3: Kejadian Tak Terduga
Rencana Allah itu bagai plot twist, tak terduga tapi pasti.
_DewiMaharani_
***
Zulfa keluar dari masjid setelah melaksanakan shalat ashar. Dia melangkahkan kakinya menuju sebuah kafe yang berada di seberang masjid.
Zulfa menyebrang, melirik ke kiri dan kanan, karena takut ada kendaraan, lalu menunduk.
"Awass!" teriak seseorang yang spontan membuat Zulfa berhenti. Dan merasakan tubuhnya didorong seseorang.
Zulfa menoleh ke belakang, dia melihat seorang laki-laki yang tengah menahan sebuah tangga yang siap menghantam dirinya dari samping kafe. Karena kebetulan sisi samping kafe sehabis direnovasi, dan tangganya belum disimpan ke tempatnya semula.
Zulfa menengadah sedikit.
"¹A-akhi," ucap Zulfa yang kaget melihat seorang lelaki di belakangnya.
"Iya, ukhti?" Lelaki itu menoleh, dengan cepat Zulfa menundukkan kepalanya.
"Syukron² udah nolong ana³!"
"Afwan, ukhi nggak apa-apa?"
Zulfa menggeleng, "lain kali hati-hati ya, ukh! Lain kali harus ada yang jagain, ⁴akhwat nggak diperbolehkan safar sendiri tanpa mahram!" jelas lelaki itu yang membuat Zulfa tertarik ingatannya pada kejadian kemarin, saat ditanya tentang pasangan oleh ayahnya.
Jika Allah mengijinkan, maka aku lah yang akan menjagamu, Ukhti.
Lelaki itu menarik ujung bibirnya menatap Zulfa yang tengah menunduk.
Lelaki itu Zikri, orang yang mencintai diam-diam wanita di depannya.
Seorang pria paruh baya berlari ke arah mereka.
Zulfa yang menunduk, sedikit menengadah ke arah suara langkah kaki itu.
Setelah tepat di hadapan mereka, lelaki itu mengatur deru napasnya agar stabil, lalu tersenyum.
"Maaf, saya lupa bawa tangganya. Untung ada Mas yang jagain istrinya!"
"Bukan," ucap mereka serempak yang membuat pria itu heran.
Pria itu terkekeh sembari mengambil tangga yang berada di tangan Zikri.
"Kenapa bukan? Saya kira, kalian suami istri. Saya doakan agar kalian benar-benar suami istri, karena kalian sangat cocok."
Zikri terkekeh mendengar ucapan pria itu. Sedangkan Zulfa dia kembali menunduk.
Aamiin! Semoga doa Bapak terkabul, karena saya mencintai dia.
"Makasih, Pak doanya."
Zulfa yang kaget mendengar ucapan Zikri langsung mendongak, menatapnya heran.
Siapa dia? Aku belum pernah kenal dengannya. Apa maksud dia? Kenapa berbicara seperti itu. Lelaki aneh.
Pria itu mengangguk, lalu izin untuk pergi.
Begitupun Zulfa yang izin pergi duluan untuk menelpon sang ayah.
Zikri masih mematung di tempat, matanya memerhatikan Zulfa yang sedang menelpon seseorang.
Zikri langsung melangkahkan kakinya menuju pintu masuk kafe, karena jarak Zulfa dan langkah Zikri tak jauh membuat Zikri mendengar ucapan Zulfa.
Ternyata dia sedang menelpon ayahnya, meminta izin pulang terlambat.
Lagi-lagi Zikri tersenyum dan berdoa dalam hati agar Zulfa lah yang menjadi tulang rusuknya, juga mengabdi padanya.
Zikri langsung masuk ke dalam kafe, dia menghampiri orang yang sedang melambai-lambaikan tangannya.
Dia langsung duduk berhadapan dengan lelaki seumurannya. Lelaki itu adalah teman Zikri, dia Rega beserta istrinya Maya.
