[23]
Michael mengertakkan rahangnya keras. Dia tidak berharap untuk bertemu dengan dua putri Kembar disini. Karena perebutan stok makanan yang terjadi selama tiga hari belakangan, pihak mereka menjadi sering bertemu dan bertarung. Walau ada ranker yang membantu disisi Michael, tetap saja mereka kewalahan bertarung bersama para putri ini dan alhasil sering mereka menjadi kehilangan kesempatan mendapatkan hewan buruan.
Ini berdampak dengan emosi Yuri yang semakin hari semakin memburuk. Bahkan dia mengancam akan memakan mereka sebagai gantinya. Tentu pengingat dari Lero Ro tentang indukan yang dipilih sebagai 'ibu' memiliki kemungkinan menjadi kanibal sudah mereka ketahui. Membuat semua orang berusaha lebih keras dan lebih keras untuk mencukupi kelaparan Yuri.
Dua putri Kembar bersama dengan Elaine sang mantan administrator di stasiun NameHunt benar-benar membuat mereka kewalahan. Walau mereka juga berhasil mendaratkan serangan pada ketiganya hingga menyebabkan cedera, namun segera setelahnya mereka dibalas lebih ganas lagi. Endorsi baru saja datang dan dengan cepat berakomodasi dengan Elaine, membuat serangan mereka semakin ganas. Mungkin karena Endorsi sendiri sudah pernah bertarung dan kalah dari Elaine, jadi dia dapat mengerti bagaimana pola serangan sang gadis Lo Po Bia yang terbuang itu.
"Kita harus mundur dulu!" saran Michael pada rekan rankernya. Namun mereka menolak, "Kita tidak bisa, bagaimanapun sudah sejauh ini! lagipula apa kau lupa apa yang dikatakan oleh panitia itu? kita bisa melakukan apapun! Apapun termasuk membunuh! Larangan itu sudah di cabut!"
"Tapi,..."
"Kalian begitu berisik! Cepat dan ayo bertarung!" seru Endorsi dengan kejam melancarkan serangan. Menghantam tepat pada salah satu ranker hingga ranker itu terpental cukup jauh. Ranker tersebut baru saja mendapat pijakannya kembali saat Shilial dengan cepat mengambil keuntungan ikut menyerangnya. Ranker yang lain hendak membantu, tapi ditahan oleh kemampuan unik Elaine dan Lilial.
"Tch! Hanya karena seorang Putri Zahard jangan pikir bisa mengalahkan kami para ranker dengan mudah!" seru salah satu ranker yang dengan cepat membalas serangan. Serangan itu kuat menyebabkan efek ledakan yang besar. Dan disaat para gadis yang mencoba bertahan melindungi penglihatan mereka, serangan lain datang.
"Ugh, mereka bermain kotor." Desis Elaine tidak senang.
"Ini menyebalkan! Dimana ranker yang berada di pihak kita?" gerutu Shilial kesal, meringis saat merasakan sakit di tempat yang terluka.
Pulau terapung itu luas dan penuh dengan vegetasi dan makhluk hidup. Selama ini para pemain lebih fokus pada domba dan hewan merumput lainnya sehingga mereka tidak pernah mendalami dengan benar setiap pelosok pulau. Yamah berhenti di depan pintu gua, tanpa babibu melancarkan serangan kedalam sana.
ROAAR
Suara geraman binatang buas terdengar. Tanah bergemuruh saat makhluk besar dan jelas karnivor itu keluar dengan mata ganas. Makhluk itu memiliki tampilan mirip seperti Zigena yang biasa hidup di lantai 25 namun tampak lebih ganas dan menyeramkan. Tubuhnya juga berwarna hitam berkilau dan jelas kuat. Ada bekas goresan di sana yang mana merupakan bekas serangan Yamah tadi.
Efek samping dari menjadi indukan yang terpilih pada umumnya ada rasa overprotektif pada apapun yang sejak awal sudah di jaga. Seperti seorang suami yang akan menjadi semakin overprotektif dan posesif pada pasangannya. Namun Yamah hanya memiliki mata untuk kesejahteraan Ras Anjingnya. Sehingga dia sama sekali tidak merasa banyak hal yang harus dilindungi selain dirinya sendiri.
