Kencan
Nb: postingan ini mengandung promosi.
🐾🐾🐾🐾
"Kok sepi, Bu? Pada ke mana?" tanya Rey kepada ibunya, Vira.
Hari Minggu itu identik dengan rumah yang ramai. Kalau pun sepi, itu karena mereka liburan bersama. Namun, sore ini tampak berbeda. Rey bangun dari tidur siang dan disambut keheningan. Hanya ada Vira, yang tampak sedang membaca buku.
"Oh itu, tadi Rana minta diantar ke rumah Om Toro. Katanya mau pinjam tas ranselnya Seina buat acara sekolah."
"Yah, kok nggak ngajakin sih kalau ke rumah Om Toro," ujar Rey dengan kecewa. Dia ikut duduk bergabung dengan ibunya. Tangannya terulur mengambil toples kue yang ada di meja. Saat rasanya tidak sesuai selera, dia menutupnya kembali.
Vira menutup buku yang sedang dibacanya. "Ngapain kamu ke sana? Mau godain Om Toro lagi? Om Toro ngomel mulu tiap ketemu Ibu."
Rey tersenyum geli, "Ngapain ngomel coba, Bu?"
"Katanya tiap ketemu, kamu bilang mau nikahin Seina terus."
Rey menatap ibunya dengan serius. Diraihnya tangan yang hangat itu, lalu digenggam. Gaya Rey kalau ingin berbicara serius.
"Bu, kalau ada orang semacam Abang yang mau lamar Rana, diterima nggak?" tanyanya kemudian.
"Kalau wajah relatif, tapi kalau kayak abang loloslah. Nah, terus selanjutnya tergantung gimana agamanya."
"Kalau ilmu agamanya setaraf Abang?" tanya Rey lagi.
Vira berpikir sebentar. "Kalau kaya Abang, ya?"
Rey mengangguk.
"Kalau Ibu sih diterima, entah kalau ayah."
Rey tersenyum puas mendengar jawaban itu. "Nah, Ibu aja setuju, masa Om Toro nolak calon suami potensial begini," akunya bangga.
Vira berdecak.
"Serah kamu, Bang. Tapi, Ibu takutnya Seina jadi ngarep beneran sama kamu."
"Abang bercanda doang kok, Bu. Seina itu sama kayak Rana, berasa adek sendiri."
Vira tersenyum lega. Minimal, kekesalan Toro itu hanya karena sebatas candaan Rey. Lagipula, dia ingin menambah kerabat lebih luas, mengingat keluarganya juga Rio tidak besar.
"Bu, kita kencan aja yuk? Mumpung berdua ni, Abang kemarin abis gajian. Nanti ditraktir makan deh," ajak Rey yang merasa situasi sedang mendukung.
Akhir-akhir ini, dia masih sibuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan. Pun, ketika ingin quality time bersama ibunya, selalu ada Rana atau pun Rian mengekor. Hm, kesempatan.
"Mau ke mana memangnya?"
"Temenin ke Gramedia bentar buat cari buku. Habis itu makan kepiting deh, lagi pengen."
Setengah jam kemudian, keduanya sudah siap untuk berangkat. Rey memakai kemeja berwarna maroon, sementara Vira memakai warna yang sama. Keduanya memang sudah sepakat memakainya.
Rey mengamati buku baru yang ada di etalase paling depan. Dia mengambil sebuah buku dan mendekatkannya ke wajah. Efek karena lupa membawa kacamata. Dia tersenyum puas dan mengambil goodie bag untuk membawanya.
Vira menghampiri tidak lama kemudian. Sebuah buku tentang masakan ada di tangan. Dia mengambil alih goodie bag untuk melihat buku pilihan Rey.
"Lho, ini bukunya Tante Rara kan, Bang?"
Vira bertanya sambil menunjukkan novel DIA kepada Rey.
"Sejak kapan kamu baca novel?" tanyanya lagi.
"Iya, memang bukunya Tante Rara. Kemarin udah janji kalau gajian mau beli buku itu. Katanya ada Abang sama Ayah di ceritanya, Bu. Ibu nggak penasaran?"
Vira menggelengkan kepala takjub. Salut dengan Rara yang gencar memromosikan bukunya.
"Ibu kemarin waktu ke sana, udah numpang baca bukunya. Contoh cetaknya ada di meja. Terus tantemu ngomel-ngomel soalnya ibu gak beli," cerita Vira sambil mengingat kejadian tempo hari.
"Woh, pantes Abang jadi korban."
Vira melihat buku lain yang dibeli Rey. Dia melongo parah saat melihat sembilan buku lainnya dengan judul yang sama.
"Ini mau kamu beli semua?"
"Iya, nanti mau tak bagiin sama temen kantor. Biar Tante sama Om seneng."
"Ini gaji pertama kamu lho, Bang. Yakin?"
"Iya, nanti kalau uang bensin abis, minta sama Ayah," jawab Rey sambil tertawa renyah. Dia mengambil kembali buku di tangan ibunya dan berjalan menuju kasir.
Vira menatap kagum pada Rey. Selama ini meski bukan darah dagingnya, kasih sayang yang dia berikan selalu sama dengan Rana maupun Rian. Rey, dengan caranya sendiri sudah mengambil hatinya. Sama sepertinya, hubungan Rey dengan Rara pun tak kalah dekat. Rey sudah seperti anak pertama di keluarga mereka. Tak heran jika sekarang rela membelanjakan gaji pertamanya demi buku Rara.
Selesai berbelanja, Vira dan Rey menuju warung anglo. Ada berbagai olahan kepiting disajikan dengan rasa yang menggugah selera. Mereka sepakat memesan kepiting rasa lada hitam porsi double.
Ketika pesanan siap, Rey mengambil foto terlebih dahulu. Dia membuat instastory kemudian.
💕💕Porsi double, Kencan bareng wanita tercinta. 💕💕
Posting.
"Yup, sekarang kita makan, Bu."
Keduanya menikmati hidangan yang ada. Hingga kemudian, suara notifikasi ponsel membuat Rey menghentikan makan. Pesan dari Rana.
Abanggggg! Makan sama Ibu, ya? Kok Rana nggak diajakin? Sebelll! 😈😈😈😈😟😟😟🙅🙅🙅😢😢😢
"Dari siapa, Bang. Makan dulu, baru main hp," tegur Vira dengan tidak suka. Terlebih lagi melihat Rey yang malah cengegesan.
Rey menyodorkan ponsel kepada ibunya. "Rana, Bu."
Tak urung, Vira ikut tersenyum melihat pesan putrinya.
Rey memilih mengabaikan pesan Rana dan kembali menikmati makan. Dia baru saja menyelesaikan pembayaran ketika sosok yang sangat dikenalnya muncul. Matanya membulat sempurna.
Matanya nggak salah lihat, kan?
"Nggak usah bengong, Bang. Itu Rana ngambek, minta nyusul," ujar lelaki yang tak lain adalah ayahnya.
Rana baru saja berlalu tanpa menyapanya. Sementara di belakang ayahnya, ada Rian yang tersenyum kecil. Alih-alih pulang, Rey kembali menghabiskan satu ekor kepiting.
🐾🐾🐾🐾
Yup, sesuai catatan sebelumnya. Cerita ini dibuat spesial untuk promosi. Rasanya kurang sipp kalau cerita adek sendiri gak dipromosiin.😅😅
Buat teman-teman yang berminat cerita Andra-Rara versi cetak sila dipesan ya.
Btw kalau mau pesan sekalian Calon Ibu juga boleh.
Terima kasih
Alyaaa
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top