"Assalamu'alaikum," sapa Zikri sembari tersenyum.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab mereka serempak.
"Udah dari tadi nunggu?"
"Nggak juga, Zik, kita juga lagi nunggu seseorang lagi," jelas Rega yang membuat Zikri mengerutkan kening.
"Siapa?"
"Temennya bini ane," jawab lelaki berwajah tegas itu.
"Tuh dia baru ke sini!" Maya melambaikan tangannya pada seorang wanita.
Bukannya itu Zulfa ya?
Tak lama kemudian wanita bergamis polos berwarna biru tua itu berada di hadapan Maya.
Wanita itu adalah Zulfa, temannya Maya.
Zulfa langsung mengucap salam, dan langsung dipersilahkan duduk.
Zikri, Zulfa, Rega dan Maya berada di kafe ini untuk merencanakan acara peringatan hari besar Islam yang sering disebut PHBI, mereka akan mengadakan Maulidan disalah satu masjid tempat mereka kajian.
Yang ditunjuk menjadi panitia penyelenggara adalah Rega dan Maya, karena mereka merasa berdua saja tidak cukup, maka mereka melibatkan Zikri dan Zulfa juga. Karena mereka yang selalu aktif dalam acara-acara tentang PHBI.
Setelah beberapa menit Zikri dan Rega, Zulfa dan Maya membahas masing-masing tentang rencana Maulidan, Maya langsung tersadar bahwa Zikri dan Zulfa belum berkenalan.
"Mas, Zulfa belum kenalan sama temen kamu!" Zulfa menghentikan obrolannya lalu menatap Maya.
"Iya, lupa afwan!"
"Zul, ini MZZM," ucap Rega yang mendapat pelototan dari mata sang istri.
"Maksudnya Muhammad Zikri Zainul Muttaqin, dia selalu jadi qori di majelis tempat kamu kajian. Suaranya bagus kan?" jelas Rega yang membuat Zulfa kaget, dengan cepat dia menetralkan mimik mukanya.
MasyaAllah, ternyata dia yang selalu jadi qori. Suaranya merdu banget.
"Sekarang giliran aku yang kenalin my best friend, dia Zulfa Salsabila Putri. Yang nggak pernah absen kajian, dia juga masih single, masih nunggu katanya," jelas Maya yang membuat Zulfa malu dan menunduk.
Zikri menatap Zulfa, begitu pun sebaliknya, mereka menyatukan kedua tangannya serempak.
"Nama kalian diawali huruf yang sama, ya! Cocok banget tuh kalo jadi pasutri," ucap Rega yang membuat Zikri dan Zulfa menatapnya heran.
"Iya tuh, Zul, kamu sama Zikri cocok, kalian kan single sama-sama mapan lagi," celetuk Maya yang membuat Zulfa tersenyum.
"Udah jangan dibahas dulu masalah pribadinya, May. Kita kan ke sini mau bahas buat acara Maulidan," kata Zulfa yang tak mau membuat dia semakin terpojokkan.
****
Daun-daun berlenggak-lenggok ke sana ke mari ditebak angin malam. Hawa dingin mulai menusuk pori, membuat seorang wanita bermukena ungu bermotif bunga menghentikan aktivitasnya, yaitu membaca ayat-ayat Al-Quran.
Dia memungkas bacaannya dengan kalimat, "Shodaqallahul Adzim."
Lalu dia melepas dan melipat mukenanya lalu pergi keluar kamar dengan piyama warna merah untuk menuju dapur. Untuk membuat susu cokelat kesukaannya juga menghilangkan rasa dingin yang hinggap di tubuhnya.
Seperti biasa, sesudah membuat susu cokelat dia menuju ruang keluarga untuk berkumpul.