Namun selain yang diatas juga ada pergeseran emosi yang terjadi dengan sangat tidak stabil. Dalam kasus Yamah ini berubah menjadi rasa haus darah untuk terus bertarung dan bertarung. Sebelumnya itu tidak jelas dan Yamah berpikir itu hanya sebuah rasa lapar yang melanda. Namun saat salah seorang Ranker yang berada di jajaran tentara Zahard yang juga berada dalam timnya, mengatakan sesuatu yang buruk tentang ras anjing.
Memicu amarah sang Pemimpin Ras Anjing ini hingga terjadi pertempuran antar tim. Yamah menang pada akhirnya, dan saat darah musuh yang sudah kehilangan nafas itu memercik pada cangkang telur. Yamah tahu, rasa lapar yang dia rasakan bukan untuk makanan. Tapi itu adalah rasa lapar si telur akan darah. Jadi dia berburu dan terus berburu. Semakin kuat yang dia lawan semakin baik itu.
Yuri disisi lain benar-benar dilanda rasa lapar. Dia lelah menunggu jadi dia memutuskan untuk turun sendiri. Mencari buruan sambil berburu tidak buruk juga walau dia menjadi lebih cepat kelelahan. Namun itu semua energi cepat kembali saat dia memakan hewan buruan yang dia bakar dengan asal.
"Hm, di bawah kacau sekali." Komentar Urek saat melihat pemandangan di bawah menaranya. "Woah, aku tidak tahu Yuri bisa makan sebanyak itu." lanjutnya dengan wajah horror saat melihat sebuah hewan raksasa yang ukurannya 10X dari ukuran Yuri sendiri dan itu sudah tinggal tulang saja.
Elliot hanya melihat pemandangan di bawah sebentar sebelum kemudian mendaftarkan bahwa telur milik Yamah adalah yang paling terang di bandingkan yang lain. Jelas itu akan menjadi yang paling cepat menetas jika Yamah terus lanjut berburu dan bertarung begitu. Mengangkat pandangannya, Elliot melihat menara lain yang berada di seberang pulau. Puncak menara itu sudah tidak terlihat karena tertutupi awan gelap dan juga kilatan petir yang terus bersahutan turun. Itu tidak terlihat jelas, tapi awan itu jelas semakin lama terus membesar.
Masih ada waktu 13 jam lagi hingga permainan berakhir, tapi itu cukup hingga awan itu berkumpul menutupi separuh pulau. Elliot membatin saat dia menganalisa situasi. Dan jika dia sampai tidak menemukan indukan telur yang lain, Slayer itu pasti akan mengamuk dan menghancurkan satu lantai ini.
Suara raungan terdengar di seluruh pelosok pulau, tanah terguncang dan aliran shinsu terasa bergetar. Mereka yang tengah bertarung berhenti di tengah-tengah pertarungan saat mengamati apa yang mungkin terjadi. Salah satu ranker yang bersama dengan Michael juga tampak bertanya-tanya apa yang mungkin terjadi saat tanah di pijakan mereka bergetar. Cakar besar satu binatang buas keluar dari tanah, dengan mudah mencengkram apa yang didapatnya hingga hancur tanpa sempat mendaftarkan apa yang menimpa mereka.
"Cepat lari! Kembali ke menara!" perintah Elaine yang berdiri dibantu oleh serigala miliknya.
Shilial dan Lilial menghindari tangan-tangan hewan buas yang tubuhnya masih belum terlihat. Mereka ingin melawan, tapi saat melihat ke sisi lain, mereka melihat binatang buas lain yang lebih besar. Yakin tidak mungkin bisa mengalahkan mereka dengan mudah, keduanya juga memutuskan untuk lari.
Endorsi disisi lain melarikan diri dengan lancar. Dengan bantuan bong-bong, gadis itu dengan cepat sampai lebih dulu ke puncak menara. Melihat pemandangan dari bawah, Endorsi tidak bisa membantu tapi hampir mual melihat ada ranker yang terlambat melarikan diri hingga menjadi santapan ataupun mainan binatang-binatang itu. Dan gadis itu semakin merasa mual saat melihat satu gunung tulang bersih didekat Yuri.
"Wanita tua itu memakan mereka?" gumannya tidak percaya.
"Apa-apaan hewan buas itu? mereka tampak berbeda dan sangat tahan dengan shinsu." Ha Cheonhee menggerutu sebal saat dia menghindari serangan dari salah satu binatang buas yang mengejar. Butuh serangan yang terus dilakukan secara berkala hingga kemudian binatang itu tumbang.
