📝 QnA Tips Nulis Enggak Perfeksionis
Sesi Diskusi
•••
Q: Perfeksionis dalam membuat cerita tuh menurutmu maksudnya apa?
A:
- Nulis dikit, revisi kemudian.
- Yang terlalu detail dalam membuat aspek cerita, punya ekspektasi tinggi, dan dikit-dikit revisi.
- Ingin sempurna dalam segala sisi di ceritanya berdasar sudut pandangnya sendiri yang kalau-kalau ia (penulis) merasa ada kurang dalam ceritanya, akan langsung direvisi, begitu terus sampai hasil yang 'sempurna' yang diinginkannya terwujud.
- Terlalu kritis sama tulisan sendiri mungkin. Ada yang dirasa kurang sreg, langsung direvisi. Pokoknya berusaha biar tulisannya itu menurutnya enggak ada cela, udah dipoles sedemikian rupa.
- Review cerita berulang kali setelahnya jika menurutnya ada yang kurang maka akan direvisi lagi, lalu jika ada salah typo sedikit akan kepikiran sepanjang waktu, rasanya kalo ada kalimat atau narasi yang kurang cocok dia akan langsung ingin mengubahnya. Dan ketika alur cerita tidak sesuai yang di inginkan dia akan berhenti menulis.
- Enggak pernah puas sama tulisannya, revisi terus, rewrite terus, pengen sempurna kayak Tuhan.
Q: Kenapa orang bisa perfeksionis dalam membuat ceritanya?
A:
- Karena standarnya tinggi, mengikuti penulis-penulis besar, terlalu berekspektasi jauh.
- Karena ingin ceritanya menjadi terbaik di antara cerita-cerita orang lain, setidaknya dari sudut pandangnya sendiri.
- Dia terlalu banyak baca buku-buku dan terlalu berharap bahwa ceritanya akan sebagus buku-buku yang pernah dia baca. Padahal, enggak usah setara juga enggak masalah. Persepsi yang ada dalam pikirannya, bahwa cerita dia harus "sesempurna" apa yang pernah dia baca, bikin dia enggak bisa puas dengan karyanya.
- Mungkin karena ketidakpuasan, ingin memberikan yang terbaik sampai-sampai gak sadar bahwa ceritanya udah baik. Tapi karena dari sudut pandangnya belum terbaik jadinya revisi terus sampai dirasa benar-benar baik.
- Semakin pengetahuannya lebih banyak, semakin lebih merhatiin tulisannya. Standarnya jadi lebih naik. Selain itu, karena dulunya ada pengalaman dapet kritik yang nyesss tentang ceritanya, jadi berusaha untuk memperbaiki biar gak mengalaminya lagi
- Mungkin karena ingin orang memahami ceritanya dengan baik.
- Selain dari sananya dia udah punya sifat gitu, mungkin dia punya ekspektasi tinggi melebihi kemampuannya. Enggak apa-apa. Tapi harus realistis juga. Enggak ada karya pertama yg langsung masuk nominasi oscar.
Q: Gimana caranya biar nulisnya nggak perfeksionis?
A:
- Mindset-nya jangan berusaha untuk jadi sempurna, tapi mindset-nya tuh "yang penting kelar aja dulu."
- Jangan terlalu memaksakan diri untuk menjadikan cerita sempurna.
- Jangan nulis sambil edit. Tanamkan pikiran kamu tuh penulis bukan editor. Jadi editornya nanti aja pas udah kelar
Q: Beri kata-kata untuk para penulis biar nulisnya nggak perfeksionis!
A:
Member Key
Kamu bisa kalau kamu pede. Kamu enggak usah nulis karya tulis yang bagus banget, yang enggak usah revisi, yang sekali jadi langsung cetak. Enggak! Memangnya, J.K Rowling enggak ada revisi sebelum publish Harry Potter? Emangnya karya Tere Liye enggak direvisi editor?
Direvisi! Mereka aja direvisi apalagi kita yang belum go national. So, you're fine. You're doing awesome.
Member Cindy
Jangan mencari kesempurnaan dari tulisanmu sendiri, yang penting kamu dapat menyampaikan pesan dan moral yang ingin kau sampaikan dalam cerita.