Rumah Zulfa memiliki peraturan, salah satu peraturannya adalah berkumpul sehabis shalat isya. Salah satu peraturan ini bertujuan agar selalu adanya interaksi antar anggota keluarga. Karena zaman dan teknologi semakin maju membuat Abram berinisiatif untuk selalu berkumpul pada waktu tertentu bersama keluarga tanpa gangguan gadget, yang pada saat ini para manusia lebih sering tenggelam pada ponselnya daripada berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.
Hal itu membuat tali silaturahmi yang mulai renggang. Zaman benar-benar sudah merenggut segalanya.
"Assalamu'alaikum," ucap Zulfa yang langsung duduk di samping ayahnya.
Sudah kebiasaan untuk Abram mengintrogasi kegiatan anak-anaknya siang tadi.
Setelah kedua adiknya yang bercerita, sekarang giliran Zulfa yang menceritakan kegiatannya hari ini.
Dengan jelas Zulfa menceritakan semua kegiatannya tadi siang.
"Kak, rencana Allah itu bagai plot twist, tak terduga tapi pasti," celetuk Rafi yang mendengarkan ucapan sang kakak.
Zulfa mengerutkan keningnya, "Lah kenapa disamaain sama plot twist?"
Plot twist adalah jalan cerita yang tak terduga, yang sering terjadi dalam kehidupan, karena Allah sang pembuat skenario hidup terbaik.
"Tak terduga, tapi pasti. Kakak nggak nyangka bakalan ditolongin sama kak Zikri kan? Tapi Allah kan udah rencanain diluar dugaan kalo Kakak bakalan ditolongin sama laki-laki kaya kak Zikri. Mungkin itu yang disebut jodoh kali Kak," ucap Rafi yang terkekeh diakhir kalimat.
"So bijak banget kamu, Fi!" celetuk Rafa.
"Kakak Rafa Rafasya Abdurahman yang paling ganteng, kenyataan membuktikan bahwa adik kembar emang lebih bijak!"
"Terserah kamu ajah, Fi!"
Perang ucapan antara adik kkak akhirnya berhasil dilerai oleh Abram yang berprofesi sebagai panglima TNI AD.
"Kamu cocok kayaknya sama Zikri, Nak!" Suara bariton yang keluar dari mulut Abram membuat Zulfa menelan ludah.
Zulfa terkekeh, "Jika Allah berkehendak, Yah. Semuanya kan udah diatur, udah ada di Lauh Mahfudz," ucap Zulfa yang sedikit risih jika membahas tentang Zikri.
"Serahkan semuanya pada Allah, Nak. Apapun itu, rencana Allah pasti yang terbaik!" imbuh Ibunya Zulfa yang melihat raut wajah anak perempuannya dilanda kebingungan.
****
Pagi hari ini Zulfa telah rapi dengan pakaian khas guru, hanya saja dia menggunakan rok berwarna senada. Di tangannya membawa beberapa buku pelajaran untuk hari ini.
Hari ini Zulfa mengajar kelas VIII D.
Karena kebiasaan Zulfa ketika berjalan menundukkan pandangan, membuat dia bertabrakan dengan seseorang yang berfokus pada ponselnya. Karena buku-buku yang dipegang Zulfa jatuh, dengan cepat dia memungutnya.
Sebuah tangan berkulit putih, berjari panjang juga ikut memungut buku-buku itu.
Karena penasaran, Zulfa mendongak.
Yang dia tangkap, sesosok lelaki jangkung berkulit putih dengan seragam khas guru. Sudah tak asing lagi bagi Zulfa untuk mengetahui siapa lelaki itu.
"Zikri?"
****
Alhamdulillah bisa publish, beberapa hari yang lalu terlantarin si cinta ini.
Jangan lupa baca surah Al-kahfi ya! Malam Jum'at soalnya.
1. Akhi = laki-laki
2. Syukron = terima kasih dlm bahasa Arab
3. Ana = saya
4. Akhwat = perempuan
-Kamis, 18 April 2019-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top