"Aku tidak yakin, tapi itu sepertinya salah satu ujian dalam permainan ini." ujar Kallavan saat melihat mayoritas hewan-hewan buas itu lebih memilih menyerang para indukan telur. "Mereka mungkin predator yang mengincar telur."
"Bukankah telur-telur itu berharga sehingga Zahard menyimpan mereka? kenapa dia malah mengizinkan adanya para pemangsa ini yang mungkin membahayakan keselamatan para telur?" ujar Cha tidak mengerti.
"Bodoh, tentu itu untuk menguji apakah mereka yang menjadi para 'orangtua' telur itu layak atau tidak!" tukas Doom jengkel.
Yuri menendang tulang di bawah kakinya, satu tangan mengusap lembut telur merahnya yang semakin bercahaya sementara tangan lain menghunuskan GreenApril. "Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi tetap saja. Selamat Makan!!"
BOOM
DUAR
Ledakan demi ledakan terdengar diiringi guncangan kuat di tiap pelosok pulau terapung. Elaine berhasil sampai di ikuti dua putri kembar, nyaris tidak berhasil saat tentakel hewan-hewan raksasa di bawah hampir menangkap mereka. Hewan-hewan itu jelas mampu terbang untuk mengejar hingga puncak, tapi mungkin karena susunan mantra di sana, hewan-hewan itu tidak mampu memasukkan cakar ataupun bagian tubuh mereka memasuki teritori lantai puncak. Yang sungguh sangat membuat mereka menghela nafas.
"Tunggu! Dimana Yamah?" Shilial menyapu pandangan kesekeliling, heran tidak menemukan Yamah dimanapun. Hanya ada tubuh-tubuh mati para ranker yang diketahui adalah bagian kelompok mereka saja disana.
Endorsi menendang mayat yang menghalangi jalannya, melihat itu adalah salah satu bawahan Kallavan. Bagus, Yamah adalah bagian FUG, jelas hal ini akan semakin mengipasi kobaran api perang antara pihak FUG dan Zahard. "Tch, jika aku tahu kalau membunuh sudah diizinkan, aku pasti akan membunuh para ranker sialan tadi."
Ellaine mengikat kan lengannya yang terluka dengan robekan jubahnya, menatap datar kekacauan dibawah. "Ada satu regular FUG di tim tadi, aku tidak akan mengikuti mu."
"Siapa juga yang ingin agar kau mengikuti ku?!" Endorsi mendelik menatap Ellaine jengah. "Dasar! Semua wanita tua itu sama saja!"
"Lihat umurmu, kau juga sudah tua. Dan masih saja bersikeras mengejar pria yang lebih muda, kau pedofil apa." Ejek Lilial menyindir perbedaan umur Endorsi dan juga Baam yang hampir semua orang tahu kalau Endorsi sangat tergila-gila untuk mengejar irregular itu.
"Dia sudah dewasa! Dan itu legal!" balas Endorsi marah.
Shilial mendengus menimpali saudari kembarnya, "Tapi fakta bahwa kau lebih tua ratusan tahun tidak terbantahkan. Lagipula, kau ini benar-benar tidak mengingat posisi sebagai Putri Zahard ya."
Di pulau terapung lain, Haoqin tidak bisa menahan tawanya saat mendengar perdebatan para Putri Zahard ini. Mengusap setetes air mata di sudut matanya akibat terlalu banyak tertawa, "Andai mereka tahu kalau umur Irregular satu itu bahkan lebih tua dari pada tetua mereka."
Ran hanya dengan acuh menimpali, "Yah tubuh si Irregular itu siapa yang tahu berapa umurnya, jika aku tidak salah ingat Arlene dipastikan hamil saat diri AA di masa lalu berulang tahun yang ke-10 th bukan."
"Benar, dia akan menjadi yang termuda diantara kita saat itu." Yuexin berkomentar malas. "Tapi sekarang lihatlah, dia yang menjadi tertua sementara kita menjadi juniornya."
Khun mengusap lembut gelang biru yang melingkari tangannya, "Itupun kalau kita menghitung dari usia tubuh, dilihat dari hitungan jiwanya, kita masih lebih tua. Lagipula Baam terkurung di gua selama waktu yang siapa yang tahu, usia mentalnya jauh lebih muda dibandingkan kita bukan."