Member RZ
Tulis aja dulu. Namanya juga berproses enggak langsung perfect. Biarin aja masih ada salah. Nanti juga ada masanya bagus sesuai proses. Yuk, bisa yuk, jangan takut jelek dulu. Pasti bisa dari waktu ke waktu. Kamu keren, kamu bisa, kamu hebat, kamu udah ngasih effort yang besar.
Member Baim
Jangan bandingin dirimu sama yang lain, kamu versi sekarang punya cerita dengan keunikan sendiri, maka tuliskanlah agar kamu di masa depan bisa melihat bagaimana perjuanganmu mempertahankan progress menulis.
Member Andrew
Friendly reminder buat kamu. Manusia aja gak sempurna, apalagi karyanya, kan? Kita gak mungkin menghindari ketidaksempurnaan, kok. Mereka yang kamu pikir perfect emangnya langsung begitu pas pertama kali coba? Enggak, bestie, mereka juga awalnya kayak kamu.
Jadi, santuy aja nulisnya, kelarin dulu. Revisi itu bisa entar. Dengan kelarin tulisan aja, kamu udah keren banget! Banyak loh yang masih struggle buat nyelesaiin tulisannya. Semangat buat kita ✨
Member Fuyu
Kalem aja. Nggak usah buru-buru. Kamu nggak lagi dikejar sesuatu. Nggak perlu terbitin buku sebelum umur 30. Kamu masih punya banyak waktu. Masih banyak waktu. Mau ke man? Kamu masih muda. Jangan terlalu keras sama diri sendiri. Bayangin dirimu terbelah menjadi dua. Satunya nulis, satunya tukang komentar. Kamu yang nulis terus dikomentarin sama dirimu yg satunya. Apa enggak capek?
Q: Apa kamu termasuk penulis yg perfeksionis?
A: Sebagian besar member FLC merupakan penulis yang perfeksionis. Ayo simak cerita mereka dan bagaimana mereka mengatasinya pada bonus kredit di bawah ini!
Member Baim
Selama aku nulis, jarang sih melakukan revisi (kayaknya), paling yang sering itu merombak cerita lama dari draf berdebu. Kalau soal menamatkan cerita, itu semua berkat event yang DL-nya super-ketat (misal 1 bab 1 hari, utang maksimal tiga kali). Hal perfeksionisnya itu ketika pas mau menulis harus banget ngumpulin banyak kata-kata dari KBBI (maksudnya belajar, dari screenshot-an), sering bolak-balik buka Tesaurus, dan biasanya baca-baca dulu cerita para Mastah (di google books, Ipusnas, dan Wattys) biar bisa di-ATM.
Pokoknya kayak ada amunisi gitu sebelum menulis. Beda cerita kalau sekarang aku orangnya malesan dan demot.Semoga bisa dapat pencerahan dan lepas dari WB ini.
Member RZ
Apakah sering revisi? Nggak. Terhitung aku revisi Flocken cuman sekali, SAFTA dua kali, sisanya yang lain enggak pernah revisi :) why? Males, sama aku mikirnya, ya udah sih udah usaha, nanti juga bagus di karya-karya selanjutnya aku pasti terus berkembang. Cuman ya itu, yang Flocken pernah kena racun perfeksionis sampai prolog direvisi 10 kali. Setelah itu sadar, oh, iya. Enggak usah gini juga, aku benerin karya aku di cerita berikutnya ajah.
Kenapa bisa sering revisi? Kalau lagi perfeksionis sih karena pengen tulisannya sekelas Tere Liye dan penulis-penulis terkenal.
Cara mengatasinya? Bersikap bodo amat. Aku bisa bagus di karya selanjutnya. Karyaku emang pasti jelek kalau awal nulis, makin lama makin paham kepenulisan aku bisa bagus dengan sendirinya.
Member Andrew
Perfeksionis, bisakah Anda pergi? Anda adalah salah satu faktor saya tidak bisa produktif nulis. Setiap mulai karya, baru beberapa kata, langsung mikirin ngembangin idenya biar bener-bener flawless, pusing, akhirannya enggak dilanjut lagi.
Untuk kenapanya, jawabanku yah karena ada pengalaman dapet kritik yang cukup jleb tentang karya pertamaku di Wattpad (ironisnya, aku sendiri yang rikues), jadi sejak saat itu berusaha buat ngembangin diri dan kepenulisan biar enggak mengalaminya lagi.
