Meskipun dokter, Mama adalah pejabat struktural. Artinya, sehari-hari Mama tidak bekerja di rumah sakit untuk mengobati pasien, tetapi menjalankan tugas manajerial seperti di kantor-kantor.
Nah, karena itu, Mama lebih sering dinas luar dibanding dokter fungsional (dokter yang bekerja mengobati pasien di rumah sakit).
Adegan satu: Oke
Waktu itu, aku sedang bermain gadget di kamar Mama. Hari sudah sore, dan Mama sedang bersiap-siap untuk pergi praktik.
"Alma, besok Mama dinas ke Padang, ya?"
"Berapa hari?" tanyaku tanpa menoleh.
"Cuma balik hari."
Oh, artinya Mama tidak menginap.
Akhirnya, aku melihat ke Mama, kemudian mengangguk. "Oke."
Dari dulu, Mama sudah sering dinas luar. Sejak aku kecil. Jadi, kalau Mama pergi, itu sudah biasa. Apalagi kalau balik hari, serasa Mama tetap kerja seperti biasa, dan langsung pergi praktik tanpa pulang ke rumah.
Adegan dua: Eh?
Setelah makan malam, Mama mulai sibuk menanyaiku tentang jilbab yang cocok untuk beberapa pakaian beliau.
"Yang dongker," jawabku yang masih duduk di kursi.
"Nah, satu lagi." Mama masuk lagi ke kamar. Kali ini aku mengikuti, dan segera naik ke atas kasur. "Kalau bajunya ini, lebih cocok yang mana?"
"Keduanya cocok," jawabku setelah berpikir. "Tapi, memangnya Mama mau ke mana?" Kulirik koper yang terbuka lebar di hadapanku.
"Eh? Mama enggak bilang Mama mau ke Jakarta?" Mama tampak terkejut.
"Eh?" Aku juga terkejut. "Kapan Mama bilang?" Ekspresiku berubah datar.
Mama tertawa kecil. "Mama belum bilang, ya? Mama mau ke Jakarta buat rapat. Tiga malam."
Bukan karena Mama pergi jauh (ke Jakarta), Mama juga sering pergi ke luar Pulau Sumatera, ke Jakarta paling sering. Namun, yang membuatku terkejut adalah karena tahu-tahu Mama sudah berkemas koper saja.
Ya, siapa pun pasti terkejut, kan?
Adegan Tiga: Mama Praktik?
Hari sudah sore. Aku sendirian di rumah, karena Bang Rafif yang waktu itu kelas dua belas sudah memasuki waktu belajar sore.
Mama tidak pulang dari siang, sampai sore. Jadi, kupikir Mama sepertinya sangat sibuk.
Bel rumah berbunyi. Karena aku sendirian, dan karena sepertinya yang menekan bel adalah perempuan, aku pun beranjak membuka pintu.
"Ibuk ada?"
"Ah, Mama mungkin udah pergi praktik di Apotek Zahrani."
Sedikit sulit meyakinkan pasien itu kalau Mama memang sudah pergi praktik, sampai akhirnya dia pergi.
Biasanya pasien suka begitu. Karena tidak mau mengantre, mengambil jalan pintas dengan datang ke rumah.
Ponselku berbunyi, ternyata itu dari Mama.
"Bagaimana kabarnya, Alma?"
"Baik, Ma. Tadi ada pasien, udah Alma suruh ke Apotek." Aku berjalan ke kamar dan berbaring di kasur.
"Eh? Tapi Mama sedang di Padang sekarang."
"Hah?" Aku bangkit duduk. "Oh iya, gimana, nih? Alma bilang Mama di apotek."
Mama tertawa di ujung sana. "Engga pa-pa, ada dokter pengganti, kok."
Malu sekali! Benar, malu sama pasien tadi. Aku sudah bersikeras ada Mama di sana.
Saking seringnya Mama dinas luar, bahkan aku sampai lupa. Ini juga gara-gara Mama cuma pulang sore, setelah itu lanjut praktik. Jadi, aku sering mengira Mama masih di Lubuk Sikaping.
Adegan empat: Lagi?
Hari Senin, di kelas.
"Li, mamaku hari ini pergi ke Padang." Aku berkata pada teman sebangkuku, Lili.
"Terus, sama siapa kamu tinggal?"
"Sama Kakak."
Hari Rabu, di teras kelas.
"Oh iya, Mamaku pergi ke Bukittinggi."
"Pergi lagi? Ngapain?" Lili kelihatan terkejut.
"Dinas luar, tapi cuma balik hari, kok." Aku tersenyum. Padahal baru kemarin Mama pulang dari Padang.
Hari Kamis, di kelas.
Wajahku serius menatap Lili. "Li, Mamaku ke Jakarta."
"Ha? Pergi lagi?"
Aku mengangguk sok takzim. "Sampai hari Selasa, sekalian lihat Bang Zaki."
"Kamu ditinggal terus, ya."
Yah, begitulah. Bahkan teman-temanku juga sering kaget. Tak jarang mereka akan bertanya, "Kamu enggak takut?"
Entahlah. Aku akui aku memang penakut. Tapi, kalau untuk soal jaga rumah sendiri, aku tak begitu takut.
Mama itu sibuk sekali. Kami jarang bertemu di rumah. Apalagi sejak SMA, saat aku pulang jam setengah tiga atau lebih. Pas pulang, biasanya Mama masih di kantor. Jam empat pulang, habis itu praktik jam lima.
Mama memang pulang setelah magrib untuk makan malam dan kembali praktik setelah isya, tetapi terkadang aku sudah tidur saat Mama pulang jam sepuluh malam.
Eh, kok agak melenceng dari dinas luar. Jadi, kesimpulannya, biasanya dalam satu bulan, minimal Mama akan pergi dinas luar dua kali. Bisa di dalam atau luar kabupaten, bisa di dalam atau di luar provinsi. Untung belum pernah ke luar negeri.
Saat aku menulis part ini, Mama juga sedang dinas luar. Hehe. Tidak apa, mau Mama dinas luar atau tidak, tidak terlalu berbeda bagiku. Aku cuma berharap Mama selalu pulang dengan selamat.
Kalian bagaimana? Apa orang tua kalian juga sering pergi-pergi atau dinas luar?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top