***
Yamah jatuh berlutut di tanah, hasrat untuk terus bertarung dan membunuhnya masih belum padam. Tapi fakta bahwa telur itu menyerap energinya tidak terbantahkan. Raja dari Ras Anjing itu kelelahan, kekuatannya semakin melemah sementara hewan-hewan kuno yang memburunya datang semakin kuat.
Yuri disisi lain tidak berbeda, dia jauh lebih cepat melemah dibandingkan dengan Yamah. Karena gelombang serangan yang terus memburunya terlalu cepat hingga gadis itu tidak sempat bahkan untuk mengambil satu gigitan daging dari yang berhasil dia bunuh.
Telur merah miliknya semakin bercahaya cemerlang sementara Yuri semakin melemah. Dan juga mungkin karena telur itu yang semakin kuat seiring waktu energi Yuri di serap, hewan-hewan yang datang menyerang semakin banyak dan membabi buta.
Clang
"Sial,..."
Yuri mengutuk kesal. GreenApril di tangannya terlempar cukup jauh membuat dirinya harus mempertahan diri dengan pelindung shinsu dan tubuhnya sendiri.
Serangan hewan itu kuat melempar tubuh Yuri hingga beberapa meter kebelakang. Dada nya terasa sesak saat tubuhnya ynag melemah terkena dampak serangan, membuatnya membatukkan seteguk darah. Tenaga untuk menopang tubuhnya semakin melemah menyebabkan dia jatuh tersungkur. Tangan nya mengepal erat mencoba untuk bangkit kembali, dia benar-benar tidak akan mau menerima kekalahannya seperti ini saja.
"Ugh, aku baru saja akan mendapatkan seorang anak dan aku harus mati? Kalian bercanda?!" gerutu Yuri jelas marah. Jika saja kekuatannya masih dalam tahap normal seperti dirinya yang biasa, pastilah dia sudah mengamuk.
Hewan berukuran sebesar gunung itu mengangkat cakarnya tinggi, siap mengayunkannya untuk menembus tubuh lemah sang Putri di tanah.
SSHHHH
Itu terjadi tiba-tiba. Shinsu di sekitar bergolak dan kemudian terasa seakan lenyap begitu saja. Membuat mereka yang selama ini hidup berdampingan dengan Shinsu dan bisa bernafas berkat adanya Shinsu yang seakan keberadaannya seperti oksigen sesak nafas.
Paru-paru mereka terasa kosong mencekik meronta akan kebutuhan pasokan udara yang tidak terpenuhi. Mereka yang tidak mampu beradaptasi segera pingsan sementara yang lebih kuat hanya merasa sakit yang menyiksa saat kesadaran mereka masih bisa bertahan. Yuri terlalu lelah sehingga dia langsung pingsan saat gelombang itu tiba. Monster yang mencoba menyerangnya tampak membeku dan akan jatuh menimpa tubuh pingsan Yuri.
Suara hempasan terdengar diikuti hempasan lain saat monster-monster yang panik akan ketiadaan shinsu jatuh ketanah. Urek mendarat dengan cepat didataran tertinggi, melihat kelangit dimana awan penuh shinsu liar bergerak dengan cepat hampir menutupi separuh pulau terapung. Dia melihat sumber badai dan kemudian menyeringai lebar, "Bayi itu menggila!"
Petir menyambar membawa shinsu berentitas tinggi. Semua hal yang tersentuh olehnya langsung lenyap, seakan kembali pada ketiadaan. Mereka yang lemah dan tidak bisa bergerak karena kekurangan shinsu bernasib sama, menghilang tak berbekas saat terkena sambaran petir. Melihat ini Urek bersorak pada dirinya sendiri karena berhasil membawa Yuri dengan cepat. Terlebih saat dia melihat tanah tempat Yuri berada tadi sudah berlubang hingga menembus pulau terkena sambaran petir.
"Sial, pergi kesisi lain pulau!" teriak Cha pada Dowon.
Tidak ada yang sempat melanjutkan pertarungan lagi setelah semua kekacauan yang terjadi. Mereka menyisih ke sudut lain pulau secepat mungkin menghindari kejaran badai yang mengamuk. Doom berhenti sejenak saat merasakan kehadiran saudaranya, dengan cepat mencari.
