"Kurasa kita bisa mulai dengan menghadapi Ryujin dahulu." Kata Jaan.

"Tapi dengan cara apa kau akan membunuh Ryujin? Seperti yang kita tahu, patung Dragon itu sangat kuat. Ia tidak bisa dihancurkan. Kami pernah berpikir untuk menenggelamkannya di lautan volcano pada gunung Mayo, tapi patung Ryujin sangat besar dan tidak ada yang bisa kami lakukan padanya." kata Angela.

"Sudah jelas." Malcom menjawab. "Jaan harus membawa Heart of Ryujin ke dekat Ryujin untuk menghidupkannya, setelah Ryujin hidup kembali, ia baru bisa dibunuh."

Mendadak lutut Jaan sedikit kaku. "Ini benar-benar situasi serius antara hidup dan mati..."

"Tapi jangan terlalu khawatir, Jaan. Ryujin sudah ratusan tahun membatu. Kau punya waktu beberapa saat sebelum ia bisa melemaskan otot sayapnya yang kaku dan terbang. Sementara Ryujin berpijak di tanah, itu adalah satu-satunya kesempatanmu untuk membunuhnya. Bila ia sudah terbang, ..." Malcom menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu harus berbuat apa..."

Jaan mengangguk. "Aku minta waktu beberapa hari...kalau kau percaya, aku datang bersama beberapa orang teman khusus untuk membantai Ryujin. Kita bisa berangkat bersama."

"Jangan!!" bentak Malcom. "Aku tidak setuju!"

"Malcom ... menghadapi Ryujin bukanlah hal yang mudah... Jaan pasti butuh orang untuk membantunya." Kata Angela.

"Tidak! Kau pewaris spirit sword, aku masih bisa percaya. Tapi orang lain yang tidak jelas jaminannya, aku tidak bisa percaya!" kata Malcom tegas.

Jaan bingung dan menatap Angela. Angela juga kebingungan. Dengan keadaannya yang sekarang, Jaan sadar bahwa ia masih belum bisa mengendalikan Einherjar secara maksimal. Bahkan tadi Malcom sempat mengatakan bahwa sesungguhnya Einherjar bisa disimpan, tidak perlu di bawa-bawa di punggung dan membebani punggung. Bisa dibilang, ia masih sangat baru dalam urusan ini. Ia memang berangkat dari kehidupan keras. Namun ia belum pernah sekalipun membantai Dragon.

"Aku sadar kau masih muda, nak. Aku beri kau waktu untuk berpikir. Kalau kau sudah siap dan yakin untuk menghadapi Ryujin, beritahu aku. Aku akan mendukungmu. Kalau perlu aku ikut denganmu untuk membantumu menghadapi Dragon setan itu. Tapi perlu diingat bahwa apa yang kita lakukan ini tidak berbeda dengan taruhan.

Saat kau memutuskan untuk melakukannya, pada saat yang sama seluruh warga Fudas menitipkan nyawa kita ke tanganmu. Bila kau gagal, sudah pasti seluruh desa akan tewas. Bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa Ryujin akan terbang ke tempat lain dan membuat kekacauan lain." kata Malcom.

"Aku tahu..." gumam Jaan sedih. "Aku akan memikirkannya."

Angela mengantarkan Jaan keluar dari sana. Mereka berjalan bersama Monica. Setelah pamit dengan Malcom, mereka keluar lewat pintu tamu. Maka mereka tidak perlu menuruni 1000 anak tangga seperti saat mereka masuk tadi.

Sepanjang jalan, Jaan terlihat bingung dan tidak yakin. Ia merasa terjebak dalam sebuah situasi. Semua orang mempertaruhkan nyawa mereka ke tangan Jaan untuk mengalahkan Ryujin. Bila berhasil ia akan menjadi legenda baru. Tapi bila gagal... dunia taruhannya.

Mendadak Monica bicara. "Kami telah lama menantikan saat ini tiba. Jujur saja aku tidak menduga bahwa pewaris Einherjar datang pada saat aku masih hidup."

"Yah...." Jawab Jaan singkat.

Monica bicara lagi. "Dunia ini dipenuhi oleh manusia serakah. Gila harta dan kekuatan. Kudengar 700 tahun lalu saat Einherjar sedang populer, banyak orang meninggalkan kampung halaman untuk mencari Einherjar. Banyak pembunuhan dan penjarahan untuk menemukan spirit sword itu. Gosip beredar hingga Dark Swamp... banyak yang berangkat ke sana namun tak ada yang kembali. Mereka yang menelusuri tempat itu pada siang hari tidak menemukan apapun. Kau tentunya tahu bukan, apa yang akan terjadi bila mereka mendengar sesuatu tentang Heart of Ryujin di Fudas?"

"Heart of Ryujin di hadapanmu.... Menurut pendeta Gilbert adalah kunci menuju Spirit Sword yang ke dua."

"Aku tidak berani membayangkan..." kata Jaan.

"Ancaman kami bukan hanya berasal dari mereka yang mengincar spirit sword saja. Tapi juga mereka yang ingin menjadi Dragonoid. Dragon adalah sumber kekuatan yang sangat destruktif. Apalagi zaman sekarang, pergolakan dan peperangan sedang marak terjadi di sana sini. Kekuatan Dragon akan menjadi bantuan extra bagi salah satu pihak yang berperang." Kata Angela.

"Ya.... Itu juga yang kutakutkan." Kata Jaan lagi.


====================================

Anda sudah baca "Force - The Spirit Sword" ? Itu episode 1, dan ini adalah cuplikan episode 2 yang tidak pernah kuselesaikan. Mandeg sampai di sini saja. Secinta apapun saya terhadap imajinasi dan cerita-cerita saya, tapi tetap saja kalau memang gak bagus ya gak bagus. Kadang writer's block terjadi karena kita tidak tahu apa yang ingin diceritakan, dan kadang kita tidak bisa bercerita karena kurang pengetahuan. Maka dari itu, jangan malas riset. Zaman sekarang enak ada internet, riset bisa dilakukan lebih mudah, asal lebih hati-hati saja dengan referensi yang salah.

Thx for read, I know my writing was sounds not beautiful back then, but sometimes I love to re-read them because when we were young, imagination are wild. This is my writings before I give no shit to whatever people thinks about it. It was back then when I write fearlessly. Until I realize that ... readers are important too.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: