BAB 14
[Jangan lupa vote and Coment cerita author 💜💜💜]
****
Dua hari sejak kejadian itu. Ana tidak pernah melihat Aditya lagi. Ia sedikit khawatir. Bahkan ketika ia mendatangi apartemen tersebut kosong. Aditya tidak ada disina. Yang paling membuat Ana bingung adalah posisinya yang berubah, ia dipindah ke divisi keuangan tidak lagi menjadi asisten Aditya.
Seharusnya Ana senang karena tidak harus berhadapan dengan Aditya lagu. Namun ia sedikit merasa kehilangan. Mungkin Ana sudah gila, ia merindukan di omelin Aditya atau di perintah dengan tugas yang tidak masuk akal. Ia rindu suara pria itu.
Apa Aditya marah karena ciuman waktu itu? Bukannya mereka sudah berciuman lebih dari dua kali. Ana mendesah, ia juga bingung dengan perasaannya. Satu hal yang ia sadari ia masih mencintai pria itu seperti dulu. Andai dulu ia tidak melukai Aditya pasti semua ini tidak akan terjadi.
Ana berjalan memasuki lobi kantor. Sudah dua hari ia tidak menemukan Aditya di tempat kerja. Ia ingin sekali bertemu pria itu walau hanya sebentar. Ana mengakui dirinya kalah ia tidak bisa berpura-pura untuk melupakan perasaannya. Ia mencintai Aditya sama seperti dulu. Awalnya ketika ia bertemu Aditya, ia ingjn pura-pura melupakan perasaannya, ia merasa tidak pantas untuk mencintai pria itu lagi. Ia terlalu berdosa bahkan ia miskin.
Aditya mungkin akan menganggap permohonan maafnya lelucon. Jadi ia membiarkan dirinya ditindas Aditya, agar pria itu melupakan dendamnya. Namun sayangnya Aditya tidak pernah bisa melupakan dendamnya.
Ketika itu sosok pria yang ia rindukan berdiri tak jauh darinya. Jantung Ana berdebar melihat Aditya. Sepertinya ia yang harus berjuang, jika pria itu tidak mau memaafkannya. Ia ingin mengulang semuanya dari awal dengan Aditya, ia ingin pria itu memaafkannya. Ana akan berusaha membuat Aditya kembali seperti dulu.
Banyak sekali yang ingin Ana tanyakan pada Aditya. Apakah pria itu sudah sembuh? Apakah sudah makan? Apakah tidurnya nyenyak? Apakah pria itu tidak bermimpi buruk lagi? Namun semua itu tak bisa Ana ucapkan. Ia takut untuk mengutarakan hal itu. Ia bukan siapa-siapanya Aditya. Ia tidak memiliki hak.
Andai dulu Ana menolak taruhan yang diberikan Luna pasti ini tidak akan terjadi. Menyakiti Aditya adalah syarat agar dia bisa bergabung dengan Luna. Tapi sekarang yang terjadi ia malah ditinggalkan oleh teman-temannya itu karena miskin. Sial sekali dirinya.
Sudah bangkrut, ayahnya meninggal, ibunya dirawat di rumah sakit, teman-temannya tidak tulus padanya dan menjadi bahan balas dendam Aditya. Ana sadar jika ia bodoh. Ia pantas mendapatkan semua hal itu.
"Selamat pagi pak." Sapa Ana.
Aditya hanya menoleh tanpa menjawab. Pria itu begitu dingin bahkan pergi meninggalkan Ana tanpa menoleh sedikitpun.
Aditya berusaha menahan diri di depan Ana. Ia merasa murahan karena menyukai ciumannya dengan Ana kemarin. Ia sampai lupa kebusukan gadis itu.
Aditya tidak ingin terluka lagi bahkan lebih buruknya terlihat seperti pria gampangan yang mudah luluh. Seharusnya Ana yang bertekuk lutut padanya, bukan kebalik Aditya lagi yang gagal move on. Maka dari itu Aditya sengaja menghindari Ana bahkan memindahkan posisi gadis itu.
Sial! Aditya mengumpat dalam hati. Karena lagi-lagi hatinya memberontak keras untuk menyukai Ana kembali.
Ana masuk ke dalam lift. Tubuhnya lemas karena tidak mendapatkan respon apapun dari Aditya. Ia bahkan tidak menyadari ada Sean di sampingnya. Sean merasa aneh dengan Ana yang terlihat tidak bersemangat. Bukannya Ana seharusnya senang karena tidak lagi bekerja di bawah perintah Aditya.
"Kamu kenapa Ana kok lemes banget?" Suara Sean membuat Ana mendongak.
Gadis itu terkejut mendapati Sean berada di dekatnya. "Sejak kapan kamu disini?" Sean tersenyum kecil bahkan Ana tidak pernah menyadari kehadirannya sekecil apapun. Sepertinya Ana tidak akan pernah bisa menyukainya.
"Kita masuk bareng tadi. Kamu aja yang terlalu serius melamun." Balas Sean menceritakan kronologis yang terjadi.
"Maaf."
"It's okey Ana."
"Jadi apa yang membuatmu sedih?" Tanya Sean kembali. Ia penasaran dengan apa yang dipikirkan Ana. Andai saja ia bisa membaca pikiran gadis itu.
"Aku hanya memikirkan ibuku, kapan dia sembuh." Ujar Ana tidak mungkin ia mengatakan jika ia rindu dengan Aditya. Sean tidak boleh tahu masalah ini. Sean pasti akan melarangnya menyukai Aditya.
"Ibumu akan baik-baik saja Ana. Kamu hanya perlu berdoa pasti Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk ibumu." Balas Sean menguatkan Ana. Ia tahu Ana begitu tertekan karena penyakit ibunya yang tidak kunjung membaik. Padahal Ana sudah berusaha keras mengumpulkan uang demi perawatan terbaik ibunya.
"Terimakasih Sean. Kamu memang Sahabat terbaik yang aku miliki." Ana sedikit trauma berteman dengan peremuan. Itulah kenapa ia hanya dekat dengan Sean sekarang. Mungkin temannya hanya Sean.
"Aku akan selalu ada untuk kamu Ana. Kapanpun kamu butuh aku." Sejujurnya Sean sedih setiap Ana menganggapnya sahabat. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia juga tidak ingin memaksakan perasaannya dengan Ana. Yang penting untuknya Ana bahagia. Itu cukup membuatnya juga bahagia.
"Nanti kita makan siang bersama kamu mau?" Ajak Sean tidak menyia-nyiakan kesempatan.
"Oke." Jawab Ana.
"Semoga saja makan siang nanti tidak dibatalkan lagi seperti dulu oleh bos." Mendengar itu entah kenapa Ana jadi sedih. Ia jadi ingat Aditya yang berusaha membuat dirinya dan Sean untuk tidak pernah makan bersama. Sekarang tidak akan ada yang melarangnya lagi.
"Bos tidak bisa melarang ku lagi Sean. Aku sudah tidak menjadi asistennya lagi yang harus berada disisinya selama 24 jam." Ana berusaha untuk tidak terlihat sedih karena tidak bekerja dengan Aditya lagi.
"Kamu tahu aku senang karena tidak akan ada yang menggangu kita lagi." Ucap Sean sambil mengelus rambut Ana.
Ana terpaku mendengar itu. Ia merasa ucapan Sean memiliki makna lain. Apa Sean menyukainya? Tapi tidak mungkin, Sean hanya menganggapnya sahabat tidak lebih. Ia juga tidak boleh berpikiran seperti itu. Karena persahabatan mereka nanti akan canggung. Ia tidak mau kehilangan Sean sebagai sahabatnya.
"Sampai ketemu nanti siang Ana. Bye.." ucap Sean ketika pria itu keluar dari lift meninggalkan Ana sendiri di dalam.
Ana tersenyum menjawab itu. Ia merasa akhir-akhir ini Sean berubah. Pria itu sedikit berlebihan dan ingin tahu semua yang ia lakukan. Ana menggelengkan kepala, ia tidak boleh berpikiran buruk terhadap Sean. Pria itu baik bahkan selalu ada disaat ia suka dan duka.
🍁🍁🍁
Follow Instagram:
@gullastory
@wgulla_
@adityaarjanggi
@anatasya_ryhn
💜💜💜💜
Ikutin terus cerita ini ya..
Love you
Salam
Gulla isteri sahnya Lee Min ho
Tidak bisa diganggu gugat..
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top