"Yamah! Cepat bangkit! Kau tidak ingin mati disini bukan?!" teriak Doom menarik adiknya yang bertubuh lebih besar dari nya itu.
Dengan Yamah di punggung dan telur oranye milik Yamah di satu tangan. Dia berlari menyusuri jalan saat kecepatannya menurun terlebih karena tidak ada dukungan dari shinsu. Monster-monster yang masih bisa bergerak walau tidak seleluasa sebelumnya juga mencoba menangkap siapapun yang berada di dekat mereka.
Michel terlempar hingga menabrak pohon saat satu monster mengayunkan lengannya, dia mencoba bangun walau tubuhnya terasa mati. Melihat ranker yang direkrut olehnya hancur di bawah cakar monster, Michel sama sekali tidak ragu saat mengambil langah untuk menyerah dari perlombaan. Yang mana sistem langsung menteleportasi dirinya ke pulau Tanpa Nama.
Bukan hanya Michel. Mereka yang tidak sempat menemukan tempat perlindungan di atas menara juga segera mengambil tindakan bijak untuk menyerah. Tim Yamah berada di menara yang berlawan dengan menara tempat Baam berada yang sungguh sangat beruntung sehingga para Putri yang berada disana tidak perlu khawatir akan badai shinsu. Selain merasa tak berdaya dari kehilangan shinsu secara tiba-tiba, mereka bisa dikatakan baik.
Menara tempat Urek sendiri sudah tenggelam dalam lautan badai shinsu sehingga dia beserta anggota timnya yang bisa bergerak bebas dengan cepat mengungsi ke menara Yuri yang juga relatif aman.
Selain dari Elliot, ada dua pengawas lantai lainnya yang satu berada di tim sama dengan Yamah dan satu lagi berada di tim Yuri. Mereka pada dasarnya lebih kuat pada perubahan shinsu tapi walau begitu badai shinsu yang ada tetap akan mempengaruhi mereka walau itu sedikit. Dan walau mereka bisa membantu untuk setidaknya meredakan badai yang ada, tida ada satupun dari ketiganya yang mau mengambil inisiatif.
Tiga ranker pengawas lantai itu terbang di atas langit tepat di atas awan badai. Melihat dengan acuh bagaimana pulau di bawah sana hancur hingga tinggal setengah nya saja.
"Pocket ; Visible Mode."
Elliot melihat waktu yang tersisa disana, menautkan alis saat melihat masih ada waktu setengah jam lagi hingga waktu permainan benar-benar habis. Melihat kembali kebawah dimana awan badai yang membawa dampak destruktif yang ternyata lebih besar dari yang dia perkirakan.
"Hei pengawas! Bagaimana permainannya bisa berjalan jika seperti ini? cepat lakukan sesuatu!" keluh Lilial.
[Sejak awal permainan ini adalah Survival, jadi kalian hanya harus berjuang mempertahankan hidup kalian dari apapun yang ada di pulau] jawab Lero Ro ringan.
Lilial menyeru marah, "Jangan bercanda! Kau ingin kami bertahan hidup dengan semua shinsu gila itu? Tidak mungkin! Kena sambar petirnya saja kami akan lenyap!"
[Karena itu kalian harus bertahan dan mencari tempat yang aman dengan segera~]
Elaine juga mulai kesal, "Dengan benda seperti itu, dimana kami bisa bersembunyi? Kami tidak memiliki kemampuan untuk terbang setinggi para Pengawas Lantai."
[Yah kalau begitu silahkan tunggu kematian kalian~]
"Kamu ...!"
[Atau kalian bisa menyerah, pilihan itu masih ada ditangan kalian]
Lero Ro melipat kedua tangan di depan dada. Sebenarnya selama permainan ini dijalankan, semua peserta menjalaninya dengan level mudah. Sejak awal permainan ini sangat susah dan sangat membahayakan. Akan tetapi semua peserta lebih fokus pada makanan yang harus dipenuhi oleh para 'indukan' membuat kesulitan yang sebenarnya tidak terlihat.
Tidak sampai Yamah dengan sendirinya memicu apa yang menjadi tantangan yang sebenarnya. Para monster yang tersembunyi yang tidak memunculkan diri karena tidak sempat diusik oleh para peserta yang sibuk dengan berburu Sapi dan domba.