Tapi, sekarang-sekarang ini kurasa mulai berkurang, sih. Kalau diinget-inget lagi, pas buat cermin-cermim buat MMW, aku mulai enggak begitu mikirin perfect enggaknya tulisanku. Liat tema, genre, dan ketentuan, aku langsung mikir ide sebentar, terus langsung tulis aja sampe kelar. Revisi dikit dulu, mungkin ada alur yang kurang atau jumlah kata kebanyakan, terus kirim deh.
Jadi ya, bisa dibilang, masih struggle, cuman mulai sedikit demi sedikit berkurang lah. Caranya kayak yang aku sempet bilang sebelumnya, kelarin dulu karyanya, revisi bisa entar. Yuk bisa yuk jadi less perfectionist.
Member Cindy
Awalnya aku menulis mengikuti dari author yang aku lihat di wp, waktu itu aku ndak pernah kepikiran tentang revisi atau apa, cuma nulis aja yang penting senang.
Setelah rehat beberapa tahun dan aktif, aku mulai belajar nulis dari grup kepenulisan awal yang aku ikuti. Dapat banyak ilmu dan tahu apa saja dibagian karyaku yang salah. Mulai sejak itu tumbuhlah perasaan yang ingin merevisi cerita setiap saat.
Lalu di tahun ini aku mulai nulis lagi, kebiasaan itu tetap terbawa, bahkan jika ada satu typo akan kepikiran sepanjang waktu. Dan kadang typo ini berhasil mengalahkan rasa malasku. Sebenarnya metode menulis ini ada bagusnya, namun kurangnya juga banyak. Jika aku udah gak suka sama alur yang dibuat, aku bisa ninggalin karya itu. Bahkan fanfic yang aku buat sudah kena revisi berulang kali tapi ceritanya gak jalan.
Sampai sekarang aku masih ada dalam fase nulis begini. Aku harap kedepannya aku bisa punya banyak ilmu dan ngembangin ide lebih banyak daripada stuk memikirkan kesempurnaan tulisanku.
Member Fuyu
Aku ada 2 tipe cerita. Serius dan marathon. Bahas dulu yang marathon. Itu enggak pernah revisi karena ya marathon. Nulisnya setiap hari. Sekali jadi. Buat latihan. Jadi ngapain dibagusin?
Cerita serius baru ada 2. Yang satu yg mulai ditulis sejak 2019, sampai sekarang belum tamat-tamat (meanwhile udah pernah update 2 ending). Yang satu alhamdulillah lancar nggak sampe setahun nulisnya dan nggak ada keinginan revisi besar-besaran. Maklum sih karna karya kedua.
Apakah sering revisi? Ada satu karya yang sering revisi, sisanya enggak. Kenapa sering revisi? Karena merasa bisa dikembangin menjadi lebih baik lagi. Aku merasa bisa memperbagus ini dan emang pengen.
Cara ngatasinnya? Sudah dipaparkan di atas oleh teman-teman sekalian. Masih struggle? Iya. Aku paling sering revisi gaya bahasa. Kayak kalimatnya kurang efektif. Udah sih, sisanya jarang revisi
Member Rav
Proses penulisan cerita-ceritaku itu ... aku lebih sering let it flow sih, ketimbang pake outline. Karena tiap aku bikin outline, pasti aku bakal stuck sekali di chapter-chapter awal. Seperti yang kubilang tadi, ekspektasi yang terlalu tinggi. Selain itu, aku jadi udah tahu bagaimana suatu cerita berakhir kalau aku bikin outline. Jadi, aku lebih ngalir dan lancar ngetik tanpa outline. Karena ketika aku nulis let it flow aja, aku minim revisi. Enggak punya ekspektasi apa-apa terhadap cerita tersebut, karena aku belum tahu akhirnya.
Sementara itu, kalau aku bikin outline, justru chapter awal-awal sampe chapter terbaru (entah udah tamat atau berhenti di pertengahan atau bahkan awal), bakal direvisi terus karena aku merasa enggak puas. Pokoknya, yang benar-benar terpatok sama outline. Dan aku enggak suka itu.
🍀🍀🍀
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top