Jika saja para peserta sadar betapa lebih bagusnya daging monster itu untuk para Induk telur, dan memburu mereka lebih awal. Tentu sejak awal mereka akan kesusahan dalam memburu dan melestarikan hidup mereka sendiri. Tapi itu akan terbayar cukup mengingat daging Monster itu akan sangat mempercepat pertumbuhan telur.
Tapi karena bahaya di bawah, dan ujiannya sendiri tidak mengharuskan agar telur cepat menetas, Lero Ro menyarankan agar tidak melakukan hal yang berbahaya itu. Karena itu dia tidak mengatakan banyak penjelasan di awal babak ke-empat tadi, lagipula mereka semua adalah para veteran yang pasti akan mengerti dengan segera tanpa banyak penjelasan langsung.
"AKH AKU TIDAK TAHAN LAGI! INI SAKIT SEKALI!" Keluh Shilial saat tekanan shinsu terasa menekan dirinya hingga di paksa berlutut.
"Lalu kenapa juga kau berteriak, bodoh! Itu hanya akan semakin membuatmu sakit!" seru Endorsi menatap jengkel.
Pada periode ini, badai shinsu semakin meluas dan walau tidak mencapai dua menara lainnya, tapi tekanan yang di sebarkan semakin berat tiap waktunya. Jelas membawa rasa amarah yang amat.
"Dowon! Kau baik-baik saja?!" Cha merangkul Dowon khawatir.
Sebagai seorang wave controller dan juga sebagai Pahlawan, Dowon selama ini selalu terbiasa terbang melayang dengan shinsu. Tapi kali ini dia kehilangan kendali terlebih karena tekanan yang kuat hingga dia jatuh. Sangat beruntung Cha berhasil menangkapnya sebelum tubuhnya jatuh menyapa tanah yang keras.
"Aku baik,..."
Cha memandang keringat yang menetes di dahi dan leher wanita itu, mengerutkan kening saat dia menyarankan. "Ayo menyerah saja, kau jelas tidak dalam keadaan baik."
"Aku masih bisa bertahan," tolak Dowon saat dia mencoba berdiri tegap, "Lagipula hanya ada beberapa menit terakhir lagi, aku tidak bisa menyerah begitu saja-" wanita itu tidak sempat menyelesaikan semua ucapannya saat dia jatuh kedepan yang dengan tanggap di tahan oleh Cha.
"Kita menyerah saja oke?" bujuk Cha lagi, Dowon menatap lelaki itu dengan mata jelas bersinar untuk menolak, dengan pocket dia mengirim pesan secara pribadi sehingga hanya Cha yang mendengarnya. "Aku tidak bisa, selain itu bukankah jika bocah itu berhasil, kau juga harus ikut dengannya nanti. Kesempatan memasuki istana para pangeran tidak datang dua kali."
Cha menggeleng ringan, "Tidak masalah, aku percaya pada Tuan Viole."
Piip
Elliot melihat deretan angka kosong di pocketnya sebelum kemudian melihat kelangit biru. Dengan segera kemudian ia memilih opsi untuk segera memulangkannya ke Pulau Tanpa Nama.
Tepat saat dia menghilang, cahaya menyilaukan seakan jatuh dari langit, menghantam awan badai di bawahnya. Menyelimutinya hingga hitam awan tidak tampak. Suara gemuruh terdengar keras seakan mengambarkan pergolakan komando dari shinsu yang dikendalikan oleh dua orang yang berbeda. Tanah bergetar kuat dan tekanan semakin menjadi-jadi.
Itu tidak terlalu lama sebelum kemudian semuanya hening.
.
.
.
Tbc~
Hah~ episode 10 kemarin sebenarnya bagus sih, tapi tetap saja ada terlalu banyak yang diubah dan dipotong hingga aku merasa kecewa.
Seperti contohnya saat Khun berakting tidak akan membantu Baam, di webtoon hanya Rak yang sadar akan hal itu dan semua orang tertipu. Tapi di anime malah dibikin akting Khun terbongkar gitu aja, nyebelin, berasa kayak di nerf gitu keahlian si Khun.
Dan lagi perbicaraan tentang si Maria walau intinya itu juga, tapi jadi terasa lain karena di ubah. Nambah kan kesal aku.
Apa lagi keberadaan si Bintik hanya menambah minus mood aku.
Jadi aku lari dulu ke ig dan bikin fanart BaamKhun sampe puas deh. Aku butuh naikin mood aku dulu sih.
06 Juni 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top